56. Pelaku pembunuhan

2.6K 209 20
                                    


"Tunggu!" Gibran menahan pintu ambulans saat petugas hendak menutupnya.

"Kami harus segera membawa jenazah ini. Tolong jangan ganggu," ucap petugas dengan tegas.

"Saudara gue gaakan ninggalin gue secepat itu!" teriak Gibran, membuat semua terkejut. Kalviro terduduk lemas, sementara Aksal mengepalkan tangannya, penuh penyesalan.

"Harusnya gue gak percaya sama cerita lo, Mex. Pratma itu bajingan," gumam Aksal kesal.

"Kita semua sedih. Lo gak boleh gini," Angkasa mencoba menenangkan.

"Jadi lo percaya Mex mati? Dia masih hidup!" bentak Gibran kepada Angkasa.

"Gibran, sini," panggil seorang wanita, yang ternyata adalah tantenya, Dwi.

Gibran langsung mendekap tantenya erat. "Zio selamat kan, Tan?"

"Kamu yakin Zio ninggalin kita gitu aja? Siapa yang akan jaga mamanya dan Gwen?"

Gibran menggeleng. "Kalau bukan Zio, itu jenazah siapa?"

"Pratma," mereka mengenal suara itu, suara berat, yang dimiliki oleh ketuanya.

Gibran langsung berhambur memeluk saudaranya. Begitupun dengan Aksal, Kalviro, Angkasa dan Zidan yang melakukan hal yang sama.

"Lain kali, kita harus hadepin masalah ini sama-sama. Gue gak mau hal ini terjadi lagi," kata Zidan.

"Lo udah pastiin dia masuk ke dalam rumah?" tanya Mex kepada Zidan.

"Sialan, bisa-bisanya mikirin pacar di situasi kaya gini," sewot Angkasa.

Zidan mengangguk. "Tenang aja, gue yakin dia aman."

"Gibran, Zio! Kalo udah selesai langsung ke kafe biasa. Tante sama Edward nunggu disana," teriak Dwi memangil dua keponakannya.

Tanpa perlu bertanya. Mereka sudah mengerti dari ucapan yang di lontarkan oleh wanita yang Gibran maksud sebagai tantenya. Wanita itu tante Gibran sekaligus tante Mex karna wanita itu berani memanggil Mex dengan sebutan 'Zio'.

Setelah itu, mereka mendekati mobil polisi yang membawa Grabel. "Selamat bermalam di penjara, bodoh," sindir Kalviro. Grabel hanya bisa mendesis marah.

"Pak! kalo bisa jangan dikeluarin lagi ya," ucap Angkasa.

"Dunia risih kalo ada manusia kaya dia berkeliaran," lanjut Aksal.

Setelah menjelaskan semua yang terjadi kepada polisi. Mex dan Gibran langsung pergi menuju kafe.

"Ini bukan masalah sepele. Hubungan Mex yang udah terjalin dengan anak Hadma itu kesalahan besar. Cepat atau lambat mereka akan putus dengan kesalah pahaman," ucap Edward serius.

"Mex gaakan semudah itu buat lepasin cinta pertamanya dengan mudah," jawab Dwi.

Mex yang baru tiba di kafe langsung menyerang Edward.

"Lo ketua Black Secret, Edward. Dan Lo tau kelakuan Grabel. Tapi, kenapa lo diam aja?!" murka Mex.

"Ini tentang hubungan kamu sama Gwen!" teriak Dwi, mencoba menghentikan Mex. Mex akhirnya berhenti, menatap tajam Edward.

Mex membernarkan bajunya yang berantakan. Lalu ia mengulurkan tangan kepada Edward untuk membantunya berdiri.

"Jelasin apa yang mau lo jelasin!" Mex menatap sedetik kearah Edward.

"Khansa Gwenita. Kakak Gwen yang meninggal 5 tahun lalu, jadi alasan Brayen nyuruh lo bunuh Gwen," jelas Edward.

"Apa hubungan Brayen sama dia?" tanya Mex.

Edward menyeringai. "Dia meninggal karna di bunuh, dan sampe sekarang pelaku pembunuh itu belum diketahui."

"Sebelum terlambat, lo cari tahu yang sebenarnya," Edward beralih menatap Gibran yang berada disamping Mex. "Yang nusuk lo itu Grabel," ucapnya.

Mex semakin bingung, terutama saat Edward mengaku sebagai mantan ketua Black Secret. "Grabel dendam pada Brayen karena Brayen mempermainkan adiknya," jelas Edward.

"Kenapa mereka nyerang anggota gue? Gue bukan Brayen!" protes Mex.

"Adik perempuan Grabel mempunyai hubungan dengan Brayen, tapi Brayen memilih perempuan lain," jelas Edward.

"Perempuan lain?"

"Brayen cuman mempermainkan adik Grabel. Lo cari tau siapa perempuan yang dipilih oleh Brayen," ucap Edward kepada Mex.

Brengsek! Pantas saja Grabel terlihat sangat marah, pria itu juga terus membahas soal Brayen.

"Jangan main-main sama gue, Edward," ancam Mex.

"Lakuin yang Brayen suruh, atau nyokap lo akan terancam," lanjut Edward.

Mex marah dan menendang meja keras-keras sebelum keluar dari kafe. Sementara Edward meringis menahan perutnya yang merasa sakit karena meja yang ditendang Mex mengenainya.

"Sorry, gue minta maaf atas prilaku keponakan gue," ucap Dwi merasa bersalah.

"Tenang aja. Gue cuma ngelakuin tugas gue buat jaga mereka," balas Edward. "Gue sendiri belum bisa pastikan siapa pembunuh anak kedua Hadma," lanjutnya.


Tuh kan ternyata Edward punya hubungan sama Black Secret.

Kira-kira siapa yang bunuh Khansa? Apakah Brayen atau yang lain... tebak-tebakan yokkk

See you di chapter selanjutnya🥰

Jangan lupa follow!

@Vuurschedel_ofc
@skay_mza
@gibransmithh
@z.liandri
@angkasaper_
@aksall.m
@kalviroall_
@gwen16c
@stefi.ibinaaa
@0k_kristal
@celineziba8_its
@adrina_aul0_

Follow juga tiktok!
@keyzee. Banyak konten disana👍🏻

MEXSKAY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang