35. Bukan Angkasa

4.2K 252 14
                                    


"Hallo, cantik!"

Kristal tetap diam.

"Hai ganteng, makasih. Emang gue ganteng dari lahir," Kalviro menjawab sapaan sendiri sambil duduk di sebelah Kristal, menatap langit gelap.

"Pergi! Jangan buat lelucon kekanak-kanakan," kata Kristal dengan tajam. Kalviro hanya ingin menghibur, tapi malah mendapat respon yang menyakitkan.

Zidan datang, dan Kristal langsung menatapnya dengan pandangan berbinar. Berbeda dari saat Kalviro muncul.

"Serahin ke gue. Tenang, gue nggak akan nyakitin dia," ucap Zidan, meyakinkan Kalviro.

"Oke, lo abang gue. Gue percaya sama lo."

Kalviro pergi tanpa mendapat balasan dari Kristal, menyadari bahwa Kristal lebih suka Zidan. Namun, ia percaya Zidan tidak akan mengkhianatinya.

"Jangan gitu sama Kalviro," kata Zidan pelan saat duduk di samping Kristal, menggantikan Kalviro.

"Stop bahas Kalviro! Kamu nggak mau nanya kenapa aku pergi? Kenapa marah? Aku muak! Setiap kamu punya waktu buat aku, selalu ada kaitannya sama teman-teman kamu."

"Bukan gitu..."

"Terus apa? Kamu di sini cuma buat minta maaf karena ucapan Aksal tadi, kan? Iya, ucapannya nyakitin aku. Dia bentak dan nunjuk-nunjuk aku di depan banyak orang. Puas? Kamu mau minta maaf? Oke, aku maafin."

"Kenapa masih disini? udah aku jawab kan semua pertanyaan kamu."

"Jangan mancing keributan! Ini bukan waktu yang tepat. Kenapa kamu jadi gini? Ini masalah sepele."

"Sepele? Sumpah, aku nggak habis pikir sama kamu."

Zidan mencoba menenangkan. "Aku udah bilang, kalau kamu capek sama hubungan ini, kamu bisa pergi. Hargai Kalviro, dia bisa bahagiain kamu. Aku nggak mau kamu nyesel. Umur seseorang nggak ada yang tahu kapan dia pergi. Aku nggak mau kamu ngerasain cinta yang datang terlambat."

Kristal menangis, membenci saat Zidan melibatkan agama dan Tuhan dalam pembicaraan.

"Jadi, hubungan kita yang lebih dari satu tahun ini kamu anggap percuma? Harus berakhir?"

Zidan menggeleng. "Nggak. Kita bisa lanjut sampai kamu benar-benar capek, udah nggak kuat, atau nemuin yang baru dan dia bisa bahagiain kamu. Aku nggak pernah ngelarang kamu buat pergi."

Sesak, berat harus mengatakan hal ini kepada kekasihnya. Zidan masih sangat menyayangi Kristal tapi disisi lain ia tahu Kalviro sangat ingin bisa bersama Kristal.

Kristal memeluk Zidan erat, menangis tanpa henti. "Se-sesusah itu ya, bu-buat ki-kita?"

"Maafin aku."

Kalviro yang mendengar semua dari balik pohon besar merasa bodoh. Dia tahu Zidan benar-benar peduli pada Kristal.

Jahat sekali dirinya dan bodohnya ia tidak menyadari jika sudah menjadi penghalang dalam hubungan temannya.

Aksal datang dan bertanya. "Gimana, dia udah dibujuk?"

"Zidan lagi berusaha. Btw, udah mulai balapan?"

Aksal mengangguk, lalu menatap layar handphonenya yang terhubung dengan kamera di motor Angkasa. "Dipimpin Angkasa. Anak itu bener-bener gila ngejalanin motornya, kayak punya dendam pribadi."

Di jalanan yang gelap dan sepi, Angkasa tetap memimpin balapan. Suara deru motor semakin kencang. Angkasa melihat di spion, Evan dari geng Reforfer semakin mendekat.

"Gue akan kalahin lo, Angkasa!" gumam Evan di balik helmnya. Evan terus mencoba menabrak Angkasa, tapi selalu gagal.

BRUKK! Sekali tendang, motor Evan tersungkur.

"Anjing!" geram Evan.

Aksal yang melihat melalui kamera terkejut. "Angkasa nendang Evan," bisiknya kepada Mex.

Mex langsung merebut handphone Aksal, melihat hal yang tak pernah diperintahkan. Angkasa tidak pernah melakukan tindakan kasar dalam balapan.

Angkasa semakin mempercepat motornya.

"Bodoh lo masuk perangkap kita!" gumam Evan, kembali mengejar Angkasa.

Namun, Angkasa tiba-tiba terjatuh. Kepalanya membentur trotoar, di tengah jalan penuh paku kecil yang telah disebar oleh Reforfer.

"Sial."

Evan menertawakan Angkasa, lalu menghampirinya dan menendangnya. Tapi saat mendengar suara kesakitan, Evan terdiam. Suara itu terdengar seperti suara wanita. Terkejut, Evan memutuskan untuk meninggalkan Angkasa dan menuju garis finis.

Suara tepuk tangan riuh saat motor Angkasa mendekati garis finis. Celine berteriak gembira. "Angkasa menang!"

Aksal dan Mex terdiam, bingung karena baru saja melihat Angkasa jatuh. Bagaimana mungkin dia bisa memimpin balapan?

"Lo menang, bego!" Kalviro menyewot.

Angkasa bingung tidak memahami situasi ini. "Yeay lo menang lo hebat," Celine spontan memeluk Angkasa.

Evan melempar helm miliknya kesembarang arah. "Anjing!"

Fael menghampiri Evan dan memukulnya. "Lo nggak bisa diandelin. Lo keluar dari Reforfer."

"El, sumpah gue udah bikin dia jatuh!" Evan berusaha menjelaskan, tapi Fael tak percaya tanpa bukti.

Mex dan anak Vuurschedel lainnya menghampiri Fael. Mex memegang kerah Fael, menatapnya dengan tajam. "Gue ingetin sama lo, jangan pernah ganggu Gwen! Sekali lagi lo libatin dia, lo habis di tangan gue."

Evan mencoba melawan, menuduh mereka licik. "Orang yang balapan tadi bukan Angkasa, kan? Jawab jujur!"

"Lo jangan buat malu Reforfer, Evan! Kita kalah, dan lo yang bikin kita kalah. Lo nggak akan diterima kembali," Fael menegaskan.

Fael lalu menatap Angkasa. "Gue akuin, lo hebat..."

"Jangan puji gue! Gue nggak mau dipuji sama pengecut kaya lo!" Angkasa balas dengan dingin.

Fael tertawa. "Jaga Gwen baik-baik, karena gue jatuh cinta sama dia."

Setelah mereka pergi, hanya tersisa anak Vuurschedel dan keempat perempuan yang mendukung dari tadi.

"Jelasin sekarang!" perintah Mex dengan tegas.

Angkasa kicep. "Gue nggak tau apapun soal kemenangan ini. Ada yang ngasih gue minuman, dan gue ketiduran. Waktu gue bangun, gue langsung ke sini, dan semua orang bilang gue menang. Gue nggak ngerti kenapa," Angkasa menjelaskan dengan serius kali ini.

"Jangan bilang..."











Siapa orang itu?

Ternyata Zidan sama Kristal pacaran.

Gimana nasib Kalviro?

See you di chapter selanjutnya🥰

Jangan lupa follow!

@Vuurschedel_ofc
@mex_skay
@gibransmithh
@z.liandri
@angkasaper_
@aksall.m
@kalviroall_
@gwen16c
@stefi.ibinaaa
@0k_kristal
@celineziba8_its
@adrina_aurelia

Follow juga tiktok!
@keyzee. Banyak konten disana👍🏻

MEXSKAY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang