"Kak Sunghoon sama Shareen pacaran, ya?"
"Cewek yang berani ngatain Kak Sunghoon itu? Gue gak tahu pasti, tapi kayaknya sih, iya."
"Halah gue lebih yakin, Kak Sunghoon cuma mainin dia, nggak mungkin aja cowok seganteng Kak Sunghoon seleranya kebanting jauh. Ya, walau Kak Sunghoon nyeremin pake banget, tetep aja mustahil doyan cewek ansos."
"Bener juga lo, pfft. Yang pasti si Shareen Shareen itu cuma dijadiin mainan. Kak Sunghoon, kan, doyannya sama cewek-cewek bening di club, yang pernah gue ceritain kemarin."
Ketika berjalan di koridor, tidak sengaja Shareen mendengar bisik-bisik kakak kelas. Shareen sudah sering mendengar hal seperti itu dua hari belakangan. Gadis itu menghentikan langkah sejenak, memandang ketiga kakak kelas yang sedang membicarakannya itu.
"Kakak ngomongin aku?"
Mereka menoleh sambil memasang ekspresi terkejut. Dengan cepat meninggalkan tempat itu tanpa menjawab pertanyaan Shareen.
Shareen menghela napas lalu melanjutkan perjalanan menuju ruang kesenian. Dia ingin mengumpulkan tugasnya yang sengaja ditinggalkan teman sekelasnya di atas meja. Tidak tahu, mereka seperti tidak ingin berhubungan dengannya lagi.
Sebelum masuk, dia mengetuk pintu. Setelah mendapat persetujuan, dia membukanya.
"Pak, ini tugas saya."
"Loh, kamu? Kenapa gak barengan sama yang lain?" Seorang guru berkepala empat itu menurunkan kacamatanya.
"Tadi belum selesai, Pak." Dia menyerahkannya ke atas meja.
Merasa tidak ada yang perlu dilakukan lagi, Shareen hendak pamit, Pak Guru memanggilnya.
"Mumpung kamu ada di sini, tolong anterin kursi bekas itu ke rooftop sekolah."
Shareen menatap arah tunjuk Pak Guru. "Sekarang, Pak?"
"Iya, dong, Shareen. Kalau besok, Bapak gak akan minta tolong sama kamu."
Gadis itu meringis sambil menggarut alis yang tidak gatal, dia menghampiri kursi lipat yang sudah rusak itu lalu mengangkatnya. Tidak terlalu berat, setidaknya bisa dia bawa. Usai berpamitan, dia keluar dari ruangan.
Melewati puluhan murid yang membicarakannya akhirnya dia tiba di rooftop. Meletakkannya di pinggir jendela, dia menghirup aroma tidak sedap.
Asap rokok.
Yang dia lihat berikutnya adalah kaki seseorang yang diangkat ke atas sofa yang letaknya di dekat tiang pembatas.
Merokok di sekolah sangat dilarang.
Sedikit ragu dia mendekat. Dia tidak berniat menegur atau semacamnya, kakinya bergerak tanpa dia sadari untuk mengetahui siapa orang tersebut.
Bibir Shareen terbuka setengah. Napasnya tertahan. Bagaimana bisa lagi dan lagi dia bertemu cowok itu tanpa sengaja seperti ini? Padahal baru tadi pagi mereka bertemu, Shareen bisa lepas setelah memohon-mohon. Kali ini dia bertemu dengannya lagi? Dia tidak menginginkannya sama sekali!
"Gue gak mau nonjokin lo lagi, lebih baik lo pergi."
Napas Shareen tercekat. Apa cowok itu sedang berbicara padanya? Apa dia menyadari keberadaannya?
Shareen membekap bibirnya sendiri lalu berjalan mundur tanpa mengeluarkan suara apa pun. Namun, cowok itu lebih dulu berdiri hingga Shareen bisa melihat wajahnya dengan jelas.
Sunghoon mengerutkan dahi tanda dia juga bingung dengan keberadaan Shareen. Setelah itu seringaian kecil terbit di wajahnya.
"See? Lo sendiri yang dateng terus ke gue. Padahal gue gak ngelakuin apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopatic Guy✓
FanfictionPark Sunghoon, cowok berandalan yang tidak pernah membiarkan siapa pun mendekatinya. Cowok berhati es yang paling badass di sekolahnya. Sunghoon tidak sungkan memukul siapa pun yang menentangnya. ✓Merokok ✓Clubbing ✓Tawuran Orang-orang mungkin meng...