Part 49 : Bu Dea

389 22 0
                                    

Tiga bulan telah berlalu, pasutri itu kini kembali pada rumahnya karena keadaan Sura sudah membaik, tangannya pun sudah pulih kini ia sudah bisa beraktivitas seperti semula.

Ika dan Asram menjalani hari-hari dengan baik. Ika melakukan tugas istri dengan baik, mengurus keperluan Asram saat ingin berangkat ke sekolah dan menunggunya saat jam pulang.
Begitu pun dengan Asram yang memperlakukan Ika dengan baik jika melakukan kesalahan ia akan menegur istrinya dengan lembut. Hubungan mereka juga semakin dekat dan saling memahami satu sama lain.

....

Ika menyusun bantal sofa sesuai dengan tempatnya, lalu ia meraih remot tv dan duduk untuk menonton tv. Asram baru saja pulang dan sekarang sedang mandi, ika memilih menonton seraya menunggu suaminya selesai, pakainya pun sudah di siapkan sebelum itu.

Beberapa lama menonton bunyi notifikasi mengalihkan perhatiannya, ia menoleh. Ternyata Asram yang melangkah ke arahnya sambil main ponsel.

"Siapa mas?" tanya Ika saat Asram duduk di sebelahnya.

"Pemberitahuan kalau besok ada sosialisasi pramuka untuk kelas X."

"Siapa yang kasi tau?" Asram terdiam, menatap ponselnya bergantian dengan Ika.

"Siapa?!"

"Ibu guru."

"Ya tau, maksudnya ibu siapa? Bu Eni atau Ibu Rahma... Ooo Ika tau pasti Bu Dea kan? Kan Mas?!"

Nah, inilah satu-satunya permasalahan yang sampai saat ini belum pernah Ika terima, Bu Dea. Ika masih tidak suka dengan itu. Apalagi di tambah beberapa hari yang lalu Bu Dea jujur akan perasaannya terhadap Asram. Itu sudah di tebak, pasti akan terjadi. Asram jujur jika ia sudah menikah tetapi bu Dea menolak dan tetap kukuh, bahkan ia bersedia menjadi yang kedua. Asram pun tak habis pikir dengan itu.

"Bukan yaang."

"Ya terus siapa?"

"Ibu Leni." Ika mengerutkan dahi bingun,  ia asing dengan nama itu. Beberapa detik ia berfikir lalu kemudian matanya membulat sempurna.

"Pasti namanya di samarin kan?" Asram tertawa,  ada-ada saja tebakan istinya ini.

"Apaan hahah, bukanlah. Bu Leni itu guru baru adek sayang...."

Ika hanya melirik, pipinya di kembungkan memerah. Hatinya melemah jika Asram sudah memanggilnya dengan nama itu.

"Aih mas." rengeknya sambil menahan senyum. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Kenapa tuh?" Asram mencoba menyingkirkan kedua tangan Ika.

"Mass!"

"Aduhh sayangku, pipinya masih merah yah." Ika mendengus kesal,  tapi pipinya malah semakin bersemu. Membuat Asram semakin tertawa dan meraihnya dalam pelukan.

"Ya Allah yaang, hahaha."

"Lucunya mana sih?"

"Kamu yang lucu...."

"Mass!" gadis itu menghentakkan kakinya, membuat tawa Asram semakin menjadi.

••••

Ika memberikan piring yang sudah diisi makana kepada Asram, saat ini mereka sedang makan malam.

"Besok minggu mas...." celetuknya sambil memberi cengiran.

"Yang bilang senin siapa?" Ika berdecak.

Entah apa yang terjadi dengan suaminya ini.

Salah Paham Membawa Sah! [END] (Revisi-remake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang