²⁸. duapuluh delapan

7.3K 1.2K 359
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca ❤️

Chapter sebelumnya udah divote, kan? Coba dicek dulu🕯️🥀






Perjodohan yang dilakukan papa, lalu Ayden tiba-tiba pulang, apa itu sebuah kebetulan? Apa Shareen harus memercayai itu semua? Tidak, dia tidak meragukan keluarganya sama sekali, hanya saja ... dia belum siap untuk membina rumah tangga.

Papanya bilang, orang yang akan menikah dengannya orang yang 10 tahun lebih tua darinya. Jika lelaki itu sudah dewasa, mengapa setuju dijodohkan dengannya yang masih bocah ingusan aka masih sekolah?

Shareen takut. Benar-benar takut.

Sedari tadi dia mondar-mandir di kamar berusaha mencari solusi dari semua ini. Sayangnya dia tidak menemukan apa-apa selain rasa pusing.

Tok tok

Ketokan dari jendela membuatnya terlonjak kaget.

Itu Sunghoon. Cowok itu membuka balkon lalu melompat ke kamarnya sambil tertawa.

"Kaget, ya?"

Shareen mengusap dadanya berulang kali. Cowok itu selalu datang ke kamarnya di tengah malam begini. Rasanya seperti ... 24 jam dia selalu ada di sekitar Shareen.

"Lagi mikirin siapa? Gue?"

Shareen menggeleng pelan. Dia menahan napas mengingat perjodohan lalu ... Sunghoon? Kira-kira apa yang akan cowok itu lakukan jika tahu dia dijodohkan? Dia tidak memikirkan ini sedari tadi. Harusnya dia tahu, bahwa inilah kondisi paling gawat dari segala hal.

"Apa yang bokap lo bilang tadi sore?" Dia menghempaskan badannya ke kasur lalu mengunyah strawberry yang terletak di atas nakas.

Baru saja Shareen ingin membuka mulut, seekor kucing memasuki kamarnya, ikut meloncat ke atas kasur, mendekati Sunghoon.

"Hani." Dia ingin mengambil, yang terjadi Hani malah mendengkur suka saat Sunghoon mengusap kepalanya. Tetap saja Shareen takut. "Hani sini." Dia hendak mengangkat kucing itu untuk dikeluarkan, Sunghoon menahannya.

"Biarin aja kali." Dia menarik Hani agar lebih dekat. "Cocok gue bawa pulang, ya."

"Jangan pernah!"

"Kalau gitu lo aja yang gue bawa pulang."

"Jangan juga...." Ekspresi Shareen berubah muram. Tentu saja Sunghoon langsung menyadarinya.

"Bokap lo bilang apa?"

Meski ragu, Shareen tidak ingin menutupinya, dengan takut dia bercicit, "Aku dijodohin."

Tidak seperti dugaan Shareen, Sunghoon tetap tenang lalu mangut-mangut.

"Kapan?"

"K-kapan?" beonya.

"Kapan makan malamnya?"

"Besok."

"Udah gue duga, sih, otak kotor bokap lo." Dia tertawa sinis.

Shareen kebingungan.

"Terus lo setuju?"

"Aku gak setuju! T-tapi, aku gak punya pilihan lain. Papa, papa udah biayain aku selama ini...."

"Ya udah, gue bolehin."

"Boleh?" Dia melotot.

"Kalau mau kepala lo melayang."

Shareen merapatkan bibirnya.

Sunghoon menarik lengan gadis itu hingga berbaring di sebelahnya. Wajah tenang cowok itu membuat Shareen curiga.

Psychopatic Guy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang