⁰⁹. sembilan

10.5K 1.5K 40
                                    

Langit terlihat mendung. Awan menggelap. Matahari yang baru saja terbit tertutup oleh kabut. Tetesan-tetesan air perlahan menjatuhi sebagian isi bumi.

Mata Shareen mengerjap dan menutup secara bergantian.

"Udah selesai tidurnya?" Suara Jungwon yang baru memasuki kelas mengisi gendang telinganya.

Gadis itu mengucek matanya sejenak. "Gimana?"

"Kamu tidur dari jam delapan, sekarang udah jam sebelas." Cowok itu duduk lalu merogoh ranselnya mengambil buku fisika.

"Hah?!"

"Dari tadi freeclass, kok. Guru lagi rapat."

Shareen mengusap dadanya, setidaknya dia merasa sedikit lega. Di detik berikutnya dia mencebikkan bibir. Terlihat dari rautnya yang frustasi.

"Gak tidur semalaman?"

"Hm?" Shareen menatap Jungwon yang mulai mencatat rumus.

"Tumben aja kamu tidur gini."

"Oh, enggak, kok. Cuma ... lagi stres aja." Dia mengusap wajahnya yang masih mengantuk.

Perhatian Shareen teralih oleh sesuatu di bawah kakinya. Napasnya berhembus lambat. Tanpa bertanya, dia tahu pelakunya siapa. Dia memandang seisi kelas dengan sebal. Mereka bahkan tidak memedulikan tatapannya.

Jungwon ikut melirik ke bawah. "Kayaknya mereka terus ngerjain kamu. Tadi juga, mereka kotorin ransel kamu."

Sontak Shareen mencari ranselnya.

"Udah aku bersihin." Cowok berkacamata itu mengeluarkan ransel milik Shareen dari dalam lacinya. "Gak cuma itu, tali sepatu kamu diikat ke kursi."

Shareen pun merunduk memastikan hal tersebut.

"Udah aku benerin, kok. Dan ini, mungkin pas aku ke perpustakaan, mereka buang sisa makanan ke sini."

Shareen menghela napas, memandang makanan-makanan bekas seperti mie yang berserakan di bawah kakinya.

"Kita laporin guru aja, gimana?"

"Gak usah, nanti makin repot." Dia mengambil sapu dan serokan sampah.

"Ck, kalau jalan liat-liat, dong!" seru seorang gadis saat Shareen tak sengaja menyentuh pundaknya.

"Maaf, aku gak sengaja." Dengan cepat Shareen menyelesaikan pekerjaannya. Suara petir dari luar menarik perhatiannya, dia memandang jendela yang menampakkan rintikan hujan deras.

Dia kembali teringat kejadian semalam dan tadi pagi saat seorang cowok mengusik dirinya. Sulit melupakan ingatan itu.

"Jung Shareen," panggil beberapa orang yang muncul dari pintu kelas. Mereka teman sekelas Shareen juga.

Semua orang menoleh termasuk si empu nama.

"Lo dipanggil ke ruang guru."

"S-siapa?"

"Gak tahu." Mereka berjalan ke tempat duduknya.

Shareen berdiri dengan kaku.

"Aku temenin, mau?" tawar Jungwon.

"Ah, gak usah. Kamu baca buku aja." Shareen meletakkan sapu dan serokan sampah ke tempat sebelumnya, kemudian berjalan keluar kelas.

Rintik-rintik hujan yang dibawa angin tak sengaja menyapu kulitnya, menciptakan kesan dingin yang terlalu kentara.

Dia berjalan menyusuri koridor yang sepi, karena sedang hujan, murid-murid lebih memilih mengurung diri di kelas.

Tidak butuh waktu lama dia memasuki ruang guru. Tapi, siapa yang memanggilnya? Dia menggarut tengkuk saat tidak ada satu pun guru di dalam. Ah, dia baru ingat, Jungwon berkata guru sedang rapat, itu artinya semua guru sedang berada di aula. Lantas, mengapa dia dipanggil?

Psychopatic Guy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang