PART 17

645 30 0
                                    

Happy Reading
.
.
.

...

"Bila bentakan kecilku patahkan hatimu
Lebih keras dari itu dunia 'kan menghakimimu ...."

Sarapan pagi baru saja selesai, Ika mengambil alih kerjaan dan menyuruh Sura untuk istirahat. Ini hari minggu jadi mereka bisa bersantai.

Ika bernyanyi sambil mengangkat piring dari meja makan. Gadis itu mulai mencuci piring dengan senandung asalanya.

"Nanana ...."

Ika meraih kain lap untuk mengeringkan tangannya, beralih pada sisa makanan untuk dimasukkan ke kulkas. Setelah selesai Ika mengbil sapu untuk membersihkan lantai dapur dekat pintu belakang.

Jam menunjukkan hampir pukul delapan, Ika memilih duduk sejenak pada kursi meja makan sambil bermain ponsel. Bunyi bel tak Ia hiraukan, Ika tahu di depan ada Yuda dan Yoga.

Ku ingin kau tahu, ku ingin kau selalu
Dekat denganmu setiap hariku
Sudahkah kau yakin untuk mencintaiku
Ku ingin hanya satu tuk selamanya

Ku tak melihat dari sisi sempurnamu
Tak peduli kelemahanmu
Yang ada aku jatuh cinta karena hatimu

Ika menggoyangkan kepalanya kekiri dan kanan mengikuti irama musik. Ika mendongak saat merasakan kehadiran seseorang. Ternyata itu Yuda, pemuda itu mesem-mesem sendiri saat menatap Ika.

"Apasih?!" gumam Ika, lalu Ia beranjak untuk kekamar.

"Ku tak melihat dari sisi sempurnamu
Tak peduli kelemahanmu
Yang ada aku jatuh cinta karena hatimu."

Ika bernyanyi saat hampir melewati ruang tamu gadis itu mendongak dan terdiam kaku, mulutnya masih bernyanyi tapi dengan suara yang berangsur lirih.

Ika menurunkan tangannya dengan kaku masih memangdang kearah ruang tamu. Disana ada Asram dan juga Candra. Mendadak pipinya memerah, mengingat tadi Ia bernyanyi dengan suara keras. Jika itu cuma Yoga, tidak apa-apa. Tapi ini ada orang lain.

Asram menunduk lalu menoleh pada papanya, kemudian   ketiga pria itu kembali pada obrolan seolah tak melihat Ika tadi.

Ika segera berlari ke kamar. Menutup pintu dengan keras lalu melompat ke kasur.

"Aaa! Abang kampr*ttt nggak ngomong kalau ada orang! Aaaa!" Ika meremas bantal dengan gemas. Pipinya masih merona, sudut matanya berair.

"Aais huhuhu, malu banget ya Allahh! Apa tadi? Pake nyanyi lagi. Huuaaa!"

Gadis itu mengusap sudut matanya, mau tertawa juga memangis. "Maluuu ...." gumamnya sambil menenggelamkan wajahnya pada bantal. Sampai beberapa menit Ia kembali memperbaiki posisinya.

"Ya Allah ... Yang buat air siapa? Huhu au ah biar Abang aja yang buat." Usai mengatakan itu, pintu kamarnya di ketuk.

"Dek!" panggil Yuda. Ika membekap mulutnya.

Pintu kamarnya terbuka menampilkan Yuda yang menatapnya aneh. Pemuda itu berkacak pinggang.

"Turun, buatin kopi sama teh," Ika menggeleng menolak perintah Yuda.

Salah Paham Membawa Sah! [END] (Revisi-remake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang