Sekar mengintip dari balik dinding di sebelah pintu kamar Langgam. Adik iparnya memang kerap lupa menutup pintu. Sejak Sekar menyadari bahwa ada apa-apa di antara Swastika dan Langgam, wanita itu berjuang mencari tahu. Ya, siapa tahu ada kisah tersembunyi seperti di negeri dongeng yang bisa dia saksikan langsung, 'kan?
Lebih menyebalkannya, Langgam benar-benar tidak mau meminjamkan buku Dalam Romansa Putih Abu-abu. Sudah segala cara Sekar lakukan untuk membujuk agar sang adik ipar mau meminjaminya. Jawaban Langgam?
"Tunggu aku selesai baca. Nanti aku kasih Mbak Sekar kesempatan untuk tahu kisah ini."
Ya, ampun! Sampai tahun kapan kalau harus nunggu Langgam kelar? Bisa selesai sampai tahun depan saja sudah syukur.
"Kar, ngapain?" Bunda muncul dari arah belakang.
"Ngintip, Bund."
Bunda mengernyit. Heran dengan kelakuan menantunya yang kadang ajaib.
"Ngintip apa, to?" Gara-gara kelakuan Sekar, Bunda jadi ikut-ikutan mengintip.
"Ya, ngintip aja. Siapa tahu dapat sesuatu."
Bunda geleng-geleng. Dapat apa? Wong, posisi Langgam juga membelakangi mereka. Bagaimana ekspresi Langgam sekarang pun, mereka mana tahu. Ada-ada saja menantunya yang satu ini.
"Bunda, dong, udah tahu garis besar cerita mereka." Sengaja Bunda bernada jumawa untuk menggoda sang menantu.
Tatapan Sekar membulat, tidak terima karena ketinggalan info. "Kok, Bunda enggak kasih tahu Sekar?"
Keduanya saling beradu kalimat dengan berbisik-bisik.
"Loh, kamu enggak tanya."
Iya juga. Selama ini, Sekar tidak-belum lebih tepatnya--bertanya ke Bunda perihal Langgam dan Swastika.
Bunda beranjak menuju meja makan. Sekar mengekor sebagai upaya untuk mendapat jawaban lebih jauh terkait pernyataan Bunda. Keduanya lantas duduk saling berhadapan di kursi masing-masing--yang biasa mereka pakai saat makan bersama.
"Jadi, ada apa di antara mereka, Bunda?" Sekar adalah tipe yang tidak boleh menderita teka-teki. Kalau ada sesuatu yang mengusik pikiran, wanita itu harus segera menyelesaikan masalahnya.
"Swastika adalah gadis yang selama delapan tahun menyukai Langgam diam-diam. Mulai dari pertama kali mereka kenal di SMA." Bunda mencomot satu potong brownis kukus dengan toping keju yang sangat tebal. Brownis dari Lovely Cake and Bakery memang yang terbaik menurut Bunda.
"What? Yang benar, Bunda?" Mata Sekar membulat sempurna saking terkejutnya.
"Wong, Bunda baca sendiri surat dari Swastika, kok."
"Sampai sekarang masih?"
Bunda mengendik. "Mungkin sudah enggak. Kemarin Swastika kirim surat dan buku itu bersamaan dengan undangan pernikahan dia, tapi ternyata batal."
Sekar mengernyit. "Batal? Batal apanya, Bund?"
"Pernikahannya. Pernikahan Swastika batal."
Kali ini, Sekar menutup mulut dengan kedua tangan. Tak bisa membayangkan bagaimana sedihnya Swastika mengalami kejadian sepahit itu. Otaknya langsung menghubungkan dengan ditutupnya toko Lovely selama sebulan kemarin.
"Apa Lovely tutup sebulan kemarin karena tragedi itu, ya, Bund?"
Bunda kembali mengendik. "Mungkin saja. Biar bagaimanapun, gagal menikah adalah salah satu hal menyakitkan yang dialami anak manusia. Apalagi gagal pas di hari H. Ya Tuhan, Bunda saja rasanya ingin marah saat Langgam memberi tahu. Ingin sekali mengumpati laki-laki yang berani meninggalkan Swastika."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Lama
RomancePada akhirnya, setiap kebetulan hanyalah serangkaian takdir dari Tuhan untuk setiap anak manusia. Langgam mendapat kiriman surat undangan, sebuah novel, dan selembar amplop dari teman lamanya. Dalam amplop tersebut, Langgam dikejutkan oleh sebuah k...