PART 2

953 50 0
                                    

Happy Reading
.
.
.

...

Di kelas, Ika fokus pada venda pipih dalam genggamannga, sesekali akan senyum lalu cekikikan sesaat. Nur memutar bola mata dengan malas, sudah paham dengan gelagat sahabatnya itu. Seisi kelaspun tidak heran lagi.

"Baper banget ya Allah!" menggigit jempolnya gemas, Ika meletakkan ponselnya di meja.

'Nggak heran lagi, anaj wattpad emabg beda.' Nur menggeleng kepala, demi apa? Demikian.

"Ada nggak sih speak Ustad Farhan?" monolog Ika semakin membuat Nur gemas.

"Nur!" Ika mendelik menatap Nur dengan melototkan matanya.

"Sadar! Nyebut yok. Fiksi itu fiksi!"

"Apa sih?!"

Nur berdecak. "Eh, pr lo udah selesai?" tanya Nur.

Ika mengangguk. "Kamu belum yah? Udah ketebak sih."

"Gue udah, ya. Kan nanyak doang." Nur mendengus.

Ika hanya berdeham membuat kadar kekesalan Nur semakin meningkat. Gadis itu debgan gemas meraup wajah Ika laku pergi dari sana.

"Nooor!!"

***

Jam pelajaran pertama telah usai, dilanjut jam kedua mapel ekonomi yang dibawa oleh pak Sahrul.

Di depan papan tulis, pak Sahrul mengomel karena sebagian siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan minggu lalu.

"Kenapa tuganya tidak dikerjakan?"

Siswa yang bernama Dani mengangkat pandangan. "Lupa Pak."

"Kalian?" Pak Sahrul beralih menatap tiga siswa yang tersisa.

Keduanya menyengir dengn jawaban yang sama seperti Dani.

"Lupa."

Pria itu mendengus kesal. "Kelapangan, hormat sama bendera. Sampai jam saya selesai, paham!" Dengan tegas pria itu menunjuk arah lapangan, lalu menyuruh mereka keluar.

Ika bergidik ngeri ditempatnya. "Untung tadi subuh dikerjain."

'Sama Abang, hehe.' Ika membekao mulutnya lalu menoleh pada Nur yang menatapnya aneh.

Pelajaran di lanjut dengan pak Sahrul menerangkan materi sampai jam istirahat tiba.

***

Di koridor, Asram berjalan menuju ruang guru, tadi ia mengajar di kelas XI Ipa.

Pria itu menoleh memperhatikan lingkungan sekolah dengan seksama. Disertai senandungnya dalam hati.

Saat melewati perpustakaan, pria itu memelangkan langkahnya saat mendengar sesuatu. Asram melihat lewat jendela, matanya menyipit tatapannya terkunci oada seorang yang berdiri di depan rak bukun.

"Hoti lafzon ki dhokebaazi." Itu Ika.

Asram tersenyum tipis,  suaranya tidak buruk dan terasa nyaman dipendengaran.

Salah Paham Membawa Sah! [END] (Revisi-remake) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang