10. Warung mpok Tuti

7.5K 353 1
                                    


Keadaan markas hancur berantakan. Gibran tergeletak di pangkuan Mex. Darah terus mengalir dari perutnya.

"Kenapa bisa gini? Siapa yang nyerang?!" bentak Angkasa, marah.

Mex tidak menjawab. Fokus menahan darah Gibran. "Jawab gue, Mex!" Angkasa mencengkeram kerahnya.

Mex mendorong Angkasa. "Jangan pancing emosi gue!"

Zidan memotong. "STOP! Lihat Gibran, dia sekarat!" suara sirine ambulans terdengar, dan mereka bersiap mengawal Gibran ke rumah sakit.

Diujung jalan dibalik pepohonan besar terdapat gadis yang sedang mengintip gerak gerik kegiatan para pria itu. Disaat melihat kepergian mobil ambulans dan kepergian gerombolan anak-anak itu. Gwen memutuskan untuk menghampiri rumah yang terlihat sangat hancur. Gadis itu mengendap masuk kedalam dengan sangat hati-hati untuk berjaga jaga takut tiba ada seseorang yang masuk.

Namun tiba-tiba ada yang menarik Gwen dan membelit leher gadis itu. Gwen tidak diam saja gadis itu melawan dengan memutar balik tangan seseorang yang membelit lehernya.

"L-oo?" kaget Gwen melihat Mex.

"Sutt!" Mex melepas tangannya dari leher gadis itu.

"Hallo tuan Mex yang terhormat. Senang bertemu kembali dengan anda," ucap seorang pria yang sedikit lebih tua dari Mex.

"Waw rupanya engkau bersama seorang wanita cantik disini tuan Mex," lanjut pria itu tersenyum menggoda Gwen.

"Najis!" umpatan dari Gwen.

"Anda liat tuan. Ini semua perilaku anak buah saya," pria itu tertawa dengan keras seperti ejekan.

Pria itu menghampiri Gwen mengitarinya dengan terus memandang wajah gadis cantik itu. Gwen merasa risih dia tidak bisa lagi untuk menahan amarahnya.

Gwen menendang selangkangan pria itu. "Mata lo ga suci!"

Terjadilah perkelahian di markas Vuurschedel.

Mex menghajar siapapun yang mencoba menghalangi pergerakannya. Dia menendang salah satu dari mereka hingga tumbang. Ini bukan hal biasa untuk seorang Mex namun dia sadar pria itu kalah telak soal jumlah. Bagaimana tidak Mex melawan sepuluh orang lebih sekaligus. Mex kewalahan.

Disaat Mex dikerumuni dan dihajar balik. Tiba-tiba ada seseorang yang menarik pria itu dan berlari melewati pohon-pohon lebat untuk mencari persembunyian.

"Lo punya nyawa berapa? kenapa ga lari. Itu bahaya!" ucap Mex .

"Lo bisa bawel juga ternyata," Gwen terkekeh kecil.

"Siapa Mex?" gumam wanita itu namun dapat terdengar oleh Mex yang berada disampingnya.

"Ga perlu tau dan jangan pernah lo cari tau siapa dia!"

Gwen merasa aneh namun dia berusaha bersikap seperti biasa. Gadis itu hanya mengangukan kepala. Gwen melihat sedikit beberapa memar yang ada pada wajah Mex.

"Kalau bukan karena gue, lo bisa bernasib sama seperti Gibran!" ucap dingin Mex.

"Sama! Kalo gue ga narik lo, lo juga udah bernasib sama kayak Gibran!" Gwen membalas.

"Bukan urusan lo!" bentak Mex.

"Jangan pede deh! siapa juga yang mau ikut campur urusan orang lain apalagi orangnya kaya lo yang ga pernah tau cara terimakasih," sindiran halus dari Gwen.

Waktu terus berjalan dancuaca sudah mulai gelap disaat keadaan diluar sudah terlihat aman Mexmemutuskan untuk membawa Gwen ke warung yang biasa didatangi oleh anakVuurschedel.

+++++

"Aduh, kunaon ieu aden kasep?" tanya Mpok Tuti khawatir melihat wajah lebam Mex.

Mpok Tuti segera mengambil kotak P3K. "Sok atuh, calik sini. Mpok obatin."

"Biar saya aja, Bu," Gwen berkata sopan.

"Sok, mangga neng," kata Mpok Tuti sambil menyerahkan kotak P3K. "Mpok ke belakang dulu ya. Neng, panggil Mpok jangan Bu," tambahnya, berjalan sambil mengedipkan mata.

Gwen tersenyum, merasa nyaman di warung sederhana ini dengan keramahan Mpok Tuti. Namun, Mex menyela lamunannya. "Heh! Obatin gue, bukan ngelamun."

"Iya, bawel!" Gwen membalas sambil telaten mengobati luka di wajah Mex.

Sambil menatap Gwen yang berada di depan matanya. Mex tidak bisa menyangkal betapa menariknya gadis itu dengan bulu mata lentik, mata coklat, hidung mancung, dan bibir merah merona.

"Perfect," kata Mex tiba-tiba.

Gwen terkejut dan tanpa sadar menekan luka Mex. "Aww," ringis Mex.

"Eh, sorry," Gwen buru-buru meminta maaf. Namun Mex menahan pergelangan tangannya, meminta Gwen untuk tetap di posisinya. "Lanjut," ucap Mex lembut.

"Enak aja, ogah," Gwen menolak, merusak momen itu dengan sikapnya yang kembali barbar.

Namun, Gwen pun tak bisa menyangkal betapa sempurnanya Mex. Membuatnya gugup. Mereka berdua terdiam. Suasana menjadi canggung.




Aduhh mas melehoy ditatap gitu🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aduhh mas melehoy ditatap gitu🥰

Tatapanya aduhh neng omg ga semua orang kuat😳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tatapanya aduhh neng omg ga semua orang kuat😳



See you di chapter selanjutnya🥰

Jangan lupa follow!

@Vuurschedel_ofc
@skay_mza
@gibransmithh
@z.liandri
@angkasaper_
@aksall.m
@kalviroall_
@gwen16c
@stefi.ibinaaa
@0k_kristal
@celineziba8_its
@adrina_aul0_

Follow juga tiktok!
@keyzee. Banyak konten disana👍🏻

MEXSKAY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang