¹³. tigabelas

9.9K 1.4K 125
                                    

"HOON, LO GESER DIKIT NAPA! BADAN AJA GEDE NGALAHIN KINGKONG!" protes Heeseung duduk di samping Sunghoon.

Terlihat Sunghoon menahan napas, pupilnya membesar dengan tajam. "Apaan sih lo, gaje. Gue gak lagi pengen bercanda."

Akibat teriakan Heeseung barusan, murid-murid yang sedari tadi memperhatikan diam-diam jadi memperhatikan terang-terangan. Mereka sedang berada di lapangan, dihukum atas perbuatan Sunghoon yang mengamuk di ruang guru setelah diberi peringatan. Alih-alih dibebaskan, keduanya diperintahkan berjemur di lapangan. Tentu saja Sunghoon menolak dan berniat mengabaikannya. Namun, kepala sekolah mulai menunjukkan gigi taringnya, dia mengancam Sunghoon dengan sesuatu yang membuat Sunghoon bergeming.

"Lo kata gue pelawak? Badan lo beneran ngalahin kingkong kali. Geser dikit, seriusan, sebelah sini panas kena matahari." Seharusnya mereka berjemur di tengah lapangan tapi Sunghoon dan Heeseung memilih duduk di pinggiran.

"Gue gak mau ribut. Gue bener-bener males ngaladeni lo. Jadi sebelum lo gue jadiin makanan lalat, lebih baik kunci mulut lo rapat-rapat." Ancaman itu bukan sekadar bualan, tersirat amarah dan kegusaran di sana. Gurat Sunghoon juga mengeras menandakan dia dalam fase yang tidak bisa diganggu atau bisa disebut sekali senggol bacok.

Tapi, anggap saja Heeseung tidak waras, dia mengacuhkan peringatan berbahaya itu dan malah tertawa. Cowok itu memang sering berulah di saat-saat seperti ini. Bukan karena Sunghoon yang mencari gara-gara duluan, melainkan rasa menantangnya yang melonjak untuk menggoda Sunghoon di masa-masa sekarang.

"EH LO!"

Seruan tersebut membuat semua orang tidak bergerak, merasa panggilan tersebut ditujukan pada mereka padahal arah tunjuk Heeseung tertuju pada seorang gadis yang sedang mengangkat dua kardus di dekat lapangan basket. Peluh keringat bercucuran di pelipisnya, sesekali dia berdesis kesulitan dengan barang berat tersebut. Gadis itu tidak menyadari sama sekali dengan seruannya.

"LO!" panggil Heeseung lagi.

Naas, malas gadis-gadis yang menghalangi menyahut. "S-saya, Kak?" Mereka bertanya secara bergantian.

"BUKAN! LO YANG PAKE SERAGAM SEKOLAH!"

Tersenyum saja menghadapi Heeseung. Di suatu waktu cowok itu bisa cuek bebek tanpa memedulikan sekitar, di suatu waktu cowok itu bisa menjadi kerbau yang selalu tidur dan malas gerak, di suatu waktu cowok itu bisa bertindak seperti sekarang. Saking berubah-ubah bisa dikatakan orang gila, kalau kata Sunghoon.

"Woy! Daun kelor, liat sini dong, lo!!!"

Sedangkan Sunghoon yang duduk di sebelahnya berdecak malas. Jelas dia tahu siapa yang dipanggil Heeseung. Teman satunya itu benar-benar mencoba menguji kesabarannya. Dia sering satu pendapat dengan Heeseung, beda lagi jika situasinya seperti sekarang. Sunghoon dipenuhi emosi hingga sangat sensitif terhadap apa pun.

"Budek banget! Eh eh, tolong panggilin dia," pinta Heeseung pada seorang murid.

"Gue masih gak mau nyakitin lo, Hee." Itu peringatan pertama sekaligus terakhir. Biasanya Sunghoon tidak akan mengampuni lawannya jika melontarkan kalimat tersebut.

"Buruan panggilin, woi!"

Sayangnya, Heeseung keras kepala.

Dia yang meminta, dengan senang hati Sunghoon memberikan. Tanpa babibu, cowok itu menarik kerah seragam Heeseung lalu melayangkan satu tonjokan tepat di rahang temannya itu.

Seketika, nuansa lapangan hening mencekam dengan Heeseung yang jatuh tersungkur. Bibirnya melengkungkan satu senyuman. "Awh."

"Lo tahu, emosi gue paling gak bisa gue kendaliin. Dari pagi gue udah males ngeliat muka-muka pendosa kayak lo! Lo nyari perkara duluan! Gue bahkan bisa bunuh lo sekarang!" gertaknya sambil mengeraskan rahang.

Psychopatic Guy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang