⁰⁶. enam

13.7K 1.8K 220
                                    

Sunghoon menyandarkan punggungnya di salah satu pohon yang berada di tepi jalan. Jalan itu merupakan jalur sekolahnya yang menyatu ke universitas sebelah, tidak banyak yang berada di sana. Bagi Sunghoon, tempat itu paling nyaman karena terdapat pohon rindang yang tumbuh sepanjang jalan, memberikan kesan tenang, ditambah murid-murid jarang melewatinya. Selain bisa merokok, dia juga bisa mengamati mahasiswi-mahasiswi yang akan ia jadikan pemuas nafsu. Gairahnya muncul pada gadis yang menurutnya menarik.

Sekarang ini, Sunghoon sedang membaca kertas yang ada di genggamannya.

Sekitar 30 menit lamanya, Heeseung datang membawa kertas-kertas di dalam berkas. Bulir-bulir keringat membasahi pelipisnya, menunjukkan bahwa dia baru saja berlari kencang untuk menemui Sunghoon.

"Ngapain sih lo tiba-tiba minta itu?" Heeseung melipat lengan di depan dada seraya menyandarkan sebelah badannya ke pohon. Napasnya masih terengah-engah. Seringkali tak habis pikir melihat tingkah Sunghoon. "Biodata sampe ke catatan tugas sekolah. Jung Shareen, lo punya rencana apa sama tuh cewek?"

Sunghoon melirik Heeseung sarkas. "Ini gak ada urusannya sama lo."

"Terus lo nyuruh gue ngumpulin semua berkas-berkas sampe gue lari-lari kayak anjing buat apa? Mending gue ngurusin urusan gue aja. Nyesel gue, kampret."

"Lo udah gue bayar, sialan, diem lo!" Sunghoon menendang Heeseung menjauh, yang ditendang terbahak.

"Iya, sih. Bagus juga lo nyuruh gue cosplay jadi anjing pesuruh, lain kali bolehlah gue dipanggil lagi. Lumayan motor sport keluaran terbaru." Cowok ber-hoodie itu mengangkat kunci di tangannya seraya cengengesan. "Eh, tapi, gue penasaran, lo punya rencana apa sama cewek yang namanya Shareen Shareen itu sampe cari semua berkasnya? Biasa, kan, lo langsung sat set sat set aja soal ngabisin nyawa orang."

Sunghoon berdesis selagi membalikkan kertas. "Gue lagi males ngobrol. Lo bisa pergi sekarang."

Bukannya pergi, Heeseung mengusap-usap dagunya. "Karena kejadian di lapangan kemarin? Baperan juga lo, sampe cari tahu segininya. Atau jangan-jangan lo suka? Ah, gak mungkin, sejak kapan Hoonie si psikopat punya hati, paling ini strategi lo ngebunuh dia."

"Bicara sekali lagi nggak cuma bibir lo yang gue jahit. Mending lo pergi sebelum gue punya niat penggal kepala lo," ucapnya, masih fokus mencermati biodata gadis tersebut.

Heeseung tertawa. "Iya, iya, kalau lo mulai ngamuk gini ya gue bisa apa. Ngalahin singa. Eh, by the way, hampir aja kelupaan! Hari ini gue punya tempat bagus, bro, buat dijadiin target, jangan di club mulu, bisa-bisa ketahuan kalo di sana terus, tertarik nggak lo?"

"Di mana?"

"Kolong jembatan. Hehe, bercanda! Hidup jangan serius-serius amat, kenapa, sih."

"Di mana?" tanya Sunghoon ulang, tegas.

"Kafe adeknya gue, hehe."

"Gue lagi nggak bercanda, ya, sialan!" Sunghoon akan menarik kerah Heeseung tapi Heeseung duluan menghindar dan tertawa.

"Gue juga nggak bercanda, Hoonie! Emangnya di situasi-situasi gini gue pernah bercanda? Enggak lah, gila lo."

"Gue ingetin sekali lagi, mumpung kepala lo masih utuh, mending lo pergi. Jangan coba-coba pancing emosi gue."

"Gue juga seriusan, dih. Tempat adek gue paling aman, gue udah sinkron-sinkron situasi. Pengunjungnya beuh, nggak pernah ada yang tahu, adek gue mainnya kalem, suer."

Air muka Sunghoon terlihat ingin menikam Heeseung saat itu juga.

"Serius! Gue yakin lo nggak bakal nyesel. Cantik-cantik, seksi, bohay, selera lo semua. Hitung-hitung bales budi karna lo udah ngasih gue motor, mau nggak lo?"

Psychopatic Guy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang