Jangan lupa vote sebelum membaca ❤️
Akibat kejadian kemarin—tepatnya di rumah Sunghoon—Shareen tidak henti memikirkannya. Ralat, lebih tepatnya selalu terlintas dalam benaknya.
Seperti yang Sunghoon katakan, malam harinya dia datang. Yang sudah-sudah, cowok itu menunjukkan kedua tangan yang penuh darah padanya. Tanda bahwa ia kembali membunuh.
Shareen ketakutan, pasti. Tapi lagi dan lagi, Sunghoon tidak berusaha mencelakainya. Ya, walau dia bertindak sesukanya, kadangkala Shareen berpikir tidak begitu. Diri Sunghoon terlihat terjebak di sebuah kurungan, dan ada yang berusaha menyengkangnya.
Semalaman Shareen memaksa otaknya bekerja, menerka-nerka apa saja penyakit yang diderita Sunghoon. Tentu saja berhubungan dengan psikologi. Sayangnya Shareen tidak ahli dalam hal itu. Tahu sendiri, kan, dia termasuk dalam deretan gadis tidak peka? Yaps.
Dia menggarut pipinya yang gatal. Sudah berselancar di internet, dia masih belum mengerti keseluruhan.
"Udah pulang dari tadi, kenapa lo masih main hape, hm?"
Shareen tidak sadar Sunghoon sudah duduk di kursi sebelahnya, hampir saja jantungnya meloncat keluar saking kaget. Kelasnya bahkan dihuni oleh mereka berdua saja.
Sunghoon menegakkan badannya, "Lo cari tahu tentang gue?"
"Bukan, kok." Dia menyimpan ponselnya dan mengemas buku. "Pelajaran biologi." Dia memakai ranselnya di kedua pundak lalu bangkit, "Yuk."
Satu sudut bibir Sunghoon terangkat, dia menjulurkan tangan kanannya.
Sudah mengerti, Shareen menerima juluran itu dengan kikuk. "Pulang sekarang?"
Sunghoon ikut bangkit dan mengambil alih ransel Shareen, salah satu alasan karena dia sendiri tidak membawa ransel.
Sunghoon berdecak menyadari ponselnya tertinggal di ruangan putih. Atau bisa disebut ruang pribadi yang dimiliki Heeseung di sekolah. Walau Heeseung terlihat miskin terus meminta uang pada Sunghoon, sebenarnya dia benar-benar mampu.
"Perasaan udah gue bawa."
"Apa yang ketinggalan?"
"Ponsel gue." Memutar jalan, Sunghoon juga membawa Shareen, tidak membiarkannya menunggu sendirian.
Sesampai di ruangan, tidak terlihat siapa pun. Kosong.
Sunghoon menggeram.
"Boleh pinjem ponsel lo?"
Shareen memberikannya.
Dengan segera Sunghoon menghubungi nomornya sendiri.
"Halo, mine?" Suara dari seberang terdengar. "Username-nya mine, dengan siapa di mana? Pemilik ponsel sedang—"
"Siniin ponsel gue!"
"Ah, ternyata dengan pemilik ponsel sendiri. Sori aja nih, ya, gue lagi sibuk. Kalau lo mau, jemput di rumah adek gu—"
"GUE GAK BERCANDA! SINIIN!"
Shareen terkejut mendengar bentakan tersebut. Tidak disangka Sunghoon semarah itu karena ponselnya. Urat-urat lehernya sampai menonjol.
Hal itu dikarenakan hari ini adalah jadwal konsultasinya. Jika saja Sunghoon tidak khawatir tentang Dokter yang akan meneleponnya, dia tidak akan peduli pada ponsel itu.
"Ambil sendiri, dong. Oh iya, gue mau kasih tahu, tadi ada Dokter yang nelepon lo, katanya—"
Tut.
Sebelum mendengar kelanjutan, Sunghoon lebih dulu memutuskan sambungan.
"Gimana?"
"Mampir bentar ke rumah sialan itu." Dia membawa Shareen ke parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopatic Guy✓
FanfictionPark Sunghoon, cowok berandalan yang tidak pernah membiarkan siapa pun mendekatinya. Cowok berhati es yang paling badass di sekolahnya. Sunghoon tidak sungkan memukul siapa pun yang menentangnya. ✓Merokok ✓Clubbing ✓Tawuran Orang-orang mungkin meng...