Part 47 : Perpisahan

418 21 2
                                    

"Assalamualaikum...." Yuda masuk ke dalam rumah diikuti dengan Elvi di belakanya yang berjalan sambil mengangkat gamis yang ia kenakan. Tampilannya begitu berantakan, jilbabnya miring ke samping membuat rambutnya terlihat beberapa helai.

"Wa'alaikumusalam...."

"Astagfirullah Elvi!" Elvi tersentak mendengar suara itu, asalnya dari ruang tamu. Ia menoleh lalu tersenyum konyol.

Yuda yang berada di tangga membalik badan, ia menggigit bibir bawahnya menahan tawa. Elvi, gadis itu berdiri diam di tengah-tengah menghadap ruang tamu dimana Herman dan Rania berada.

"Itu kenapa pakaiannya? Hijab miring, bajunya di angkat."

Elvi menyengir, menggaruk kepalanya dengan bingun menatap mereka berdua.

"Bajunya kepanjangan Pa," gadi itu melepas genggamannya membiarkan gamisnya menjuntai ke lantai.

"Ini?" berganti memegang jilbab yang di gunakan, Elvi menatap Herman. "Aku nggak tau pake ginian."

"Malah di paksa sama Kak Yuda." dengusnya, Herman dan Rania saling memandang lalu menggeleng.

••••

Dua minggu telah berlalu. Yuda sudah kembali tinggal dengan Yoga dan juga Sura. Tiga hari setelah kembali ke rumah Yuda di datangi oleh pihak kepolisian dengan kasus tuduhan telah mencelakai Sura dengan sengaja. Tapi, itu sudah di luruskan oleh mereka. Memilih menyelesaikan dengan kekeluargaan, Rania meminta maaf dan berterimakasih kepada Sura karena tidak membawa kasus itu ke jalur hukum.

Masalah telah selesai dan mereka telah berdamai, Yuda telah memaafkan atas apa yang telah di lakukan oleh Rania. Dan alhamdulillah masalah selesai.

hari ini adalah hari perpisahan Ika dan sekolah mengadakan perpisahan di salah satu tempat wisata terbaru di desa. Mereka memilih tempat itu karena suasananya masih asri dan juga ada sungai kecil bisa untuk mandi-mandi. Bagi yang mau....

"Kok gue jadi pengen mandi?" Ika menoleh ke arah Iwan, saat ini mereka sedang berdiri di tepi sungai melihat anak-anak yang lain yang sedang mandi di sungai.

"Kamu bawa baju ganti?" Iwan menggeleng.

"Loh?" Iwan menggaruk kepalanya.

Nur yang berdiri di antara mereka hanya diam memperhatikan anak-anak yang lain sedang mandi, ia lalu menatap ke arah Iwan. Iwan menoleh sedikit menunduk menatap Nur dangan mata memicing.

"Apa la-" kata-kata Iwan terpotong.

"Iwan, kok gue pengen liat lo berenang yah." ucap Nur setelah lama diam.

Iwan menggeleng ribut, "Ngadi-ngadi lo cebong!"

Ika menatap Nur dan Iwan bergantian. "Ih nggak baik ngatain teman...." ucapnya, padahal biasanya abang sendiri di katain. Menolak sadar....

"Eh nggak gitu... gimana yah, udah lah. Pokonya gue nggak mau berenang."

Nur mengerucutkan bibirnya, "Hari terakhir loh, masa nggak mau kabulin sih."

"Ika aja noh." Iwan menunjuk Ika.

"Aku nggak boleh mandi. Hahaha...."

"Gue maunya lo yang mandi." Iwan mendelik, sedangkan Ika hanya bisa terkikik. Ada-ada juga sahabatnya ini.

"Gue mau liat lo berenang...." Nur mengguncang pelan lengan Iwan.

"Gue nggak mau!"

"Is mau dong."

"Nggak mau!"

"Mau!"

"Nggak!"

Ika menggaruk belakang kepalanya, dengan bingun ia melihat percekcokan itu. Bingun mau membela siapa, disini juga Nur agak aneh. Lebih sensitif dan Iwan tidak membawa baju ganti, jadi Ika tidak tau mau harus bagaimana.

Salah Paham Membawa Sah! [END] (Revisi-remake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang