48. Lagi galau

3.2K 204 62
                                    



Setelah mengantar Gwen ke kelas. Mex pergi tanpa sepatah kata. Di rooftop, dengan earphone di telinganya. Dia menatap gedung-gedung tinggi. Memikirkan serangan mendadak semalam yang menghancurkan markas Vuurschedel dan menyebabkan banyak korban. Sebagai ketua, Mex merasa gagal melindungi anggotanya. Pikirannya kacau dan dia langsung menelepon Kalviro.

"Viro, siapa yang nelepon semalam?" tanya Mex tanpa basa-basi.

Kalviro, yang sedang kesal karena suasana kelas tidak kondusif. Bingung dengan pertanyaan itu. Meski demikian, dia tetap menjawab dengan nada penasaran. "Ngapain lo nanya tiba-tiba?"

Mex mengabaikan protesnya. "Panggil Aksal ke rooftop sekarang!" perintahnya tegas.

Sementara itu di kelas 12 Mipa 2. Aksal mendekati Gwen dan meminta maaf. "Eh, gue minta maaf ngewakilin Angkasa sama Kalviro. Mungkin kalau mereka nyamperin lo, kejadian itu gak bakal terjadi."

Gwen bingung. "Angkasa, Kalviro? Gue gak liat mereka berdua saat itu."

Aksal mengangguk. "Mereka liat lo, tapi nggak yakin itu lo. Mereka kira lo udah balik dijemput Skay. Pas tau Skay hilang, baru mereka sadar kalo itu lo."

Celine dan Adrina yang mendengar percakapan itu langsung memojokkan Zidan, Aksal, dan Gibran. "Susah amat sih buat kalian ngabarin Gwen kalau Skay nggak bisa jemput? Padahal dia lagi sakit!" Adrina menyindir tajam.

Aksal berusaha membela diri. "Temen kita dikeroyok. Kita panik nyari Skay. Kalau lo di posisi gue. Pasti lo juga bakal lebih fokus nyari dia."

"Udah-udah! kenapa jadi ribut gini," teriak Gwen. "Skay udah cerita sama gue tentang kejadian itu. Gue justru harusnya makasih sama kalian karena udah nyelamatin dia," lanjutnya.

Zidan menatap Gwen lalu menjelaskan. "Skay gak pernah gini sama cewek. Dia biasanya cuek, nggak peduli. Tapi kali ini, meski babak belur dan kepalanya berdarah. Dia tetep nekat nyari lo. Dia nyari lo di seluruh sudut sekolah. Dia panik karena lo gak ada di tempat tunggu. Dia gak mau buat lo kecewa lagi."

Gwen terdiam, merenungkan kata-kata Zidan. Penjelasan Zidan berbeda dengan yang Mex sampaikan saat di rumahnya.

Apa mungkin Mex menutupi kebenaran agar Gwen tidak merasa bersalah? Pasti sakit banget menahan perih yang menjalar dikepalanya. Mengapa saat itu dia masih bisa tersenyum seolah semua baik-baik saja.

Tiba-tiba, sebuah notifikasi ponsel memecah suasana. "Siapa?" tanya Gibran kepada Aksal.

"Dari Viro. Gue disuruh ke rooftop. Ada Skay di sana," jawab Aksal sambil melangkah keluar kelas.

Zidan dan Gibran saling pandang dengan perasaan yang sama. "Gawat," Zidan menepuk pundak Gibran. Selanjutnya kedua pria itu berlari keluar.

Memasuki jam istirahat. Kalviro memetik gitar menyanyikan sebuah lagu galau yang berjudul Hal-prespektif. Entah sengaja atau tidak Kalviro menyanyikan lagu itu sangat keras dibagian reff.

"Selalu aku lihat belakang pungungmu disaat kau lihat punggung pria lain!" Kalviro memejamakan kedua matanya.

"Menunggu kau menoleh dan berlari kearahku dan memelukku seerat-eratnya!" lanjut Kalviro mulai menikmati petikan gitarnya.

"Ayeee! geboy mujaer," ucap Angkasa menghancurkan suasana.

"Bang nape sih hidup lo ganggu gue mulu herman gue."

"Anjing nama babeh gue itu. Dasar Dadang," balas Angkasa.

"Berisik lo berdua!" potong Zidan. "Gue sama Gibran mau ke warung Mpok Tuti. Mau ikut nggak?"

Kalviro menyimpan gitar dan langsung bangkit. "Jelas dong! Gue duluan bye!" teriaknya sambil berlari.

Tidak mau kalah, Angkasa segera menyusulnya. Zidan dan Gibran hanya bisa menggeleng melihat tingkah mereka yang selalu saling berebut. Bahkan dalam hal kecil. Sikap mereka berdua sama. Bahkan kisah percintaanya pun sama, sama-sama dicampakan.

Ketika tiba di warung Mpok Tuti. Angkasa langsung menggoda. "Mpok! Mpok sayang! Cintaku!"

Mpok Tuti keluar dengan penampilan penuh tepung di celemek dan tanganya. "Berisik atuh gantengnya Mpok," ucap mpok Tuti.

"Mpok gawat!" wajah Angkasa menunjukan kepanikan.

Melihat Kalviro semakin mendekat. Angkasa panik. "Mpok, kalo Viro minta es jeruk atau air bilang aja habis," mohon Angkasa.

Mpok Tuti hanya bisa menggeleng. "Kamu kebiasaan banget ngejailin ujang gemes."

Detik berikutnya, Kalviro tiba di warung dengan nafas terengah-engah. "Mpok! air mpok, Viro minta minum seret banget ini tenggorokan," teriak Kalviro yang tidak mendapat jawaban.

Angkasa hanya tertawa sambil menikmati es jeruknya. "Eits, wani piro?" katanya saat Kalviro mencoba mengambil minumannya.

Kalviro menggerutu. "Kampret, ini gara-gara lo lari lewat jalur tikus!" Angkasa hanya tersenyum penuh kemenangan.



Kadang kasian sama Kalviro jadi bahan ejekan mulu, tapi lucu wkwkw.

See you di chapter selanjutnya🥰

Jangan lupa follow!

@Vuurschedel_ofc
@skay_mza
@gibransmithh
@z.liandri
@angkasaper_
@aksall.m
@kalviroall_
@gwen16c
@stefi.ibinaaa
@0k_kristal
@celineziba8_its
@adrina_aul0_

Follow juga tiktok!
@keyzee. Banyak konten disana👍🏻

MEXSKAY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang