Part 48 : Dedek Alana

500 23 0
                                    

"Bunda...."

"Nggakpapa bang, tenang yah...." ucap Sura berusaha menenangkan Yuda yang masih setia memeluknya dari tadi.

Yoga yang duduk di sofa tunggal menghela nafas lelah. Yuda makin kesini makin aneh menurutnya, manjanya semakin menjadi. Lihat saja sekarang, setelah gempa tiga puluh menit lalu Ia tidak mau melepaskan Sura sedikit pun.

Saat gempa terjadi, Yuda baru saja memasuki rumah,  dan di saat yang bersamaan Sura menuruni tanggan sedangkan Yoga ada di dapur memasak. Sura hampir terjatuh karena guncangan yang lumayan besar dan itu membuat Yuda khawatir dan takut. Dan jadilah sekarang kayak gitu....

Samar-samar mereka mendengar bunyi mobio memasuki garasi, Yuda menoleh ke arah Yoga lalu melepaskan pelukannya mengganti posisi jadi berbaring. Taulah siapa yang datang.

"Assalamualaikum...." suara Ika terdengar.

"Wa'alaikumusalam."

"Bunda, gempanya ge- de." Ika melambatkan laju jalannya saat melihat Yuda yang kini menatapnya dengan menjulurkan lidahnya.

Gadis itu mendengus membalik arah ke Yoga, lalu duduk di tanganan Sofa.

"Kok pulangnya cepet?" tanya Yoga.

"Setelah gempa perpisahan lansung di bubarin."

"Bukannya udah selesai mas?" Ika berpindah,  duduk di sebelah Asram.

"Iya maksudnya kan, acara formal udah selesai. Tapi, acara senang-senangnya di bubarin sayang." jelas Asram dengam gemas mencubit pipi Ika dengan lembut.

Yoga dan Sura saling melempar senyum, berbeda dengan Yuda yang hanya memutar bola mata malas.

"Ish, jijik bed ya Allah." ucap Yuda dengan ekspresi seperti mau muntah dan itu mendapat hadia lemparan bantal sofa dari Ika.

"Jangan iri, jangan iri. Jangan iri dengki...." Ika bernyanyi sembari memeluk dengam erat suaminya dari samping.

Yoga terkekeh, "Cuma abang yang jomblo...." ucapnya di sambut tawa oleh Sura.

"Ya jangan di perjelas juga Yah...." rengek pemuda itu, lantas ia menenggelamkan wajahnya di perut Sura.

Sura mengusap kepala Yuda, "Bunda sama aja...." celetuk Yuda,  bibirnya mengerucut kesal.

Lagi-lagi Sura tertawa, "Ya gimana dong,  fakta kan nak."

"Aiih...." Yuda mendengus kesal membuat mereka semakin tertawa.

••••

Mobil Asram baru saja masuk ke garasi rumah, setelah kendaraan beroda empat itu benar-benar berhenti, Ika buru-buru membuka pintu lalu berlari ke teras dimana Dara berada. Tapi seperti ada yang lain, Ika menghentikan larinya berganti dengan jalan lambat saat melihat bayi yang di pangku oleh Dara.

Gadis itu memilih menunggu suaminya turun dari mobil. Beberapa detik kemudian ia merasakan rangkulan di pinggangnya lalu berjalan beriringan menghampiri Dara.

"Assalamualaikum...."

"Wa'alaikumusalam." Dara tersenyum, lalu kembali memainkan tangan kecil bayi perempuan yang ada di pangkuannya.

Ika hanya diam, memperlihatkan gerak gerik mama mertuanya. Berbeda dengan Asram yang terlihat antusias,  pemuda mendekat ke arah Dara untuk melihat.

"Anak siapa ma?" tanyanya sambil meraih tangan mungil sang bayi.

"Anaknya Haris." Asram menganggukkan kepalanya,  lalu kembali menegakkan badan.

"Cucunya Ibu Jia?" Asram memastikan di balas anggukan setuju oleh Dara.

Salah Paham Membawa Sah! [END] (Revisi-remake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang