Alarm di meja samping tempat tidur Gwen berbunyi tepat pukul 4:30 pagi. Dengan mata masih terpejam, Gwen meraba-raba mencari tombol untuk mematikannya.
"Ah, berisik!" gumamnya sambil mengusap mata. Melihat jam, Gwen memilih untuk kembali tidur.
Pukul 5:00 pagi. Bukan lagi alarm yang membangunkannya. Tapi suara teriakan dan gedoran pintu dari Momy Melati.
"Gwen Alice, bangun!" teriak Melati sambil terus menggedor pintu.
"5 menit lagi, Mom!" balas Gwen dengan mata masih terpejam.
"5 menit, 5 menit! Kebiasaan kamu! Ayo, mandi, siap-siap sekolah!" omel Melati, seperti setiap pagi.
Tak ada lagi alasan. Gwen terpaksa bangun dengan wajah mengantuk dan rambut berantakan. Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.
"Iya, Momy, ini mau," ucap Gwen sambil berjalan ke kamar mandi.
"Udah mandi, turun bantuin Momy masak sarapan," lanjut Melati.
"Iyaaa," jawab Gwen pasrah.
Pukul 5:30 pagi. Gwen keluar dari kamar mandi dengan rambut yang digulung handuk dan langsung memakai baju santai. Sesuai perintah Melati, ia bersiap menuju lantai bawah.
Saat keluar dari kamar. Bi Nani, pembantu rumah sudah menunggu untuk membersihkan kamarnya.
"Izin bersihkan, Neng," kata Bi Nani.
"Oh iya, silakan, Bi," jawab Gwen sambil sedikit menunduk sebagai tanda hormat.
Gwen menuruni tangga dan langsung menuju dapur untuk membantu Melati menyiapkan sarapan.
"Gwen, bangunin dulu abang gih!" ucap Melati sambil melirik Gwen.
"Hah? Jadi abang belum dibangunin sama Momy?" tanya Gwen.
"Belum, hehe," jawab Melati dengan wajah imut.
"Kok gitu sih, Momy! Giliran aku diteriakin, padahal masih pagi juga," protes Gwen dengan wajah cemberut.
"Ya beda dong. Kamu itu cewek, harus dibiasain bangun pagi, sayang," kata Melati lembut, memegang pundak Gwen untuk menenangkan.
"Giliran begini aja suaranya lembut, padahal beberapa menit lalu lebih kencang dari toa. Semua tetangga pasti kebangun gara-gara Momy," cengenges Gwen sambil berlari menuju kamar Zero.
"GWEEN!" teriak Melati lagi.
"Kalau saja kakak kamumasih ada, Gwen. Kamu pasti lebih bahagia dari ini," gumam Melati pelan
+++++
Pagi yang dingin menyelimuti ketika Gwen akhirnya tiba di rumahnya sendiri yang terletak di perumahan elit. Hanya orang-orang terpandang yang mampu menempati kawasan ini.
Beberapa menit kemudian sebuah mobil Mercedes hitam memasuki gerbang rumah Gwen. Yang disambut oleh para penjaga.
"Silakan masuk, Non," kata Mang Ucup, salah satu penjaga, sambil membuka gerbang.
"Terima kasih, Om Ganteng," balas Celine, yang mengendarai mobilnya sendiri.
Celine memencet klakson beberapa kali, tapi tak ada tanda-tanda Gwen keluar dari rumah.
"Kebiasaan nih anak," gumam Kristal.
"Neng, masuk dulu yuk, sarapan," ajak Bi Asih yang menghampiri mereka.
"Gak usah, Bi, nunggu di sini aja," sahut Celine sambil tersenyum.
"Bibi pengertian banget sih, tau aja kalau aku belum sarapan," lanjut Adrina sambil mengusap perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEXSKAY (END)
Roman pour AdolescentsMexskay Zio Alzafran Cullen adalah seorang pria yang dinilai dingin dan tidak punya hati. Ia kembali ke Indonesia dengan misi untuk membunuh seorang wanita cantik bernama Gwen Alice Charlie. Misi ini telah menghancurkan keluarganya dan dunianya, nam...