¹¹. sebelas

10.7K 1.5K 122
                                    

Shareen berdesis. Dia memegangi kepalanya yang pusing setengah mati. Suhu tubuhnya naik beberapa derajat akibat hujan-hujanan. Gadis itu sedang duduk di kursinya sambil menelungkupi wajah.

Bel pulang berbunyi, murid-murid di kelas bergerak cepat mengemas alat-alat tulis sebelum hujan mengguyur lagi. Saat ini hujan memang sudah berhenti, tapi langit masih mendung. Tidak menutup kemungkinan akan turun lagi seperti tadi.

"Badan kamu panas," celetuk Jungwon yang tak sengaja menyentuh lengan Shareen.

Si empu tangan melenguh, tidak mengemas seperti anak lainnya melainkan semakin menenggelamkan wajah di lipatan tangan.

Jungwon pun berinisiatif mengemas alat tulis Shareen. "Aku anter mau gak? Tapi naik sepeda...."

Shareen menggeleng, dia berusaha menegakkan tubuh kemudian mengambil alih ransel dan barang-barangnya yang dipegang Jungwon, mengemas sendiri.

"Gak apa-apa, Won. Aku bisa sendiri."

"Beneran bisa?"

Shareen mengangguk kecil. Baru saja yakin dengan perkataannya, kepalanya terasa sangat berat. Wajahnya memerah karena demam. Napasnya memburu. Sayang sekali, Jungwon sudah pergi dua menit lalu, begitu juga murid-murid di kelasnya menyisakan dirinya dan beberapa murid lain.

Gadis itu kembali menelungkupkan wajah. Dia menurunkan lengan seragam olahraga yang dia lipat sampai siku hingga menutupi jari-jemarinya bertujuan menghangatkan tubuhnya yang menggigil.

Kesadarannya hampir di ambang batas. Hidungnya berair dengan mata memerah, mengangkat kepala saja terasa begitu berat. Shareen menjadi tidak berdaya hanya karena demam.

Dia tidak bisa merasakan apa pun selain pusing sebelum tangan seseorang mendarat di keningnya. Dia tersentak kaget.

"Lo demam?"

Shareen tidak bisa menjawab apa pun, yang dia rasakan hanya panas dan berputar-putar. Penglihatannya pun mulai memburam.

Samar-samar dia melihat Sunghoon berdiri di depannya sambil melayangkan tatapannya yang tidak dapat Shareen lihat dengan jelas.

"Kenapa gak bilang kalau lo gak bisa kena hujan?"

"P-pusing...."

"Iya kenapa lo gak bilang ke gue?"

"A-aku mau pulang." Rasa sakit di kepalanya semakin berdenyut-denyut. Dia mengenakan ransel lalu bangkit berdiri.

Sunghoon membiarkannya. Shareen berjalan sempoyongan sampai tubuhnya hampir menabrak papan tulis jika saja Sunghoon tidak menarik ranselnya.

"Lo gak bisa pulang, lo harus nunggu di UKS seharian."

"Kenapa gak bisa?!" Refleks Shareen menepis lengannya. Dia kembali memegang pelipisnya. "Aku harus kerja. Semalam, udah ... bolos." Dengan susah payah dia menempuh perjalanan menuju koridor.

Sunghoon mendengus lalu berdiri tepat di depan Shareen. Gadis itu menabrak dadanya karena tidak dapat melihat jalan dengan jelas. Saat Shareen hendak menyingkir, Sunghoon mencengkeram kedua pundak gadis itu.

"Bisa diem gak lo?"

"Aku mau pulang...."

"Makanya gue bilang diem!" Perintah bernada tegas itu berhasil membungkam Shareen, bahkan menyadarkan Shareen dari rasa pusing. Matanya berkaca-kaca, memandang Sunghoon dengan melas.

"Aku mohon..., kali ini aja, biarin aku pulang."

Dahi Sunghoon bergelombang. "Gue gak bilang apa-apa."

Shareen merapatkan bibirnya yang merah keunguan, matanya masih berkaca-kaca dengan air muka memelas, siap menumpahkan air mata.

Sunghoon berdecak. "Gue gak minta lo apa-apa!" Dia berdesis. "Ya udah, kalau itu mau lo, sini!" Dia menggenggam lengan Shareen sekaligus merangkulnya untuk membantu berjalan.

Psychopatic Guy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang