Suara bel berbunyi membuat Gwen sadar. Melihat penampilan wanita yang membawakan kotak dengan pita merah, Gwen menyimpulkan dia adalah pelayan.
"Seneng banget nih, kayaknya," sindir Gwen.
Mex acuh dan menyimpan kotak itu di meja sebelum berjalan santai menuju dapur. Gwen terus mencela wanita itu, menganggapnya kurang menarik dibandingkan dirinya dan mengkritik kotak yang dibawanya.
Mex menahan senyum mendengar ocehan Gwen. Ia kemudian menyodorkan daging yang dimasaknya sendiri kepada Gwen.
"Makan!"
"Gak!"
Mex kembali membawa makanan itu ke dapur berencana untuk memberikan kepada pelayan tadi.
"Ngak! ini punya gue," Gwen langsung menarik makanan itu dengan cepat.
Mex hanya tersenyum. Meskipun Gwen tidak mau memakannya. Mex tidak akan memberikannya pada orang lain.
Gwen mencoba menarik perhatian Mex dengan menempelkan sepotong daging di samping mulutnya. Ia berharap Mex akan melihatnya, tapi ternyata Mex hanya menatapnya sekilas.
Sudahlah jangan berharap lebih Gwen. Gwen menghela nafas pasrah dan menundukan kepalanya.
Gwen pasrah dan menundukkan kepala. Namun, Mex tiba-tiba menangkup pipinya, menarik sehelai rambut Gwen dari telinga, dan mendekat. Bibir Mex menyentuh bibir Gwen untuk mengambil sepotong daging di samping mulutnya.
Gwen terkejut, jantungnya berdetak cepat. Ia membalas kecupan Mex. Menyingkirkan gengsi dan menyentuhkan bibirnya ke bibir Mex.
Saat keduanya terlarut dalam momen tersebut, suara jatuh terdengar dari arah jendela.
"Diem!" Mex menahan tubuh Gwen, belum selesai membalas kecupannya.
"Ih! Sabar, masih banyak waktu," ucap Gwen menggoda.
Gwen terkejut melihat seseorang terkapar di lantai.
"Angkasa?" serunya kaget.
+++++
"Beneran marah?" tanya Gwen kepada Mex.
Mex hanya sedikit kesal. Bodohnya dia marah hanya karena memikirkan jika kesempatan tadi bersama Gwen langka untuk terjadi dan mungkin bisa jadi tidak akan terjadi lagi.
"Lupain aja, tadi cuman khilaf," kata Gwen.
Khilaf katanya? lupakan saja? Sudahlah itu semakin membuat Mex kesal.
Gwen tersenyum merasa senang menjaili Mex. Dengan berani, ia mencium bibir Mex.
Mex membalas kecupan dengan lembut dan penuh perasaan. Namun, mendengar ringkisan Gwen, Mex langsung menghentikan aksinya.
"Sorry, gue kelepasan," ucap Mex, merasa bersalah.
"Sakit banget ya?" tanya Mex, membungkuk agar sejajar dengan Gwen.
"Gak apa-apa," jawab Gwen, berbohong bahwa bibirnya tidak berdarah.
Mex menarik Gwen ke dalam pelukannya. "Sorry, gue gak seharusnya ngelakuin itu."
Gwen merasa nyaman dalam pelukan Mex. Merasakan ketenangan yang sulit dia dapatkan dari orang lain. Mex juga merasakan hal yang sama. Merasa tenang saat memeluk Gwen.
"Samperin Angkasa gih," titah Gwen.
Mex mengangguk, meski biasanya dia tidak mudah memaafkan. Namun, karena GwenNdia memilih memaafkan Angkasa.
"Mana sih tombolnya? Lama banget," gerutu Gwen, kesal karena Mex belum juga muncul dari lantai bawah.
"GWENNNNN!" Adrina,Stefiibina,Celine dan Kristal berlari menghampiri Gwen.
Gwen langsung menengok kearah suara. Gwen berdiri dari duduknya dan berlari menghampiri para sahabatnya. Mereka memeluk Gwen bersamaan.
"Kita khawatir sama lo, Gwen."
"Maafin, gue ga bermaksud bikin kalian khawatir," ucap Gwen merasa bersalah.
"Sukur deh lo baik-baik aja. Angkasa bilang, lo pingsan," kata Celine.
"Pingsan?" Gwen mengerutkan alisnya. Dia hanya ingat terakhir berada di makam kakaknya dan kemudian Mex muncul. Tidak ada penjelasan lebih lanjut dari Mex tentang apa yang terjadi.
See you di chapter selanjutnya🥰
Jangan lupa follow!
@Vuurschedel_ofc
@skay_mza
@gwen16c
@gibransmithh
@z.liandri
@angkasaper_
@aksall.m
@kalviroall_
@stefi.ibinaaa
@0k_kristal
@celineziba8_its
@adrina_aul0_Follow juga tiktok!
@keyzee. Banyak konten disana👍🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MEXSKAY (END)
Teen FictionMexskay Zio Alzafran Cullen adalah seorang pria yang dinilai dingin dan tidak punya hati. Ia kembali ke Indonesia dengan misi untuk membunuh seorang wanita cantik bernama Gwen Alice Charlie. Misi ini telah menghancurkan keluarganya dan dunianya, nam...