²³. duapuluh tiga

8.2K 1.3K 103
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca ❤️




Sudah tiga hari berlalu sejak terakhir kali Shareen bertemu dengan Sunghoon. Shareen tak pernah menemui cowok itu lagi.

Bukan. Bukan Shareen yang tidak menemuinya. Melainkan, batang hidung cowok itu yang tidak muncul sejak kejadian malam hari itu. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba dia menghilang, tidak tahu ke mana.

Bukannya lega, Shareen semakin cemas. Alih-alih terlepas dari rasa takut, dia malah diikuti bayang-bayang tentang hubungan yang dia miliki dengan Sunghoon. Dia sudah terikat, dia tidak pernah merasa tenang. Mimpi buruk kerap menghampirinya. Shareen kesulitan mengendalikan dirinya yang kadang pusing memikirkan hari esok.

"Lagi ada masalah?" tanya Jungwon ketika menyusun buku-buku.

Shareen tidak menjawab, dia melipat halaman buku yang sudah ia garis-bawahi.

Sebuah pesan masuk ke ponselnya, sebuah pesan yang tidak pernah dia duga. Pesan dari Chaewon. Seluruh tubuhnya mematung.

Chaewon
Send a picture
Mending lo ke sini
Yura, anak yang paling lo sayangi, kemarin malem meninggal
Ibu histeris banget

Ponselnya terjatuh ke lantai.

Yura ... apa?

Berita macam apa yang baru dia terima?

Dia hampir jatuh jika Jungwon tidak menahan tangannya.

"Sha, kenapa?" Dia mengambil ponsel Shareen yang tampaknya retak.

Shareen menahan napas sambil bergeleng-geleng. "Gak mungkin. Yura?"

Jungwon menunggu kata-kata yang keluar dari bibir Shareen, namun, Shareen lebih dulu berlari meninggalkan ruang baca.

"Ponsel kamu!"

Sayangnya Shareen tidak memedulikan teriakan Jungwon, dia berlari mengandalkan sisa tenaganya yang terkuras setelah membaca pesan mengejutkan tersebut.

Setelah memohon pada guru penjaga agar diizinkan pulang, Shareen langsung menghentikan taksi, tidak memungkinkan baginya menunggu bus lagi.

Kedua tangan dan kakinya bergetar. Dia tidak dapat memikirkan apa pun. Seperti terblokir. Yang melayang dalam pikirannya hanya nama Yura, Yura, dan Yura.

Menunggu beberapa menit, akhirnya dia tiba di depan rumah bosnya yang ukurannya cukup besar untuk ukuran orang berada.

Orang-orang berpakaian hitam berkeliaran menunjukkan bahwa rumah itu sudah menjadi rumah duka.

Dia berlari dengan keringat mengucur di pelipisnya. Sesekali tersandung oleh langkahnya yang lain. Jantungnya tidak bisa berbohong.

Langkah kakinya terhenti. Dia membekap bibirnya menemukan sang pemilik kafe yang tidak lain adalah bosnya sendiri, menangis di depan foto besar yang merupakan foto puteri semata wayangnya.

Yura.

Jadi ... sungguhan?

Shareen jatuh meluruh ke bawah, dia memeluk wanita di hadapannya itu. "I-Ibu...?" Suaranya bergetar. Bosnya itu tersentak kecil, tapi kemudian membalas pelukannya.

"Shareen, Yura, Yura...."

"Ini semua bukan kehendak kita, ini semua bukan keinginan kita. Gak ada yang ingin hal kayak gini terjadi. Ini bener-bener berat, tapi...." Shareen mengusap air mata wanita paruh baya itu. "Ibu pasti kuat. Shareen tahu ini berat, saat ini Ibu bisa nangis sekencang mungkin, tapi jangan pikirin hal lainnya. Y-Yura, juga gak mau liat Ibu kayak gini."

Psychopatic Guy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang