⁰². dua

16K 2.1K 222
                                    

Park Sunghoon.

Cowok yang dikenal paling berandalan di sekolahnya. Selalu menentang para guru dan menindas murid-murid. Tidak kenal gender, perempuan atau laki-laki baginya sama. Selalu membolos dan tidak pernah mengikuti pelajaran penuh. Membuat keributan dan ikut tawuran. Murid lain tidak akan berani mendekatinya walau berjarak beberapa meter. Semuanya langsung kabur dan tidak berani menunjukkan rupa. Takut ditanda dan dihajar.

Kini cowok bertindik itu sedang duduk di atas meja kantin, menatap satu-satunya murid yang baru dia hajar. Kepalanya memiring ke samping, menelisik kondisi murid itu yang sudah tidak berdaya di atas lantai dengan lebam dan darah di sekujur tubuhnya. Murid itu terbatuk, menatap Sunghoon penuh amarah.

"Dasar iblis! Gak punya hati!" Baru menyelesaikan kata terakhir, pundaknya ditendang hingga berlutut di hadapan Sunghoon.

"Nyebelin banget, sih." Heeseung mengorek satu telinganya. "So, kita apain?"

Sunghoon melompat turun, meletakkan satu kakinya ke atas bahu murid cupu itu yang menangis tertahan. "Menyedihkan dan menjijikkan."

Walau murid-murid lain sangat takut pada Sunghoon, tetap saja mereka penasaran apa yang terjadi, ramai-ramai mereka mengintip dari balik pintu kantin. Berdesakan dan berusaha tidak menimbulkan suara, terus mengamati adegan di depan mata. Tidak ada yang berniat membantu atau melaporkan pada guru, hanya menonton apa yang terjadi. Lagipula, sia-sia melapor atau bertindak heroik, guru atau kepala sekolah pun bungkam dengan aksi berandal Sunghoon.

"Ngaum kayak singa." Tiba-tiba Sunghoon mengatakan hal itu. Murid cupu itu sedikit mendongak, membuat Sunghoon menaikkan satu alis. "Lo budek? Gue bilang ngaum kayak singa!"

Setiap perintah Sunghoon seperti perintah seorang Raja. Sekali dia bicara, semuanya harus dipenuhi.

Sang murid mengepalkan buku-buku jari sambil terus menangis. Dia menyeka wajahnya dan berusaha menuruti permintaan Sunghoon.

"R-r-rawr...," ngaum murid itu, tidak bertenaga. Tubuhnya didorong kasar hingga jatuh terpelungkup.

"Kita gak minta singa yang manja." Heeseung tertawa setelah mendorong menggunakan kakinya.

Suara tangisan mendominasi, berusaha keras dia menahan sesaknya agar dua iblis itu tidak semakin senang menindasnya. Dia berusaha bangkit lagi, menetralkan tenggorokannya yang tercekat agar bisa mengaum lebih besar.

"Rawr!" ulangnya, lebih nyaring dari sebelumnya.

Sunghoon tersenyum sinis sedangkan Heeseung bertepuk tangan.

"Sekarang, tiru suara anjing," titah Sunghoon, lagi.

Sang murid menangis lebih deras. Dia sangat berharap kepada sang maha kuasa lebih baik mencabut nyawanya daripada menjadi bahan mainan kedua iblis itu.

"Satu," Sunghoon mulai menghitung. Membuat murid tersebut tersadar dan menuruti perintahnya.

"Guk guk guk."

"Lebih kenceng!" Heeseung menekan kakinya yang menginjak punggung si murid.

"Guk guk guk!"

Sunghoon dan Heeseung sama-sama tertawa senang. Sunghoon kembali duduk di atas meja kantin, memandang 'mainan'nya yang benar-benar sudah tidak berdaya.

"Makanya, lain kali gak usah sok nasehatin orang. Lo sendiri 'kan yang rasain gimana nikmatnya permainan kita," ejek Heeseung.

Suara isak tangis terdengar, tubuhnya juga berguncang hebat, ketakutan setengah mati. Dalam hati murid itu terus mengumpati Sunghoon. Itu karena Sunghoon membuat adik perempuannya bunuh diri. Dia hanya ingin memberi pelajaran pada Sunghoon. Ternyata sebaliknya.

Psychopatic Guy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang