7. Baper

9.5K 471 1
                                    


Pria yang berpenampilan rapi itu menuruni tangga. Matanya menyapu setiap sudut rumah mewahnya yang terasa dingin dan tanpa kehangatan.

Mex menghampiri meja makan bersiap untuk sarapan yang sudah dihidangkan oleh pelayan.

"Di mana Mama?" tanya Mex sambil mengunyah roti.

"Saya belum melihat Nyonya sejak tadi, Den," jawab pelayan itu dengan hati-hati.

Mex sebenarnya tahu bahwa mamanya, Kiran, ada di kamar. Kiran tak pernah mau keluar untuk sarapan kecuali setelah Mex pergi. Alasan di balik perubahan sikap mamanya itu masih menjadi misteri baginya.

"Suruh Mama sarapan. Gue mau berangkat sekolah sekarang!" perintah Mex tegas.

Mex, dengan jaket kulit hitamnya keluar dan mengendarai Audi R8 yang biasa ia pakai untuk ke sekolah.

+++++

Di atas rooftop sekolah, Angkasa panik. Dia bingung harus bagaimana. "Ayo Angkasa, mikir!" katanya sambil menunjuk kepala. Berusaha berpikir keras.

"Kenapa lo? kerasukan setan?" tanya Aksal mengejek.

"Iya, kerasukan nenek moyang lo!" jawab Angkasa sinis. "Gais, bantuin gue, gue mohon."

"Bantuin apa? kusut banget muka lo," tanya Zidan.

"Jadi gini! Lo tahu kan gue suka sama Celine. Gue udah ngejar-ngejar dia dari lama. Sekarang kesempatan gue buat jadi pahlawan dia," kata Angkasa menarik napas.

"To the point!" timpal Gibran.

"Sabar, goblok. enggap nih gue! Jadi si Celine lagi ada masalah. Mobilnya mogok di jalan. Tadi dia telepon minta bantuan. Gue bingung tapi jawab 'iya'. Plis bantuin gue kali ini aja," pinta Angkasa.

"Bucin akut!" cemooh Aksal.

"Telepon Skay. Tapi jangan berharap banyak," saran Gibran.

"Ya, bener. Gue baru kepikiran. Perumahan Mex sama Gwen kan sama," kata Angkasa bersemangat. "Makasih banget, gais, mwahh lope-lope."

Angkasa dengan bersemangat menelepon Mex dia sangat berharap jika pria itu dapat membantunya.

"Halo Skay?" basa-basi Angkasa.

"Hm."

"Lo masih di jalan kan?" tanya Angkasa hati-hati.

"Hm."

"Bantuin gue plis... jangan 'Hm' terus, gue pukul lo," kesal Angkasa kehilangan kesabaran.

"Apa?" tanya Mex malas.

"Celine lagi ada masalah, mobilnya mogok."

"Bukan urusan gue!"

"Kalem coy. Kalau Celine nggak ada yang nolongin. Dia sama gengnya bakal kena masalah sama Pak Agus karena telat datang," jelas Angkasa, takut Mex mematikan teleponnya.

"Lokasi? Ciri-ciri?"

"Hah? Oh, di perumahan lo. Mobil Mercy warna hitam," jawab Angkasa.

Tanpa pikir panjang. Mex mematikan telepon dan langsung mencari kelima wanita itu.

"Anjir, ini manusia kaku bener! Aduuuh, dia bantuin gue nggak ya?" khawatir Angkasa.

"Gimana?" tanya Gibran.

"Gatau, gue pasrah aja," jawab Angkasa melas.

+++++

Dipinggir jalan kelima wanita cantik itu sedang menunggu. Hanya tinggal beberapa menit lagi suara bel sekolah berbunyi.

MEXSKAY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang