⁰¹. satu

16.9K 2K 251
                                    

Suara dentuman musik terdengar begitu keras. Bau alkohol memenuhi tempat ramai itu. Dipenuhi orang-orang yang berdesakan di lantai dansa. Saling meliak-liukkan tubuh mengikuti alunan musik. Bercumbu dan bermesraan.

Park Sunghoon, cowok dengan satu tindik di telinganya itu meneguk segelas wine. Netranya yang abu pekat menelisik para gadis yang hendak dia jadikan pemuas nafsunya. Kira-kira gadis mana yang bisa membangkitkan gairahnya. Dia mengabsen satu per satu dengan menatap mereka secara bergilir.

Hingga irisnya berhenti pada seorang gadis berambut sebahu yang terus memandangnya dengan lapar dari meja bar. Gadis berlipstick merah tebal, berpakaian ketat sehingga memamerkan bentuk tubuhnya yang sintal.

Gotcha. Sunghoon sudah mendapatkannya. Dia menggerakkan telunjuknya pada gadis itu, menyuruh si rubah kecil datang menghampirinya.

Penuh malu-malu, gadis tersebut mendekat. Duduk di atas pangkuan Sunghoon dan mulai terpesona dengan wajah rupawan Sunghoon. Sangat tampan. Dua manik kelam, alis tebal, hidung mancung, bibir tipis, juga rahang yang tegas. Selama ini dia memperhatikan Sunghoon dari jauh, tidak menyangka bisa melihat rupa itu dari dekat. Sebuah keberuntungan untuknya. Dia tersenyum angkuh pada sekumpulan temannya yang menatapnya iri dari arah bar.

Dia mengalungkan kedua lengannya ke leher jenjang Sunghoon, tersenyum manis sambil menempelkan bagian dadanya ke dada Sunghoon.

Sunghoon ikut melingkarkan lengannya di pinggang gadis itu, mengulas seringaian yang menjadi ciri khasnya. Saat gadis itu hendak menyatukan bibir mereka, Sunghoon membisikkan sesuatu dengan suaranya yang serak, semakin menaikkan gairah si rubah.

"Jangan di sini, kita ke lantai atas aja ya, sayang."

Belum sempat menjawab, Sunghoon meletakkan lengannya di tungkai kaki dan bahu gadis itu, mengangkatnya dengan mudah. Pekikan kecil keluar dari bibir gadis itu, dia terkekeh manis dan mengeratkan kalungan lengannya di leher Sunghoon. Teman-temannya semakin iri melihat dia akan bermain dengan cowok setampan Sunghoon.

"By the way, nama lo siapa?" Gadis itu bertanya selama perjalanan sambil tersenyum menggoda, sesekali menyentuh rahang dan leher jenjang Sunghoon.

"Kenapa?" sahut Sunghoon, masih berjalan menaiki tangga.

"Biar gue nyebut nama lo waktu kita main nanti."

Sesampai di lantai atas, Sunghoon membawa gadis itu ke dalam sebuah kamar, mengunci pintunya, kemudian melemparkannya langsung ke atas kasur. "Gak usah nyebut nama gue. Lo bisa nyebut apa aja."

Gadis itu semakin tidak sabar, dia bangkit dan akan menarik lengan Sunghoon untuk menciumnya langsung. Namun Sunghoon menepisnya kasar. Menimbulkan tanda tanya di benak gadis itu.

Dengan seringaian yang sama, Sunghoon membelai pipi gadis itu. "Tunggu bentar di sini, sayang. Gue bakal bikin lo menjerit kesenangan."

"Nunggu apa lagi? Aku udah gak sabar, sayang." Dia menatap Sunghoon penuh harap, ingin segera bermain dengan cowok itu.

Sunghoon mengangguk kecil, berjalan memasuki pintu lain di sisi ruangan. Gadis itu bertanya-tanya, gairahnya sudah tidak tertahan. Ingin langsung melakukannya. Tak lama Sunghoon kembali, senyumnya kembali mengembang. Tanpa aba-aba dia menarik Sunghoon hingga Sunghoon terjatuh ke atas tubuhnya dan mencium bibir cowok itu penuh nafsu.

Masih sebentar, Sunghoon melerai ciuman itu. Si rubah kecil belum merasa puas, dia akan menyatukan bibir mereka lagi, tapi kedua bahunya lebih dulu dicengkeram. Satu sudut bibir Sunghoon terangkat membentuk seringaian tajam menghunus gadis itu. Matanya mengilatkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Terlihat menyeramkan.

Gadis itu mengerutkan dahi, merasa bingung. Hingga tiba-tiba Sunghoon mengeluarkan pisau dari saku jaketnya. Merubah sorot gadis itu menjadi terperangah. Jantungnya berdegub kencang, matanya menatap Sunghoon meminta penjelasan.

Dengan penuh kelembutan, Sunghoon memainkan ujung pisau ke pipi gadis itu. Memunculkan rasa takut yang begitu besar di hatinya.

"L-lepas!" Dia mendorong Sunghoon sekuat tenaga. Sia-sia. Dia sudah berada di dalam genggaman Sunghoon.

"Kenapa lepas, sayang? Kita belum mulai permainannya." Sunghoon menekan kata 'bermain', mengerakkan pisaunya lebih lihai hingga turun ke area leher.

"G-gue mohon, gue gak bakal kasih tahu siapa pun, asal lo lepasin gue...." Napasnya memburu dan tercekat merasakan dinginnya ujung pisau.

"Bukannya lo sendiri yang paling seneng? Gue udah janji bikin lo menjerit kesenangan, kan?"

Gadis itu mulai menangis saat ujung pisau menusuk pipinya, darah segar mengalir. "Sialan, lo nipu gue! Dasar bajingan!"

Sunghoon tertawa kecil, merasa lucu melihat ekspresi ketakutan itu. Ya, inilah gairah yang Sunghoon rasakan. Nafsu sebenarnya yang melekat dalam dirinya. Dia menggoreskan satu sayatan panjang di wajah penuh bedak itu. Dan si rubah kecil menangis lebih kencang kemudian memohon.

"Gue mohon. Lepasin gue. Gue gak bakal lapor sama siapa pun."

"Gak asyik. Cengeng banget, sih." Sunghoon menyayangkan hal itu. Dia selalu mendapat target yang salah. Teman bermainnya sangat cengeng dan terus memohon padanya. Sesekali kan, dia ingin mencoba yang berbeda.

"Lepasin gue! Lepasin gue!" Gadis itu mulai memberontak dan menangis histeris.

Tapi, jangan harap bisa lepas dari seorang Park Sunghoon. Bila sudah berada dalam genggamannya, orang itu akan terkurung selamanya.

Malam itu, Sunghoon kembali menuntaskan gairahnya. Untuk kesekian kali.


°°°

Jangan lupa vote dan dukungannya 🌹

Jangan lupa vote dan dukungannya 🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Psychopatic Guy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang