Pagi, masih berada di kediaman Herman. Menuruni tangga, lalu masuk ke ruang makan, Yuda menatap mereka bertiga yang kini sibuk dengan kegiatan masing-masing. Rania menyiapkan makanan untuk suaminya, yang kini fokus baca koran sedangkan Elvi, entah apa yang di lakukan gadis itu.
"Yuda...." Rania menampilkan senyum bahagia, akhirnya Yuda mau sarapan bersama pagi ini. Karena biasanya ia akan mengurung diri di kamar sepanjang hari tanpa mempedulikan makan.
Yuda tak memberikan ekspresi apapun, ia mendekat lalu duduk di hadapan Herman. Di sampinya ada Elvi yang masih diam.
"Yuda, gimana?" Herman melipat koran lalu di letakkan di atas meja.
Yuda menggeleng, ia tau maksud Herman yang bertanya begitu. Sejujurnya bisa saja ia ke rumah sakit untuk bertemu dengan Sura dan juga keluarga yang lain. Tapi ia belum punya keberanian yang cukup. Ia masih malu, dan takut. Apalagi Ika tidak lagi menyambutnya dengan baik.
"Yuda, semalam mama ke rumah sakit jenguk bunda kamu dan-" ucapan Rania terputus oleh Yuda.
"Mau apa lagi lo?" Yuda mengepalkan tangannya.
Ia menatap tajam kepada Rania."Nggak gitu nak, mama pergi cuma mau minta maaf." Yuda membuang muka.
"Ohh, yang kemarin yah tante?" Rania mengangguk.
"Yuda mama minta maaf." tidak ada respon dari Yuda. Pemuda itu makan tanpa mempedulikan mereka.
"Kak Yuda masih marah?" Yuda hanya melirik, menyadari itu nyali Elvi menciut. Menelan ludah dengan paksa dan memulai makannya.
"Yuda...." panggilan dari Herman membuat Yuda tersadar, ia membuang nafas.
"Maaf pa, Yuda pamit...." Rania menatap sedih punggung pemuda yang kini hilang di balik pintu utama.
"Mas?"
Herman membuang nafas gusar. "Kamu yang mulai Rania, jadi terima saja konsekuensinya." Rania terdiam, ia sadar.
"Papaa aku pamit." Herman mengangkat pandangan menatap Elvi dengan cengo, bukannya tadi gadis itu masih makan.
"Mau kemana?" tidak menjawab Elvi berlari keluar membuat keduanya menggelengkan kepala.
"Kak Yudaaaa, tungguinnn."
"Apa?" Elvi berdiri di dekat Yuda yang mengeluarkan motor dari garasi.
Gadis itu menggerakkan kaki, menendang angin dengan main-main.
"Mau kemana?"
"Buka urusan lo." Elvi menelan lidah.
"Yang di tanya apa, dijawabnya apa...." Elvi mencebik.
"Ikut Kak." Yuda menghela nafas menatap dengan malas Elvi yang kini mengedip-ngedipkan matanya.
"Mau apa lagi, cukup semalam aja lo nyolong pentol." Elvi cengengesan.
"Nggak lagi sumpah." memperlihatkan dua jarinya, Yuda berdecak.
Yuda menaiki motornya dan bersiap untuk tancap gas, tapi ia di kejutkan dengan apa yang di lakukan oleh Elvi. Gadis itu memeluk erat pada lengannya. Lantas ia membuka kaca helmnya dan menatap Elvi dengan horor.
"Lepasin woii...." Yuda mengoyang-goyangkan tangannya tidak beraturan. Tapi pelukan gadis itu tidak terlepas.
"Mau ikut, kakak harus ijinin."
"Punya hak apa lo?!" kini ia menghentikan gerakan tangannya.
"Aku bosan di rumah."
"Lepasin nggak?" ucap Yuda dengan geram, Elvi menggeleng ribut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Paham Membawa Sah! [END] (Revisi-remake)
Casuale📌Hargai karya orang. Budayakan Follow sebelum baca dan jangan lupa vote(●'з')♡ Kisah seorang guru yang menikah dengan salah satu muridnya di sekolah, Asram Danika Edgarsyah dijodohkan sejak masih kecil bersama dengan Dianika Silviadira yang tidak l...