⁰⁸. delapan

10.9K 1.5K 78
                                    

Buat yang nanya story ini di-update atau ngga, pasti di-up kok, aku kan udah janji ngga lama-lama updatenya, ngga usah takut digantung lagi😁

Happy reading 💗





Pukul dua pagi. Shareen terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba gadis itu merasakan sesuatu yang aneh, padahal dia tidak memimpikan apa-apa. Dia duduk dengan kaki terjulur ke bawah. Masih dengan pandangan yang buram, dia menatap ke balkon kamar.

Alisnya berkerut. Seingatnya, dia sudah mengunci jendela, tapi itu dibiarkan terbuka lebar. Angin dari luar terus masuk menerbangkan tirai jendelanya. Dengan cepat dia berjalan menutupnya. Ternyata, di luar sedang hujan. Hanya gerimis, namun, udara dingin menusuk tulang.

"Perasaan tadi udah aku tutup," gumam Shareen selagi menguncinya.

Tidak bisa berpikir banyak, gadis itu kembali membaringkan tubuhnya di kasur. Hanya butuh beberapa menit, dia kembali berada di ambang mimpi.

°°°

Hari ini, Shareen bangun lebih cepat dari biasanya. Dia mengemas alat tulisnya dengan gerakan lemas. Kembali teringat hal-hal yang dia alami semalam di sekolah.

Tapi, itu hanya berlangsung lima menit. Setelah itu, dia menarik dua sudut bibirnya, apalagi cahaya matahari mulai menunjukkan sinarnya. Mendadak, Shareen ikut merasa semangat.

Dia menyelesaikan kegiatan mengemas buku-buku usai mengancing ransel rapat-rapat. Kemudian berpindah ke meja rias, merapikan rambutnya yang masih acak-acakan. Setelah menyisir, dia menggunakan bedak bayi sebagai polesan di wajah.

Kepalanya memiring ke samping, tak sengaja menemukan secarik kertas tertempel di sebelah kaca riasnya. Tangannya terjulur mengambil kertas tersebut.

Good morning, baby
turun ke bawah

Dahinya bergelombang. Dia menoleh kesana-kemari. Siapa yang menulis dan menempel itu? Dia tidak memiliki saudara yang iseng di rumahnya. Papanya juga, jarang pulang. Dia tinggal sendirian.

Tidak mungkin Shareen menulisnya sendiri, kan? Jika iya, dia pasti mengingatnya.

Mendadak, tubuhnya terasa kaku.

Mengenyahkan persepsi buruk, dia mengenakan sepatu lalu menenteng ranselnya di pundak. Sebelum turun ke bawah, dia bercermin sekali lagi. Usai mengulas senyum tipis, dia keluar dari kamar, menuruni tangga.

Merasa lupa sesuatu, dia kembali ke kamar.

"Hani?" Mengedarkan pandangan. Biasanya, Hani langsung datang meski dipanggil sekali, ini tidak ada.

Mungkin di bawah. Dia pun memutuskan menuruni tangga lagi.

"Hani?" panggilnya, tetap tidak ada suara meongan. "Apa udah ke rumah Eunchae?"

Eunchae adalah tetangganya yang masih SD, biasanya Hani pergi ke rumah mereka saat dia sedang tidak di rumah.

Mungkin saja?

Dia memutuskan untuk mengeceknya sekali sebelum berangkat sekolah. Saat melewati dapur, ekor matanya tak sengaja menangkap sesuatu.

"S-siapa yang masak?" Dia membatu melihat macam-macam masakan di atas meja makan. "Papa udah pulang?!" panggilnya setengah teriak.

Tidak ada jawaban.

Apa Papa pulang sebentar lalu pergi lagi?

Shareen membaca lagi kertas yang ada di kamarnya tadi.

Good morning, baby
turun ke bawah

Apa benar ini papanya?

Tapi, papanya tidak pernah mengatakan hal semanis itu padanya.

Psychopatic Guy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang