Takjil gratis dari Mbak Suwa dan Mas Langgam 🥰
Siapa kangen mereka? 🤭"Kita udah gila, Bay." Wawan menatap nelangsa tumpukan tenda, kayu bakar, dan beragam perlengkapan berkemah mereka di dalam mobil bak carteran.
"Saking enggak warasnya, kita mau-mauan ikut honeymoon. Ya Gusti, ngapain coba? Ngapain, Wan?" Bayu mengacak-acak rambut frustrasi.
Sementara kedua pria itu merutuki nasib, dua pasang suami dan istri justru tertawa. Mereka benar-benar memaksa Wawan dan Bayu untuk ikut. Mengancam akan memutus tali pertemanan jika keduanya menolak. Akan mendiamkan bertahun-tahun kalau sampai keduanya tidak mau ikut atau kabur diam-diam.
"Udah, sih. Kapan lagi belajar menikmati honeymoon kalau enggak dari yang berpengalaman?" Bella melompat naik ke bak mobil disusul Pram, Laras, lalu terakhir Anan.
Wawan dan Bayu sudah lebih dulu setelah ditugaskan merapikan barang-barang kemah.
"Kita emang udah goblok sih, Bay. Enggak bisa nolak kalau mereka minta."
"Iyalah. Kalian itu udah terikat dengan kami." Laras langsung menyandar di bahu Anan. Sengaja sekali romantis-romantisan di depan Duo Omes.
"Tuh, lihat! Belum apa-apa kelakuan mereka udah begitu. Ya Gusti, tabahkan hati kami." Wawan mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi. Menengadah. Berdoa agar dilindungi hatinya dari kepameran tiga pasang suami-istri yang menjebaknya untuk ikut honeymoon ramai-ramai.
"Nih, aku sediakan kudapan buat kalian sembari nontonin romantisnya Laras-Anan atau Bella-Pram." Swastika meletakkan beberapa paper bag berisi samosa, roti, dan bronis. Wanita itu tak ikut duduk di bagian bak karena akan menemani Langgam menyetir.
"Terima kasih, Bu Suwa. Sungguh luar biasa sekali pengertiannya." Bayu langsung mengecek isi paper bag dan mengambil bungkusan roti berisi ayam dan jamur.
"Enggak usah ngambek lihat yang romantis-romantis. Nikmati aja." Swastika menepuk-nepuk bahu Wawan sebelum masuk ke kepala mobil.
Langgam sudah di balik kemudi untuk menyalakan mesin. Menunggu beberapa menit dipanaskan. "Lengkap semua keperluan berkemah kita, Pearl?"
Dia mengangguk sembari menyelip di antara dasbor lantas duduk nyaman di jok kulit berwarna cokelat karamel. Tangannya lekas merogoh ransel; mengambil pengharum mobil beraroma stroberi. Meletakkannya di atas dasbor untuk mengganti pengharum mobil sebelumnya yang beraroma jeruk.
"Enggak suka aroma jeruk?"
"Sebagai pengharum mobil? Enggak. Bikin pusing dan mual." Swastika mengeluarkan tinwal berisi spageti dari dalam ransel. "Mau? Aku masih laper, jadi manasin stok spageti beku."
"Padahal udah makan dua tangkup roti tawar loh kamu, Pearl."
"Udara pagi ini dingin banget, Liebe. Bikin cepet laper." Dia menyeringai.
Satu tangannya bergerak lincah mengaduk-aduk isi tinwal; meratakan saus dan helai-helai spageti.
"Nyobain dikit aja." Langgam mendekati Swastika lantas membuka mulut.
Dengan senang hati, wanita itu menyuapkan segulung besar spageti berlumur saus daging yang dia buat sendiri. Saus spageti yang menyelamatkan Langgam dari berkeliling kota tetangga sepanjang malam akibat membantu Abi menemukan spageti yang sesuai lidah Sekar.
"Saus spageti buatanmu emang beda sih, Pearl. Rasanya lebih nendang dari yang dijual di toko terkenal itu."
"O, iya, dong. Yang masak kan Mbak Suwa. Rasanya pasti lebih enak." Swastika mengerling. Tak segan memuji diri sendiri jika hanya di hadapan Langgam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Lama
RomancePada akhirnya, setiap kebetulan hanyalah serangkaian takdir dari Tuhan untuk setiap anak manusia. Langgam mendapat kiriman surat undangan, sebuah novel, dan selembar amplop dari teman lamanya. Dalam amplop tersebut, Langgam dikejutkan oleh sebuah k...