36🥛

25.6K 6.1K 4.6K
                                    

1. Kenapa ga ke luar negeri sekalian dari pada school di jogja, akhirnya putus sekolah.

oke, dilla ga nyangka bakal pergi sebelum lulus. and bayangin aja bocah umur 17 tahun harus ngurus persiapan sekolah di luar negeri dengan ekonomi yg minim. dilla juga gamau ngerepotin kai lagi.

2. Kenapa Ale ga nyari dilla?

waktu itu udah ditulis di surat kan, realistis aja, lu deket ama cowok/cewek tanpa status terus dia tiba" ngeghosting, kayak, mau berharap juga gaada jaminan ga sih... minta tanggung jawab juga urusannya sama perasaan.





🍰🥛🍰🥛




Dilla terkejut bukan main, ia menyentuh kedua lengan Ale dan berusaha menjauhkan cowok itu darinya. Tapi Ale malah melingkarkan kedua tangannya di leher Dilla.

"Gue laper..."

"Lo mabuk kan?" tanya Dilla sambil menutup pintu. Ia masih berusaha mendorong Ale manjauh. "Le,"

"Laper..."

"Le, keluar aja kalo mabuk," ucap Dilla. "Sadar dulu baru ketemu gue."

Ale langsung menoleh dengan kernyitan. "Emang siapa yang mau ketemu sama lo?" tanyanya dengan nada tak santai. "Cewek penipu."

Dada Dilla langsung mencelos, ia memalingkan wajah dengan kerjapan pelan. "Udah malem, Le."

Ale berjalan dengan langkah sempoyongan, ia kemudian melihat ke sekitar. Lalu terkekeh dan mennjulurkan tangannya ke arah Dilla. "Gimana perasaannya abis ninggalin orang Mba Dilla?" tanyanya.

"Le," Dilla menepis tangan Ale.

"Senang? Puas? Malu? Nyesel??" tanya Ale makin mendekat pada Dilla. "Kalo gue sih biasa aja ya, kalo nggak dianggep penting ya gue nggak mau nganggep lo penting."

Dilla menunduk, lalu mengusap wajahnya yang mulai pucat. "Bisa kita nggak bahas soal masa lalu?"

"Emang ada yang bisa dibahas selain itu??"

"Banyak."

"Nggak ada tuh, kita nggak punya masa depan."

"Le—"

"Kenapa lo balik?!"

Dilla tersentak kaget mendengar bentakan itu, ia sampai melemas dan berdebar bukan main. Melihat lagi wajah marah Ale dan benar-benar membuat bulu kuduknya merinding.



Ketakutan terbesar Dilla selain masa lalunya adalah dibenci Ale, tidak disukai Ale, dan dilupakan cowok itu.


5 tahun lalu ia memutuskan untuk melawan ketakutan itu dan ternyata tidak berhasil.



"Le," Dilla memberanikan diri untuk mendekat. "Lo kenapa mabuk sih?"

"Tadi salah minum," jawab Ale sudah tidak semarah tadi. Ia sempat menubruk bahu Dilla dan berjalan menuju dapur, mengambil sandwich di meja dan melahapnya.

"Le—"

"Kenapa kita harus ketemu lagi?"

Dilla menghela napas. "Lo nggak mau ketemu gue?"

What Are We? ( AS 7 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang