³³. tigapuluh tiga

7.1K 1.2K 474
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca 🥀

Udah follow aku belum? Kajja follow💗






Apa hanya sekadar mimpi?

Shareen berdiri di ambang pintu, memperhatikan Sunghoon di balkon rumah. Memberi makan Hani. Tunggu sebentar, Hani!?

"Sejak kapan kamu bawa Hani ke sini?" Shareen terkejut. Beribu kali lipat. Kemarin-kemarin dia memikirkan kucingnya itu yang pasti sudah bahagia di rumah mewahnya Liz, tetangganya. Hal itu dikarenakan Sunghoon tidak mengizinkannya mengunjungi rumah lamanya lagi. Hanya sekali sekadar mengambil barang-barang, itu juga Sunghoon yang menemani.

Sunghoon yang lengannya terlipat di dada menyahut, "Gue udah bilang gue pengen bawa kucing lo ke rumah gue, karena lo udah pindah dan gak peduliin dia lagi ya udah gue bawa aja."

"Siapa bilang aku gak peduli sama Hani?" Shareen berjongkok, hendak meraih kucing berbulu orange itu, anehnya Hani mengeong marah. "Hani, Shareen tahu salah ninggalin Hani, tapi bukannya Shareen sengaja-"

Kucing itu mengeong lagi, kali ini melompat ke pangkuan Sunghoon.

Sunghoon mengusap kepala Hani. "Gue suka sama dia. Dia juga suka sama gue. Gak usah ganggu hubungan gue sama dia."

Bibir Shareen terbuka setengah. "Bukannya kamu gak suka kucing?"

"Sejak kapan gue bilang?"

"Bukannya semua psikopat gak suka kucing...?"

Sunghoon menautkan alisnya. "Semua psikopat? Emang lo pernah ketemu 'semua psikopat' itu?"

"B-bukan, berdasarkan buku yang aku baca, kalian gak suka dengan makhluk hidup. Atau mungkin, kamu pura-pura baik ke Hani, tapi punya niat terselubung ... ngebunuh dia?" tudingnya.

"Iya!" Sunghoon mengiyakan cepat, nada suaranya ikut menggebu seperti Shareen.

Shareen melotot, "Udah aku bilang, Hani kamu mending balik ke Liz!" Saat tangannya terjulur, Sunghoon menarik lengannya hingga posisi mereka jatuh ke lantai, Hani sudah berlari menuju ruang tamu.

"Haniii!"

"Gue suka sama dia, harus berapa kali gue kasih tahu? Kalau orang suka emang ada niat nyakitin?"

"Bukan bohongan, kan?"

"Bukan."

Shareen mendorong Sunghoon menjauh. Punggungnya menyentuh lantai yang dingin. Keduanya sama-sama berbaring bersebelahan di lantai.

"Lo udah selesai ngemas barang? Apa perlu bantuan gue?"

"Udah." Dia menggarut kepala belakangnya. Masih canggung mengingat dia harus tinggal sementara bersama Sunghoon.

"Suka, nggak?"

"Apanya?"

"Suka kamarnya?"

"Emm, ya."

"Kalau gue?"

Kepala Shareen berputar-putar memikirkan pertanyaan itu. Dia hanya angguk-angguk saja. Membuat Sunghoon terkekeh dan memperhatikan wajah itu.

Sedangkan Shareen, kamarnya terletak di sebelah kamar cowok itu, dia terus memikirkan itu. "Nanti aku cari rumah sendiri. Kamu, kan, punya privasi. Aku gak boleh ada di sini. Apalagi kamu itu ....," cicitnya, tidak berani melanjutkan.

Sunghoon mengusap-usap dagunya. "Bener juga, sih. Gue gak mau nyakitin lo tanpa sadar. Tapi kalau itu hampir terjadi, lo bisa tampar gue."

Sontak Shareen menoleh kaget, "Gak tambah marah?"

Psychopatic Guy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang