Langgam tertawa. Astaga! Di sini, yang tidak peka bukan hanya dirinya. Wanita itu pun, gadis itu pun, tidak bisa membaca dengan baik ekspresi yang ditunjukkan Langgam saat itu. Satu hal yang Langgam syukuri sekarang. Karena dengan begitu, mereka tetap menjalin hubungan pertemanan yang tidak canggung. Tetap menjadi Langgam dan Swastika seperti saat mereka menerima hukuman ketika telat masuk di hari pertama MOS.
Satu sama, Wa.
Ponsel di atas meja berdering. Panggilan datang dari Mas Abi. Langgam sampai mengernyit karena tidak biasanya sang kakak menelepon.
"Iya, Mas," salam Langgam setelah panggilan diterima.
"Kamu pulang jam berapa, Lang?"
Kernyitan di dahi Langgam makin banyak. Masnya sedang lupa atau bagaimana? Bukankah dia sudah tahu jadwal tetap Langgam pulang dari bengkel?
"Jam lima kayak biasa, Mas."
Abi di seberang sana menepuk dahi. "O, iya. Selalu jam lima, ya."
Berkat istrinya yang sejak tadi uring-uringan ingin makan spageti, tetapi belum ada spageti yang cocok di lidah, Abi ikut pusing meladeni Sekar.
Dua minggu lalu, kabar bahagia itu datang. Setelah hampir lima tahun mereka menunggu, akhirnya Sekar dinyatakan positif hamil. Bunda dan Ayah sampai menangis terharu karena Sekar yang juga menangis saat memberi tahu kabar tersebut. Dalam sebuah rumah tangga, salah satu hal yang paling ditunggu adalah datangnya momongan. Tidak terkecuali pasangan Abi dan Sekar. Mereka bahkan harus menunggu hingga hampir lima tahun.
Sejak saat itu, beragam perubahan dialami Sekar yang sukses membuat orang satu rumah excited sekaligus bingung. Beberapa kali Sekar mengidam hal-hal yang membuat mereka kelimpungan mencari.
Contohnya saja dua hari lalu. Tengah malam, wanita itu sesenggukan di ruang TV. Bunda dan Ayah sampai parno, takut kalau yang menangis tengah malam di rumah mereka bukan manusia. Usut punya usut, Sekar sangat ingin makan pastel tutup Lovely yang kebetulan stok di rumah mereka habis.
Tentulah orang satu rumah pusing. Jam segitu, Lovely sudah tutup. Mau mengganggu yang punya untuk dibuatkan mendadak? Tidak mungkin. Siapa mereka sampai tega membangunkan Swastika yang pasti sudah pulas di alam mimpi.
"Enggak mau tau. Mau pastel tutup sekarang." Wajah Sekar sudah sangat basah oleh air mata.
Abi dan Langgam hanya mendesah frustrasi. Sementara Bunda tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa mengelus lembut punggung sang menantu. Beliau sangat memahami fase yang sedang dialami Sekar. Perubahan hormon orang hamil memang bisa mengacaukan perasaan si calon ibu.
Andai Bunda bisa buatkan sama persis seperti yang di Lovely, Bunda buatkan, deh, Kar. Bunda hanya bisa membatin sepanjang menghibur Sekar dengan elusan.
"Ya, gimana? Kan, Lovely tutup, Mbak. Masa iya aku gedor-gedor rumah Suwa untuk minta dibuatkan pastel tutup khusus buat Mbak Sekar?"
Ucapan Langgam justru membuat isak Sekar menjadi. Bunda memelototi Si Bungsu, sedangkan Abi menggeplak sang adik yang berujung keluhan.
"Coba, deh, Lang. Coba hubungi Suwa. Barangkali Suwa bisa bantu." Bunda memberi saran.
"Bunda, ini tengah malam. Enggak enaklah bangunin orang terus diminta masakin."
Isak Sekar makin keras sekarang.
"Coba dulu. Siapa tahu Suwa mau bantu." Bunda tidak tega melihat menantunya senelangsa itu karena mengidam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Lama
RomancePada akhirnya, setiap kebetulan hanyalah serangkaian takdir dari Tuhan untuk setiap anak manusia. Langgam mendapat kiriman surat undangan, sebuah novel, dan selembar amplop dari teman lamanya. Dalam amplop tersebut, Langgam dikejutkan oleh sebuah k...