¹⁰. sepuluh

10.9K 1.5K 38
                                    

"Pukul dia, habis lo!"

Sekitar lima orang yang sedang mengeroyok seorang cowok cupu menoleh ke belakang dan mendapati Sunghoon, sosok yang terkenal paling buas di sekolah berjalan santai ke arah mereka dengan tatapan tajam yang mampu membuat lawannya bergetar ketakutan.

"Cabut!" seru salah satu dari mereka. Tidak ingin mengambil resiko, kelima cowok itu bersama si cowok cupu langsung berlari pergi. Sayangnya, salah satu dari mereka berhasil dicegat Heeseung.

"Mau ke mana?" Heeseung tertawa sinis. Lalu mendorong bahu cowok itu hingga berlutut di bawah kaki Sunghoon.

"B-bukan gue yang ngelakuin ini, gue cuma ikutin perintah, maafin gue, Hoon, please ...."

Wajah Sunghoon yang sama sekali tidak tersirat keramah-tamahan semakin menajam, kakinya terangkat di pundak cowok itu.

"Hoon...?" Dia terkekeh. "Berani-beraninya lo nyebut nama gue sebagai Hoon, ya...." Sekuat mungkin dia menginjak pundak cowok itu.

"Punya nyali juga lo," timpal Heeseung yang takjub akan perbuatan cowok itu yang kini mengenaskan dengan posisi tengkurap di tanah.

"S-sori, gue gak bermaksud, maafin gue. Tapi gue bener-bener cuma ngikutin mereka, gue gak pernah mau ngalahin kekuasaan lo di sekolah."

Dengan rahang mengeras Sunghoon menarik kerah cowok itu hingga mendongak ke arahnya. "Lo tahu, ini bukan tentang lo mau ngalahin gue atau enggak." Dia mendekatkan wajah lalu berbisik. "Ini tentang, lo muncul di depan gue di saat gue bener-bener pengen ngabisin orang." Kilatan di mata Sunghoon mengartikan bahwa saatnya dia melakukan sesuatu.

Sekali tinju, dia langsung membuat lawannya kalah telak, darah mengalir dari hidungnya. Bodoh jika mengira Sunghoon akan melepaskannya hanya dalam sekali tinju. Salah besar. Sunghoon menghajarnya habis-habisan, menyalurkan emosinya dalam setiap tinjuan. Pancaran matanya tetap sama, tajam, tidak berubah barang sedetik.

"Woo! Kalem dikit, bro. Masih di kawasan sekolah." Heeseung melerai perkelahian sepihak tersebut. Sang lawan sudah terbujur tak berdaya di atas tanah dengan kondisi menakutkan.

Rahang Sunghoon masih mengeras, tanda bahwa dia belum puas sama sekali.

"Sialan," umpatnya, tangannya terkepal erat dengan emosi yang campur aduk.

"Tenang dikit, gue tahu lo abis diancem lagi sama bokap lo. Tapi inget, lo harus kendaliin amarah lo. Mending lo ngabisin dia di luar sekolah, di sini gak bisa."

Sunghoon menepis kasar lengan Heeseung yang menyentuh pundaknya. Dia menatap Heeseung dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. "Lo gak bakal tahu, sesakit apa rasanya."

"Gue tahu."

Sunghoon mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya, berusaha menahan amarah yang terlalu menguasai dirinya.

"Makanya gue masih mau temenan sama lo. Lo kan, aneh. Gue juga aneh. Kita sama-sama aneh. Iya, kan?"

"Jangan samain gue sama lo!"

"Lo harus inget, sejak kecil gue kehilangan sosok kakak yang paling berarti dalam hidup gue, Hoon."

Sunghoon terkekeh sinis. "Dan gue kehilangan sosok ibu yang begitu berarti dalam hidup gue."

"So, kita impas." Heeseung tersenyum miring. "Berapa kali, sih, gue harus ungkit ini? Kita udah sepakat ngelupain semuanya."

"Termasuk gak ikut campur urusan gue!" Sunghoon menabrak pundak Heeseung ketika berjalan meninggalkannya.

Bertepatan dengan itu, hujan langsung mengguyur kawasan sekolah, membasahi tubuh Sunghoon yang berjalan di tengah rintikan hujan. Wajahnya pucat bercampur dengan luka yang dia dapati dari papanya, terletak di sebelah bibir dan kelopak matanya.

Psychopatic Guy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang