39. Vacío

1K 50 12
                                    

Hallo, jangan lupa
Vote, komen dan follow
Kalau ada typo. Komen okee.

'Vacío = Kosong'

***

Seorang gadis dengan pakaian Putih di padukan dengan rok Biru itu tengah tergesa-gesa berjalan di koridor sekolah sesekali ia mengatur nafasnya yang tak teratur, untung saja koridor tersebut cukup sepi hingga ia dengan cepat sampai di halte untuk menunggu Bus tujuannya.

Gadis itu melangkah masuk kedalam Bus tujuannya, ia duduk di bangku kanan dekat kaca. Sudut bibirnya terangkat kala melihat pesan yang tertera di ponselnya.

Gadis cantik bername tag Diva itu kini memasukan ponselnya ke dalam sakunya kala tempat tujuannya sudah tiba. Ia melangkah keluar dari Bus dengan dengan bibir yang melengkung ke atas menandakan ia sangat bahagia terlebih setelah membalas pesan sesorang di sebrang sana.

Diva, cewek imut dan cantik itu tengah celingak-celinguk mencari seseorang. Hatinya tiba-tiba saja berdetak dua kali lebih cepat kala ia melihat seseorang yang ia cari di sebrang sana. Seseorang itu melambai-lambaikan tangannya dengan senyuman ciri khasnya tak lupa satu tangannya membawa buket bunga artificial atau biasa di sebut bunga palsu.

Diva mengeratkan tasnya menahan gugup terlebih melihat dekorasi yang terdapat pernak-pernik seperti balon dan yang lainnya membuat suasana hatinya menjadi senang. Hey, tolong ingatkan dia bahwa ia masih di bawah umur, masih menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama seharusnya ia belum boleh mendapatkan ini semua termasuk cowok di sebrang sana.

Diva menengok kekanan dan kekiri menandakan bahwa ia aman untuk menyebrang jalan. Dengan senyum yang tak luntur Diva melangkah perlahan untuk menyebrang jalan akan tetapi di saat pertengahan jalan ia di kagetkan oleh teriakan seseorang di sebrang sana.

"DIVA AWASSS!"

Kepala gadis itu dengan refleks menoleh ke samping, matanya melotot kala ia melihat sebuah mobil dengan kecepatan tinggi yang mengarah ke arahnya bahkan mobil itu sudah beberapa senti darinya.

"AAAAA ALDERALD!"

BRUK

Al memejamkan matanya kala mendengar teriakan gadis yang sudah terbujur kaku dengan darah yang mengalir di kepalanya. Dengan tubuh yang bergetar dan melemas ia membuka matanya dan langsung berlari mendekati gadis yang masih setengah sadar itu.

Al memangku kepala Diva dengan perlahan, tangan yang gemetar itu dengan lembut membelai wajah gadis yang berada di pangkuannya ini. Baju putih itu sudah ternodai oleh darah segar milik Diva, bau amis yang sudah tercium di hidung mancungnya membuat dadanya terasa sesak.

Al terisak hebat bahkan air matanya sudah mengalir deras. "D-Div... tahan sebentar."

Diva membuka sedikit matanya. "S-sakit hiks."

"Tahan sebentar ya. Kita kerumah sakit," bujuknya karena ia tahu mata-mata milik Papanya akan bergerak cepat memanggil Ambulance.

"T-tolong i-ini sakit uhuk," Diva terbatuk mengeluarkan Darah segar.

"Sebentar lagi," balasnya. "J-jangan tutup matanya pliss," lanjutnya kala melihat mata Diva yang akan menutup rapat.

Al menepuk pelan pipi Diva. "J-jangan tutup matanya..."

"K-kepala aku s-sakit hiks. A-aku ga kuat," setelah berucap Diva malah menutup matanya membuat Al kalang kabut.

"HEY DIVA BANGUN SAYANG. BUKA MATANYA." Isaknya semakin kencang.

ALDERALD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang