Part 42 : Terbongkar & Kebencian

382 17 0
                                    

Bunyi ponsel dalam saku celanya menghentikan langkah Yuda yang hendak masuk ke kamar. Tertera nama Seta di sana,  tanpa menunggu lama ia angkat.

'Assalamualaikum!' suara Seta terdengar tak santai.

"Wa'alaikumusalam...." jawabnya dengan malas.

'Gue nggak habis pikir yah sama lo!  Gue tau lo nggak suka sama bunda Sura, lo benci sama dia. Tapi nggak gitu juga caranya. Jahat banget jadi orang,  nggak punya hati!!'

Yuda menjauhkan Hp dari kupingnya mendengar cerocosan Seta. Keningnya berkerut bingun.

"Maksud lo apaan sih?" Yuda melanjutkan langkahnya kedalam kamar, lalu duduk di tepi kasur.

'Nggak usah sok polos lo nanya-nanya kek gitu! Gue lihat dengan mata kepala gue sendiri. Jangan ngeles yah!'

"Ya emang nggak tau,  apaan sih?!"

Terdengar tarikan nafas dari sebrang 'GUE LIHAT LO NYENGGOL MOTOR BUNDA SURA, TADI DI JALAN!! puas lo hah! Udah nyakitin bunda, gue tau lo nggak suka. Tapi jangan kayak gitu juga lah kamb*ng!!'

'Astagfirullahaladzim.... Nyebut lo Yuda, istighfar!' timpalnya.

Yuda terdiam, ia merasa tidak pernah melakukan itu,  bahkan berfikir untuk menyakiti ibu tirinya pun ia tidak pernah. Tapi kenapa Seta
beranggapan ialah yang mencelakain Sura. Yuda menghela nafas entah kenapa dadanya terasa sesak.

'Diam lo sekarang! Istighfar Yud,  mama lo itu yang jahat bukan bunda.' Seta berdecak tidak mendapat balasan. 'Gue baru sadar sekarang,  punya sahabat ternyata sebelas duabelas sama penjahat!

"Sekarang bunda gimana?" tanya Yuda dengan sedikit terbata.

Seta mendengus tidak lansung menjawab.

"Seta! Jawab gue!"

'Lo pikir setelah kecelakaan, orang kemana? Ke taman bermain? Bener yah kata Sakir, makin kesini makin dong* lo. Ya ke rumah sakit lah bego! Lengan bawahnya patah dan itu gara-gara lo. Dah!' telepon di matikan, Yuda masih belum berkutik.

••••

Di rumah sakit, ika duduk termenung di depan ruangan Sura di rawat. Duduk di kursi menunggu suaminya membeli air. Tak jauh dari tempatnya ada Seta dan juga Sakir, Asram menitipkan Ika pada mereka. Sedangkan Yoga ada dalam ruangan.

Kondisi Sura tidak terlalu parah,  hanya mengalami patah tulang lengan bawah sebelah kiri dan beberapa lebam di kaki juga pergelangan tangannya. Sekarang ia belum siuman.

Saat pertama kali Ika mengetahui Sura kecelakaan, Ika tidak pernah tenang. Terus-terusan menangis, apalagi saat mengetahui siapa yang melakukan semua itu. Bahkan Asram kewalahan menenangkannya. Dalam pelukan Yogalah ia bisa tenang dan juga setelah mendengar penjelasan dokter tentang kondisi Sura yang tidak terlalu parah ia mulai tenang.

"Dek,  minum dulu...." Suara Asram menginstruksi membuat Ika menoleh dengan tatapan kosong.

"Dek?"

"Lapar nggak?" lagi-lagi tidak ada jawaban dari Ika membuat Asram menghelah nafas.

"Ekhem," Asram berbalik mendapati Sakir dan juga Seta, Asram tersenyum.

"Bang kita pamit yah. In Syaa Allah besok balik lagi." Asram mengangguk.

"Terima kasih sudah membantu bawa bunda ke sini." mereka kompak mengangguk.

"Itu udah kewajiban bang,  saling bantu. Kita pamit yah,  Assalamualaikum...."

"Wa'alaikumusalam."

Sedangkan di sisi lain,  Di kamar.  Yuda baru saja keluar dari kamar mandi. Dengan setelan kaos putih lengan pendek dan celana pendek hitam.
Ia terduduk di tepi kasur, masih mengingat dengan jelas perkataan Seta di telepon tadi.

Salah Paham Membawa Sah! [END] (Revisi-remake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang