"Gwen, lo bisa kok peluk kita."
"Kita nggak tahu masalah apa yang lo hadapin. Tapi apa pun itu, inget lo punya kita. Kita selalu ada buat lo!"
"Geli, jijik gue," suasana haru seketika hancur karena kejujuran Gwen yang terlalu blak-blakan.
Mereka sudah berada di lantai bawah, tepatnya di pintu utama. Gwen juga bingung kenapa pintu kaca besar itu bisa terbuka sendiri. Mungkin Mex, sang pemilik yang membukanya. Entahlah, Gwen sudah tak peduli.
Sekarang apa yang harus mereka lakukan? Sedangkan didepan mereka banyak sekali pengawal yang menjaga. Sudah dipastikan mereka akan susah untuk keluar jika tanpa seizin Mex.
"Guys, kita mau pulang pake apa? Nggak mungkin kan harus pesen taksi. Udah malem gini, mana ada taksi," ucap Adrina, diikuti anggukan dari yang lain. Kecuali Gwen.
Gwen jadi teringat jika dia sebelumnya membawa motor kesangannya. Seinget dia terakhir membawanya ke pemakaman sang kakak. Ah bodoh sekali dirinya, kenapa sebelumnya tidak terlebih dahulu menanyakan kepada Mex.
"Nggak! Lo nggak boleh lakuin itu," ucap Gwen tiba-tiba, membuat teman-temannya bingung.
"Ngaco lo, kita lagi ngomongin taksi tiba-tiba 'nggak'. Lo sehat?" Celine memegang jidat Gwen.
Ada benarnya ucapan Adrina. Malam semakin larut, taksi pasti susah didapat. Beberapa menit lagi jam menunjukkan 11 malam dan jalanan Jakarta makin sepi.
Tanpa mereka duga hal yang menurutnya tidak mungkin terjadi. Tapi kali ini sebuah taksi memasuki perkarangan penthouse megah milik Mex.
"Doa gue manjur juga ternyata," ucap Stefiibina, yang ternyata sedang berdoa meski tidak banyak bicara.
Mereka semua kebingungan. Tidak ada di antara mereka yang memesan taksi, jadi siapa?
"Atas nama nona Gwen?" tanya supir taksi itu.
"Ya, saya," jawab Gwen.
Adrina mendekat dan berbisik ke Gwen. "Sejak kapan lo mesen taksi?"
"Masuk aja, jangan banyak tanya!"
Gwen sebenarnya ragu. Tapi keinginannya untuk pulang lebih besar. Jadi dia naik taksi tanpa basa-basi. Soal motornya, dia akan melacaknya besok dengan bantuan Zero.
"Inimah udah kayak mobil Alphard gue di rumah, coy," timpal Adrina.
Supir tersenyum tipis. "Memang benar, ini mobil Alphard pemberian dari tuan saya."
Mata Adrina melebar. Baru kali ini dia melihat taksi menggunakan Alphard.
"Bisa kali kenalin," goda Celine.
"Heh! Inget Angkasa."
"Dih! Sorry ya, gue nggak ada hubungan sama tuh cowok aneh!" sebal Celine.
"Boleh saja, tapi maaf. Tuan muda saya sudah punya pacar."
"Nona yang sedang nyandar ke jendela, dia pacar tuan muda saya."
Spontan Adrina menoleh ke belakang, menatap Gwen. Yang lain pun ikut menatap Gwen penuh tanya.
"What! Gu-gue? Sejak kapan gue punya pacar?"
"Beberapa jam lalu. Nona pingsan, dan tuan saya sendiri yang membawa nona masuk ke taksi ini. Dia khawatir banget, dengan lembut mengelus wajah dan merapikan rambut nona."
"Saya sempat tanya 'apakah nona pacarnya' dan tuan saya mengangguk dengan yakin," jelas supir itu.
"Jadi, tuan muda yang bapak bicarakan itu adalah Skay?" tanya Celine.
"Iya, tuan muda Skay."
Gwen salting tuh😂
See you di chapter selanjutnya🥰
Jangan lupa follow!
@Vuurschedel_ofc
@skay_mza
@gibransmithh
@z.liandri
@angkasaper_
@aksall.m
@kalviroall_
@gwen16c
@stefi.ibinaaa
@0k_kristal
@celineziba8_its
@adrina_aul0_Follow juga tiktok!
@keyzee. Banyak konten disana👍🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MEXSKAY (END)
Teen FictionMexskay Zio Alzafran Cullen adalah seorang pria yang dinilai dingin dan tidak punya hati. Ia kembali ke Indonesia dengan misi untuk membunuh seorang wanita cantik bernama Gwen Alice Charlie. Misi ini telah menghancurkan keluarganya dan dunianya, nam...