(Swastika's PoV)
*
*
*
Dalam Bingkai Kenangan 7
Tidak ada mendung di langit hari ini. Cerah merona dengan terik yang memancar semangat. Aku sengaja datang pagi-pagi untuk menjemur kohe yang sebagian sudah kering karena seminggu belakangan hujan belum mengguyur. Lumayan, 'kan?Selain untuk menjemur kohe, aku juga perlu mengecek taman-taman mini yang sebagian besar sudah diberi media tanam. Untuk penanamannya sendiri baru akan dilakukan besok, usai kami menyelesaikan ulangan umum semester ganjil.
"Rajin banget, Wa." Mbak Anggi muncul lalu bergabung denganku untuk memilah kotoran kambing yang sudah kering dan meletakkannya di karung khusus.
Jorok? Untuk yang tidak terbiasa bercocok tanam mungkin akan bilang seperti itu. Namun, bagi kami anak-anak ekskul Berkebun, melakukan hal ini adalah sebuah kesenangan. Melihat kotoran-kotoran hewan ini cepat kering adalah dambaan. Karena dengan begitu, untuk sampai ke proses selanjutnya lebih cepat.
"Biar enggak buru-buru, Mbak. Selain itu, sepedaan ke sekolah pagi-pagi lebih seru karena jalanan masih sepi. Lebih nyaman." Iya, itu kalau si Amanda tidak kelamaan di kamar mandi. Biasanya juga aku nyaris telat karena anak itu.
"Eh, kamu sudah cek mol nasi basi? Udah siap pakai belum?"
Mol nasi basi adalah mikroorganisme lokal yang kami buat dengan memfermentasi nasi basi bersama gula. Biasanya butuh waktu satu minggu sampai siap pakai. Disimpan dalam waktu yang lama pun tak masalah. Selain bisa digunakan untuk pupuk cair langsung, bisa juga dipakai untuk memfermentasi daun bambu kering, daun pisang kering, sekam mentah, atau daun kering lainnya yang akan digunakan untuk campuran media tanam.
"Tadi aku udah cek. Aromanya udah enak. Persis tape. Kayaknya udah bisa dipakai. Bukannya udah lebih dari seminggu?" Aku mengingat-ingat tanggal berapa kami mulai mengolah nasi basi untuk dibuat mol.
"Iya, ya. Kayaknya udah seminggu. Catatannya ada di Endang."
Selain mol nasi basi, kami juga membuat beberapa pupuk cair dari sisa-sisa sampah dapur; bekas kulit bawang, bekas sayur-sayuran, kulit buah, dan sejenisnya.
Pupuk organik cair atau POC, begitu kami menyebut untuk hasil akhir dari fermentasi sampah dapur. Biasanya, kami menggunakan POC untuk kebutuhan pupuk tanaman sayur dan buah. Sementara untuk tanaman bunga, kami lebih sering memakai pupuk kandang atau pupuk NPK yang kami beli di toko bunga langganan.
Selesai mengecek kohe, aku pamit lebih dulu ke Mbak Anggi untuk ke ruang ujian. Sistem sekolah sini, setiap mengadakan ulangan umum adalah dengan mengacak ruangan dan memasangkan dengan kelas berbeda tingkat. Misal kelas X-4 dipasangkan dengan XI IPA 3. Kalau beruntung, kita bisa duduk dengan kakak kelas baik hati yang mau membantu memecahkan soal-soal rumit.
Jangan lupa bawa semua bahannya, Wan.
Aku mengirim SMS ke Wawan agar bocah itu tidak lupa dengan rencana kami saat berjalan sepanjang koridor menuju ruangan.
Siap, Bu. Udah bawa. Empat malah. Dua buat Langgam dan dua lagi punya pribadi.
Si Oon!
Omes kau!
Sapu tuh otak!Mengesalkan sekali berkirim SMS dengan anak ini.
Loh, kan bener, Bu.
Hahahahaha.Sudahlah. Aku malas membalas SMS Wawan. Otakku bisa terkontaminasi nanti.
Selain ke Wawan, aku juga tidak lupa mengingatkan Bayu. Cowok itu pelupa parah. Kalau tidak di-SMS, bisa-bisa dia lupa bawa itu tepung. Bisa kacau nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Lama
RomancePada akhirnya, setiap kebetulan hanyalah serangkaian takdir dari Tuhan untuk setiap anak manusia. Langgam mendapat kiriman surat undangan, sebuah novel, dan selembar amplop dari teman lamanya. Dalam amplop tersebut, Langgam dikejutkan oleh sebuah k...