Merasa bosan, Gwen memutuskan untuk melihat account instagram @skay_mza milik Mex. Yang hanya memiliki tiga postingan. Salah satunya adalah foto dirinya bersama Mex di museum seni. Gwen tersenyum melihatnya, menyadari bahwa Mex diam-diam sering memfotonya.
Gwen kemudian iseng melihat akun fanbase Mex. Dia menemukan foto masa kecil yang menarik perhatiannya karena sangat mirip dengan Mex.
Gwen merasa pernah melihat foto itu sebelumnya. "Bentar deh, gue kaya pernah liat ini foto, tapi dimana ya."
Tiba-tiba, dia teringat sesuatu dan bergegas ke rumah Melati. Meskipun sudah malam. Setelah sampai, Gwen langsung masuk ke kamar Zero. Gwen mencari figura yang pernah dilihatnya di sana.
Setelah menemukan figura itu. Gwen membandingkannya dengan foto di Instagram. Dia terkejut melihat betapa miripnya anak kecil dalam foto itu dengan Mex.
"Heh ngapain lo dikamar gue?!"
Gwen tercengang mendengar teriak Zero. "Bisa gak sih lo dateng bilang salam kek atau apa, ngengetin aja gimana kalo gue jantungan," emosi Gwen.
"Keluar-keluar gue mau ganti baju nih gerah," Gwen menuruti perintah Zero.
"Eh bentar-bentar, hayo apa itu yang lo sembunyiin di balik tangan lo?" Zero berhasil menarik figura dari gengaman Gwen.
"Emm cie kepo ya lo sama sahabat gue, atau lo suka diantara salah satunya. Hayoo ngaku lo!" goda Zero.
"Nggak!" bantah Gwen cepat.
Zero menjelaskan lebih detail. "Yang tingginya sepantar gue, ini namanya Brayen. Dan ini, anak kecil yang sepantaran lo namanya Zio. Mereka adik kakak," jelas Zero sambil menunjuk foto itu.
"Gue tau gue gak pikun," jawab Gwen.
"Dady sama om Alven itu bukan cuman sekedar temen bisnis. Tapi, mereka juga dulu sekolah di SMA yang sama, mereka bisa dibilang sahabat deket," jelas Zero.
Gwen hanya mengangukan kepala beberapa kali. "Mereka sekarang tinggal dimana?" tanya Gwen lagi.
"Eropa," jawab Zero. "Nama pacar lo siapa?" sekarang giliran Zero yang bertanya.
"Nama dia Skay ketua geng motor Vuurschedel. Dia cowo denga no plat palsu," Zero menjawab dengan sendiri.
"Ngapain nanya kalau tau," sebal Gwen.
Gwen merenung di depan kamar Zero, bertanya-tanya apakah Mex sebenarnya adalah Zio, anak kedua Om Alven.
Sementara itu, sepulang dari kafe. Mex memutuskan untuk mengunjungi rumah mamanya. Saat tiba, pengawal rumah menunduk hormat.
Kiran sudah berdiri di ambang pintu. Begitu Mex mendekat, Kiran langsung menamparnya dengan air mata mengalir di wajahnya.
"Kenapa nggak pulang? Masih ingat punya mama? Masih ingat punya rumah?" bentak Kiran.
"Masuk! Langsung tidur, jangan berani lagi ninggalin rumah!" kiran berkata tegas, dan Mex patuh.
Setelah Kiran pergi ke kamar tidurnya. Mex mengucapkan terima kasih dengan lirih, menatap punggung mamanya yang menjauh.
Mex kemudian masuk ke dalam kamar Brayen yang telah kosong beberapa tahun. Dulu, kamar itu penuh dengan kehangatan masa kecil mereka. Seperti bermain, bertengkar, dan saling mengejek. Namun, semuanya berubah menjadi rasa benci.
Mex ada di kamar Brayen untuk mencari jawaban tentang mengapa Brayen ingin membunuh Gwen, dan mengapa nama Khansa disebut oleh Edward.
Saat menelusuri kamar, Mex menemukan foto yang ditempel di dinding. Tersembunyi di antara stiker. Ia merobek foto itu dari dinding dan menemukan tulisan di belakangnya.
"I love you, Khansa Gwenita," Mex terdiam kaku setelah membaca tulis itu.
Eh apanih? Kok....
See you di chapter selanjutnya🥰
Jangan lupa follow!
@Vuurschedel_ofc
@skay_mza
@gibransmithh
@z.liandri
@angkasaper_
@aksall.m
@kalviroall_
@gwen16c
@stefi.ibinaaa
@0k_kristal
@celineziba8_its
@adrina_aul0_Follow juga tiktok!
@keyzee. Banyak konten disana👍🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MEXSKAY (END)
Teen FictionMexskay Zio Alzafran Cullen adalah seorang pria yang dinilai dingin dan tidak punya hati. Ia kembali ke Indonesia dengan misi untuk membunuh seorang wanita cantik bernama Gwen Alice Charlie. Misi ini telah menghancurkan keluarganya dan dunianya, nam...