PART 6

622 36 0
                                    

Happy Reading
.
.
.

...

Kemarin hari minggu, kan? Nah berarti sekarang senin. Hari yang paling dibenci oleh kebanyakan siswa-siswi. Alasannya, hari senin pelajarannya nggak pernah nggak absen, udah gitu mapel banyakan susah. Kegiatan banyak, dari upacara, razia dan lainnya lagi.

Seperti sekarang ini, ketegangan terjadi di kelas . Rambut laki-laki yang terlihat panjang akan dipotong, dan perempuan diperiksa kukunya serta razia make up.

"Ririn, ini kuku kamu kenapa kayak pelangi gini? Mana panjang lagi ...." Ibu Eni selaku guru BK geleng-geleng kepala sedangkan siswi yang bernama Ririn itu hanya cengengesan.

"Hehe, Ibu kayak nggak pernah muda aja."

"Beda zaman, Rin," balas ibu Eni.

"Ini namanya pashion Buk." Ririn melentikkan jarinya memperlihatkan pada ibu Eni.

Ibu Eni berkacak pinggang, lagi-lagi Ia menggelengkan kepalanya heran. "Itu jilbab, tingginya Ma Syaa Allah. Nggak pake ciput juga, yah?"

"Aa Buk jangan di rusak ... Nah meleyot, kan." Ririn menggerutu kesal lalu berusahan merapikan hijabnya seperti tadi.

Ibu Eni hanya mendengus kemudian lanjut memerikaa siswi lain.

_

Terdengar suara tawa ramai-ramai.

"Rambut lo kenapa, Wan? Kek Ronaldowati versi kebalik, hahah," ungkap Tazran sambil tertawa, sedangkan Iwan menekuk wajahnya sambil berusaha menutup rambutnya yang pendek bagian depan.

Iwan mencebik. "Mentang-mentang nggak kena razia."

"Tadi yang razia rambut siapa?" tanya Ririn yang masih merapikan hijabnya.

"Itu jiblap dari tadi dirapihin, nggak rapi-rapi perasaan," celetuk Irsyad yang duduk disamping Iwan.

Kontan Iwan meraup wajah pemuda itu dengan tangan kirinya. "Jilbab,  Syad jilbab," Iwan meralat.

Irsyad mendelik. "Tangan lo bau, Subhanallah ...." Ia menatap Iwan dengan horor sedangkan yang ditatap hanya menampilkan cengiran khasnya.

Iwan berbisik pelan. "Hehe,  tadi gue abis nyetor. Mungkin lupa cuci." Irsyad membulatkan matanya hendak menyebut tapi terhenti saat mendengar teriakan membahana sang bendahara kelas.

"Woii! Bayar uang kas Wir. Nggak bayar, keteknya kelap-kelip, kuburannya sempit, pulangnya ditilang polisii!"

"Buset dah, rentenir!" celetuk Iwan mengundang atensi Nadin-bendahara.

"Lo ngajak gelut? Hayyu!" Gadis itu menggulung lengan baju hendak maju ke arah Iwan tapi ditahan sama Nur.

"kejam cok."

"Iwan, lo nunggak hampir tiga minggu, woii!" lanjut Nadin.

"Pantes, tadi diam-diam bae, sunyi mulu!" celetuk Tazran.

"Lo juga weh!" tukas Nadin membuat Tazran bungkam.

"Iwan! Jangan diam doang lo!"

Salah Paham Membawa Sah! [END] (Revisi-remake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang