Alinea Ketiga Belas

846 105 18
                                    

Langgam merenung usai membaca bagian lain dari bab Dalam Romansa Putih Abu-abu. Memikirkan kenapa dia sampai mengonfirmasi gosip yang dibawa Duo Omes.

Benar juga. Kenapa dia sampai harus menanyakan kejelasannya ke Suwa? Memangnya kenapa kalau Suwa pacaran dengan Kak Agam waktu itu? Urusannya apa?

Langgam mengacak-acak rambut gemas. Kenapa? Iya, kenapa, Lang?

Langgam mengambil ponsel. Dia ingin mengalihkan kekacauan pikiran dengan mengecek akun Instagram milik Lang's Furniture. Namun, pria itu justru menemukan sebuah postingan dari akun @rasadalamkata.

Terkadang, kita tidak menyadari kalau sudah jatuh hati kepada seseorang. Tiba-tiba saja ingin selalu dekat dengan orang itu. Tiba-tiba saja ingin selalu tahu apa yang dia lakukan. Tiba-tiba saja ingin selalu tahu siapa saja yang mendekatinya.

Shit! Langgam kembali keluar dari aplikasi. Coba saja Wawan dan Bayu tidak membocorkan kejadian itu, mungkin Langgam tidak akan pernah menanyakan apa pun. Ya, mungkin.

***

Usai makan malam dan membantu Bunda memberesi meja serta bekas makan, Sekar langsung ke kamar dan menghidupkan laptop. Rasa penasaran akan isi kartu memori yang dia temukan sangat mengganggu. Sudah dikatakan, wanita itu tidak bisa menderita teka-teki. Setiap kali menemukan sesuatu yang menarik rasa penasaran, Sekar harus segera mencari tahu kebenarannya.

Sepanjang menunggu proses booting laptopnya yang lumayan lama, Sekar berharap agar kartu memori itu masih bisa terbaca. Sia-sia saja rasa penasarannya kalau sampai tidak menemukan apa pun di sana. Untung Mas Abi masih punya card reader yang masih dipakai.

"Ngapain, to?" Mas Abi muncul. Setelah makan malam tadi, laki-laki bertubuh jangkung itu lebih dulu menemani sang ayah mengobrol di teras depan. Obrolan para lelaki yang Sekar tidak begitu mengerti. Makanya, wanita itu memilih langsung ke kamar.

"Mau cek harta karun, Mas." Sekar memasangkan card reader yang sudah berisi kartu memori ke lubang USB di laptop.

Terkadang, Abi dibuat bingung dengan gaya bahasa sang istri yang terlalu hiperbola. Apa ini efek kebanyakan baca novel fiksi? Entahlah. Yang jelas, Abi suka dibuat geleng-geleng melihat kelakuan sang istri. Meski begitu, karena Sekar mau menjadi istrinya, kehidupan lelaki tiga puluh empat tahun itu menjadi sangat berwarna. Sehari saja tidak mendengar kalimat hiperbola sang istri, maka sesuatu yang buruk terjadi kepada wanita itu. Makanya, meski suka dibikin geleng-geleng, Abi tetap cinta ke Sekar.

Karena tidak ada hal yang harus dia kerjakan, maka Abi duduk bersila di samping Sekar; ikut menghadap laptop yang memang diletakkan di meja lesehan. Sementara itu, Sekar sudah berselancar. Mengecek satu per satu folder dari kartu memori yang berisi ragam foto, video, dan lagu-lagu zaman 2000-an. Dari beberapa foto yang dia cek, sudah tentu ini kartu memori Langgam yang lama. Apa adik iparnya tidak merasa kehilangan? Kok, ditaruh begitu saja di sana?

Ada banyak foto menggelikan yang sesekali mengundang tawa Sekar dan Abi. Keduanya benar-benar asyik menikmati penggalan kenangan sang adik.

"Ini kayaknya waktu ulang tahun dia, ya, Mas." Sekar menunjuk salah satu foto Langgam yang penuh tepung dan kuning telur.

"Iya. Tahu, enggak? Bunda enggak bolehin dia masuk pas pulang karena bau amis. Dia mandi di pancuran depan. Untung pake kolor tuh anak." Abi ingat saat itu. Dirinya bahkan menertawai bau sang adik yang benar-benar amis.

"Zaman itu, memberi kejutan teman yang ulang tahun dengan nyeplok bukan hal yang aneh, ya. Dulu juga Sekar pernah dibegituin sama temen sekelas."

"Sebagian kita yang pernah remaja di masa itu pasti pernah mengalami."

"Bener, Mas. Seru dan lucu." Sekar terkikik.

Teman LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang