Mex tiba di depan gerbang markas utama. Disambut keheningan dan hawa menyeramkan. Dengan hati-hati. Dia melangkah masuk. Markas ini gelap gulita. Tak ada satu pun lampu yang menyala. Mex sengaja mengosongkan tempat ini setelah kejadian sebelumnya.
Saat dia menyusuri ruangan. Tiba-tiba terdengar suara dari bawah tanah. Mengingat sesuatu, Mex langsung menuju ke sana. Melewati lorong kecil yang gelap.
Suara itu semakin jelas. Ingat orang yang memakai bandana putih dilengannya? Pria yang Mex sekap karna menyerangnya dan Gwen di rooftop rumah sakit. Pria itu bernama Pratma.
Ternyata Pratma masih di sana. Terikat di sebuah kursi dengan kain yang menutupi mulutnya. Pintu ruang bawah tanah terbuka sedikit. Mex merasa aneh mengingat semua anggota Vuurschedel yang lain di markas ini sudah tewas.
Mex segera membuka ikatan dan kain dari mulut Pratma. Ternyata pria itu adalah Opik, salah satu anggota Vuurschedel. Wajah Opik penuh darah, bajunya robek, dan dia tampak lemah.
"Mereka berhasil menyekap lo," kata Opik terbata-bata.
Tiba-tiba pintu tertutup rapat. Mex mencoba membukanya, tapi sia-sia. Mereka terjebak. "Lo harus keluar dari sini," kata Mex.
"M-Mex!" Opik memanggil dengan suara lemas. "B-Black Se-Secret," lanjutnya terbata-bata.
Mex berpikir keras mencari cara untuk keluar dengan selamat. Di luar, mereka diawasi oleh beberapa orang.
"Mereka dendam karena kita sekap anggotanya," lanjut Opik, suaranya semakin lemah.
Mex sudah menduga ini akan terjadi. Empat CCTV yang aktif mengawasi mereka dari dalam ruangan.
Door! Door! Door! Door!
Mex menembak keempat CCTV dengan tepat. "Sekarang lari ke arah gudang, di sana ada pintu yang menyerupai tembok."
"Setelah lo keluar, langsung ke rumah sakit. Nanti ada mobil plat B 1806 VUC yang akan jemput lo."
Opik masih diam. Tak ingin meninggalkan Mex. "Jangan pikirin gue! Tangkap ini," Mex melemparkan pistol satu-satunya kepada Opik.
Terpaksa dengan berat hati Opik harus melakukan perintah itu. Dengan langkah kaki yang sempoyongan Opik berusaha menguatkan keseimbangan tubuhnya.
Opik berhasil menemukan pintu rahasia setelah tanpa sengaja menekan tombol tersembunyi. Sementara itu, Mex dikepung oleh anak buah Black Secret yang dipimpin oleh Grabel.
"Halo, Little Brother," ejek Grabel, menodongkan pistol ke kepala Mex. Tapi Mex tetap tenang dan menatap tajam ke arahnya.
Mex menyeringai. "Why? your fear looks."
Ucapan Mex mampu membuat Grabel kesal, "Pratma kesini lo!"
Pratma melangkahkan kakinya mendekat kearah Mex. Ia berjalan memutari Mex, tepat saat dibelakang Mex. Pratma memegang tangan Mex yang diikat. Entah apa yang ia lalukan, namun yang jelas nyawa Pratma akan hilang jika ia melakukan sedikit kesalahan.
Pratma menunduk hormat. "Boleh gue pake ini, bos?" tanya Pratma sambil menunjukan pistol mematikan.
"Ya, gue serahin semua sama lo," jawab Grabel.
Pratma memberikan senyuman mencurigakan. Hal yang tidak terduga terjadi. Pratma mengeluarkan pisau dan mencekik bosnya.
Dibelakang ada orang yang ingin memukul Pratma. Namun hal itu berhasil Mex hadang.
Ternyata Pratma berhasil membuka ikatan tali Mex secara diam-diam.
"Meskipun ketua kita udah mengeluarkan diri dari Black Secret. Kita gaakan pernah lupain dia, Grabel," lanjut Pratma dengan wajah yang memerah.
"Gue sadar, prilaku yang udah gue lakuin selama ini itu salah. Lo nyuruh kita nyerang dia, karna dia adik Brayen dan lo ingin balas dendam sama Brayen."
Mex memukul leher Grabel. Setelahnya Mex menarik Pratma menjauh. Mereka berdua berlari sambil melompat menghindari tembakan peluru.
Mereka berlindung di balik meja. Sementara tembakan terus berdesingan. "Bawa ini dan selamatin diri lo," kata Pratma, menyerahkan pistol kepada Mex.
Mex menolak. Memaksa Pratma untuk berpikir tentang keselamatannya sendiri dan adik yang menunggunya.
Pratma tersenyum pahit. "Gue kakak paling brengsek di dunia."
"Brengsek bukan bearti gak berguna!"
Dalam upaya untuk mengalihkan perhatian musuh. Pratma keluar dari persembunyian dan memancing tembakan. Memberi Mex waktu untuk melarikan diri.
"Gue udah sering ngalamin situasi ini. Jangan buat usaha gue sia-sia. Tepatin janji lo," ucap Pratma kepada Mex.
Door! Door! Door!
Siren mobil polisi berbunyi. Membuat tembakan dengan sekejap berhenti.
Mex mematung melihat tubuh Pratma terkapar. Tewas di hadapannya. Pratma, pria bertato dengan bandana putih. Telah pergi untuk selamanya.
'Brengsek bukan bearti gak berguna'
Kenapa Pratma nolongin Mex?
Mex kok bisa tau kalo Pratma punya adik? Hayoo bingung kan wkwkwk
Siapa ketua black secret yang sebenarnya?
Semua pertanyaan akan terjawab di chapter selanjutnya.
So, keep waiting💓
See you di chapter selanjutnya🥰
Jangan lupa follow!
@Vuurschedel_ofc
@skay_mza
@gibransmithh
@z.liandri
@angkasaper_
@aksall.m
@kalviroall_
@gwen16c
@stefi.ibinaaa
@0k_kristal
@celineziba8_its
@adrina_aul0_Follow juga tiktok!
@keyzee. Banyak konten disana👍🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MEXSKAY (END)
Novela JuvenilMexskay Zio Alzafran Cullen adalah seorang pria yang dinilai dingin dan tidak punya hati. Ia kembali ke Indonesia dengan misi untuk membunuh seorang wanita cantik bernama Gwen Alice Charlie. Misi ini telah menghancurkan keluarganya dan dunianya, nam...