40. Expuesto

934 43 6
                                    

Jangan lupa
vote dan Komen
Follow juga

'Expuesto = Terbongkar'

***

Suara semilir angin serta gesekan antar daun terdengar samar di telinga seorang cowok yang tengah memandang langit biru tanpa menghiraukan matahari yang mulai naik ke permukaan.

Helaan nafas kasar selalu keluar dari mulut cowok itu. Beribu pikiran bersarang di otaknya membuat kepalanya sedikit pening, wajah tanpa ekspresi dengan hati yang tak karuan membuat cowok itu sesekali mendesah prustasi.

Rooftop pilihan terbaik untuk seorang cowok yang bernama Alderald. Udara segar pilihannya untuk mendinginkan otaknya yang berasap. Setelah kejadian tadi pagi dengan sangat bodoh ia malah menawarkan bantuan kepada Diva, sudah jelas cewek itu akan menolaknya terlebih dari kejauhan ia melihat Agam.

Malu, satu kata untuk menggambarkan ketika ia bertemu Agam. Ia sangat malu perihal menangis tempo lalu. Padahal waktu itu ia tak memikirkan sedikitpun perihal kata Malu, dan sekarang ia baru menyadarinya.

Cowok itu mengacak-acak rambutnya. "Goblok lo Al!" Makinya pada diri sendiri saat pikirannya menerawang kembali kejadian kemarin.

"AAARRRGGHHHHHHHH!" Teriaknya.

Kakinya menendang-nendang kursi yang berada di belakangnya untuk mengeluarkan emosinya. "BANGSAT BANGSAT BANGSAT!"

Beberapa menit kemudian ia menghentikan tendangannya. Dadanya naik turun dengan hembusan nafas yang kasar.

Al memejamkan matanya sekejap lalu matanya menyorot ke lantai dasar walau sedikit tak jelas ia bisa melihat bahwa di bawah sana Ansel sedang duduk berduaan dengan Diva. Takut-takut matanya salah melihat ia mengerjap beberapa kali untuk memastikan apakah itu beneran Ansel dan Diva atau bukan.

"Mereka ngapain?" Walau ia berbicara dengan diri sendiri namun ada sedikit nada kesal yang Al ucapkan.

"Ga kedengeran lagi," Gumamnya saat telinganya berusaha mendengar pembicaraan Ansel dari lantai atas, lantai lima.

Al menajamkan penglihatannya. Tak lama ia memalingkan kepalanya ke arah lain.

"Sial!" Umpat nya kala matanya menatap dua manusia di bawah sana tengah berpelukan.

"Awas aja lo Ansel!" Gumamnya. "Dapet lo sama gue!"

Tanpa Al sadari tangannya mengepal dengan kuat dengan rahang yang mengeras. Setelah pulang sekolah ia berjanji akan memberi pelajaran kepada sahabatnya itu karena sudah berani menyentuh miliknya walau ia tahu Diva sudah tak lagi menjadi miliknya.

"Kenapa jadi panas gini sih. Setan," Gerutunya mengibas-ngibas bajunyabajunya dengan mata yang memantau kebawah.

Beberapa saat ia terus memantau mereka sesekali ia memalingkan wajahnya sampai akhirnya ia tersentak dengan Hati yang tak karuan kala ia melihat darah yang berserakan di bawah sana.

Al menggeleng kuat dengan badan yang semakin mundur. "Nggak mungkin."

"Elo ga gitu!" Gumamnya di iringi dengan membalikan badannya menuju tangga.

Al berlari sekuat tenaga dengan badan yang bergetar bahkan ia sampai lupa bahwa sekolahnya memiliki lift. Pikirannya melayang beberapa tahun lalu kala ia melihat darah yang berceceran di jalanan berasal dari gadis yang ia sayangi.

ALDERALD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang