Part 43 : kebenaran

355 15 0
                                    

Flashback

Yuda turun dari motor, lalu melangkah menuju Rania yang berdiri di teras tersenyum ke arahnya.

"Assalamualaikum ma." mengucap salam lalu salim.

"Wa'alaikumusalam...."

"Loh ini kan hoodienya Yuda kan?" Yuda meraih pakaian yang di sampirkan di pundak Rania.

Rania diam sesaat. "Ah,  iya tadi...." Yuda menatap mamanya.

"T-tetangga yang bawa." Yuda mengerutkan dahinya.

"Iya,  katanya terbang ke pekarangan rumahnya waktu di jemur." jelasnya dengam sedikit pucat dan keringat di sisi wajah.

Yuda mengulum bibirnya, "Tapi, bukannya mama pake jasa laundry yah?"

Rania menelan saliva. "Yah mama nggak tau lah. Udah lupain aja."

Yuda hanya mengangguk, tidak mau berfikir aneh-aneh. Yang terpenting bajunya sudah ketemu.

"Kalau gitu Yuda ke da-lam."

"Pergi belanja yuk, bareng mama."

"Belanja bahan dapur?" Rania mengangguk.

"Sebentar lagi papa pulang." Yuda menaikkan alisnya sebelah.

"Ah itu suami mama. Papa kamu juga... Kan."

"Papa?" Rania mengangguk sambil tersenyum.

"Mama nikah?"

"Iya setelah mama pergi dari rumah...."

"Hmm?"

"Lupain aja,  yuk pergi. Keburu papa pulang."

"Yuda ganti baju dulu."

"Nggak usah, pake ini aja." ujarnya menunjuk hoodie yang ada di tangan Yuda.

"Baru jam 8 ma...."

"Mana tau papa pulangnya cepet. Ayokk" menghelah nafas lalu mengangguk.

Flashbac of.

Yuda menatap kosong air danau di depannya. Matanya memerah, bergetar. Sekarang ia paham, kenapa Seta menuduhnya menyenggol motor Sura.

Ia juga ingat dengan perkataan Herman bahwa Ranialah yang mencelakai Sura. Bisa jadi yang dilihat Seta adalah suruhan dari mamanya, dengan mengenakan baju Yuda.

"Aarghh...." Yuda menedang angin dengan penuh amarah, menatap air danau yang tenang di depannya. Air matanya meluruh, mengingat kondisi Sura dan juga Ika yang kini membencinya. Tentang Yoga? Sudah pasti marah, terbukti dengan beberapa pukulan ia terima tadi di rumah sakit.

Jam menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh. Tadi setelah selesai melaksanakan salat magrib. Ia memilih pergi ke tepi danau, tidak lansung pulang ke rumah.

Pemuda itu berjalan menjauh dari danau, lalu naik ke motor dan melajukan dengan kencang.
Beberapa menit kemudian, notornya memasuki wilayah rumah yang sudah beberapa hari ia tinggali bersama Rania.

Ia masuk, melangkah dengan wajah menunduk. Rasanya untuk mengangkat padangan pun ia tak sanggup. Tapi rasa sakit yang kini ia rasakan, tidak sebanding dengan keluarganya yang dulu ia benci, rasa sakit Ika yang ia caci maki di depan umum.

Saat melangkah dengan tampilan begitu kacau,  bajunya kusut dan juga beberapa lebam di wajahnya. Ia mendengar suara berisik dari ruang makan. Tapi ia memilih abai, hingga beberapa detik kemudian mendengar suara yang memanggilnya.

"Yuda....?" Yuda menoleh, mendapati Rania yang kini berjalan dari meja makan ke arahnya.

Menggertakkan giginya ia mengangkat tangan menyuruh Rania berhenti. "Belum puas lo?" geramnya. Entah kenapa ia jadi berang melihat wajah wanita yang telah melahirkannya itu.

Salah Paham Membawa Sah! [END] (Revisi-remake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang