23. Casar

1.1K 75 3
                                    

Hallo jangan lupa vote ya!
Follow juga

Kalau ada Typo komen.okee

'Casar= Menikah'

***

"Nih minum," kata Diva di iringi dengan memberikan botol minuman ke pada Al. "Marah-marah mulu. Tua tau rasa lo!"

Al merebut minuman itu lalu meminumnya hingga habis. "Sial. Emosi gue."

Diva terkekeh mendengar ucapan Al seraya menepuk-nepuk pundak Al. "Gue balik aja ya."

Al menoleh ke arah Diva seraya mengkerutkan keningnya. "Balik?"

Diva mengangguk singkat. "Capek juga liatin orang waras yang debat sama orang gila."

Al menatap Diva bingung. "Maksu-- lo nyindir gue ya?!" Sarkasnya menatap tajam Diva karna ia yakin bahwa ucapan Diva hanya tertuju kepadanya, siapa lagi yang berdebat dengan anak kecil orang gila pula karna tak ingin harga dirinya turun.

Diva mengulum bibirnya menahan tawa yang akan meledak terlebih melihat tatapan Al yang sudah memerah entah karna marah atau menahan malu.

Diva berdehem. "Gue ga bilang lo."

"Tapi ucapan lo ngarah ke gue. Siapa lagi yang berdebat sama bocil sinting itu cuman gue si anak tunggal kaya raya," jawabnya di akhiri dengan sombong membuat Diva memutar bola matanya malas.

"Iya iya lo anak tunggal kaya raya. Sama kaya gue ga usah sombong," ujarnya dengan nada malas di akhiri dengan lirihan.

"Lo juga anak tunggal Div? Sama dong," seru Al "Menurut lo anak tunggal itu enak ga?"

Diva menggeleng cepat lalu ia menatap jalanan seraya tersenyum kecut. "Nggak! Nggak enak sama sekali. Sepi!"

Al mengangguk membenarkan ucapan Diva. Ia juga merasa kesepian kala orangtuanya tidak ada di rumah, di tambah rumahnya begitu mewah dan luas membuat suasananya begitu terasa. Siapa bilang menjadi anak tunggal itu menyenangkan. Iya, ia senang jika uang sakunya hanya untuknya, kasih sayang orang tuanya hanya untuk dirinya sendiri dan apapun buat dirinya sendiri.

Tetapi ia juga tak bisa berbohong kala ia berada di rumah sendirian, melakukan sendirian bahkan main saja sendirian. Dahulu kala saat ia masih kecil ia selalu merengek kepada orang tuanya ingin di berikan adik, merengek ingin mempunyai adik perempuan, mengancam jika ia tak di berikan adik ia tak akan pergi sekolah, mengancam jika ia tak di berikan adik ia tak mau makan bahkan ia memusuhi satu rumah karena ia tak di berikan adik.

Tetapi saat ia tahu bahwa ia tak bisa mempunyai adik, di saat ia akan menjadi anak tunggal selamanya ia sangat terpuruk. Ia ingin seperti yang lainnya menjahili adiknya, bermain dengan adiknya, tidur bersama adiknya dan hal yang paling ia ingin yaitu menyuruh adiknya untuk ini-itu seperti kebanyakan kakak di luaran sana.

Al terkekeh pelan mana mungkin hal itu akan terjadi kepadanya menjadi anak tunggal kaya raya sudah melekat di dirinya tidak mungkin di tolak apa lagi di bantah.

"Diva?" Tanya Al saat melihat Diva yang melamun

Diva berdehem tanpa menoleh. Tangan Al terulur ke arah kedua pundak milik Diva lalu memutar tubuh Diva menghadap ke arahnya. "Menurut lo anak tunggal itu sepi?"

Diva mengangguk pelan. "Terus?"

Al tersenyum miring lalu ia mencondongkan kepalanya di hadapan wajah Diva. "Lo tahu gimana caranya biar ga kesepian?"

Diva menggeleng cepat, ia mengerejap menatap wajah milik Al dari dekat terlebih deru nafas milik cowok itu begitu kuat di area wajahnya membuat ia menahan nafasnya dengan jantung yang berdetak dua kali lebih cepat. Sedangkan Al yang melihat Diva tersenyum puas apa lagi melihat Diva kebingungan serta wajah tegangnya.

ALDERALD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang