Jangan lupa vote sebelum membaca ❤️
Happy reading 🥀
Dua tangan Sunghoon terkepal erat menonjolkan urat-urat yang terlalu kentara. Rahangnya mengeras dengan gigi bergemelatukan. Di ruangan gelap tersebut, dia telah menghabisi orang-orang yang menjadi pemuas amarahnya.
Setelah mengurus mayatnya, dia kembali menaiki motor. Tatapan matanya lebih gelap dari biasa, dia mengendarai dengan kecepatan di atas rata-rata.
Dia melihat telapak tangannya yang terdapat bercak darah. Matanya terasa panas, dia berkendara tak tentu arah.
"Sialan, gue mau berhenti. Gue udah cape," batinnya.
"Stop ngendaliin gue. Pergi dari diri gue! Gue gak butuh lo lagi!"
"Pergi!"
"Pergi, bangsat!"
Motornya menabrak pembatas jalan hingga dia tercampak jauh ke aspal. Darah mengalir di sekujur tubuhnya. Anehnya dia tidak merasakan sakit, tatapannya menggelap dan dadanya begitu sesak, tapi sakit itu tetap tidak dia rasakan.
"Gue mau mati! Bunuh aja gue sekalian!" jeritnya di tengah trotoar yang tiada orang lain sambil memukul kepalanya berulang kali.
Dia menangis, pada akhirnya hanya menangis yang bisa dia lakukan. "Gue harus apa. Shareen, gue harus apa. Gue pengen berhenti. Gue udah cape. Gue pengen pulang secepatnya ke lo tapi gue gak bisa."
Dua tangannya terkepal erat, amarahnya mulai tersulut, dia berusaha mengendalikan emosinya agar tak semakin memuncak.
"Gue sayang sama dia. Seenggaknya ada satu hal yang bisa gue lakuin buat dia."
"Gue mohon," Dia kembali menangis sambil menepuk-nepuk dadanya. Berakhir menggeram sambil menonjok-nonjok aspal yang membuat buku-buku jarinya berdarah.
Heeseung yang baru tiba terkejut mendapati teman satunya itu bertindak 'gila'. Ya, Heeseung. Sebenarnya dia tahu Sunghoon ada di mana, bahkan sekarang menemuinya.
"Hoon, lo kenapa woi?"
"Bunuh gue, cepat. Bunuh gue!"
"Bukan lo yang mati. Tapi gue! Pertahanan lo itu lebih kuat dari siapa pun! Lo sadar, Hoon. Kenapa tiba-tiba minta mati? Gue tahu lo cape, tapi—"
"Lo gak ngerti perasaan gue!"
"Lo yang gak ngerti perasaan lo! Malu sama diri lo sendiri! Apa yang lo lakuin kayak gini gak ngubah apa pun dalam diri lo!"
"Kalau gitu harusnya gue ngelakuin hal yang gue mau, gak kayak gini! Kenapa gue harus ngelakuin ini? Kenapa gue balik ke kebiasaan sialan ini? Kenapa gue dimanfaatin sama para bangsat itu?!"
"Mereka terlalu gede buat kita singkirin, polisi aja gak cukup ngentiin mereka, gue juga gak bisa ngabisin mereka atau berusaha ngeluarin diri lo dari mereka. Lo bener-bener terjebak."
"Jadi gue harus apa SIALAN?!"
Heeseung meringis. "Lo bener. Udah cukup kita jadi hewan peliharaan mereka. Kita harus ngelakuin sesuatu, tapi apa yang bisa kita lakuin?" Dia hendak memapah Sunghoon yang kondisinya begitu parah, tapi ditepis oleh si empu. "Gue tahu lo frustasi tapi gak kayak gini, justru jiwa lo yang lain makin seneng kalau lo ngerasain sakit."
Sunghoon sudah tidak memiliki tenaga lagi, dan Heeseung yakin sebentar lagi sisinya yang lain itu akan mengambil alih. Kala Heeseung membantu, dia akan mendorongnya.
Hingga tiba-tiba, suatu pemikiran terlintas dalam benak Heeseung.
"Hoon, gue punya satu cara."
Sunghoon tidak tertarik. Dia berusaha bangkit sendiri dengan dua tangannya yang terasa patah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopatic Guy✓
FanfictionPark Sunghoon, cowok berandalan yang tidak pernah membiarkan siapa pun mendekatinya. Cowok berhati es yang paling badass di sekolahnya. Sunghoon tidak sungkan memukul siapa pun yang menentangnya. ✓Merokok ✓Clubbing ✓Tawuran Orang-orang mungkin meng...