74. Bulannya indah

2.8K 191 68
                                    


Gadis berparas cantik memasuki rumah Gwen tanpa permisi. Siapa lagi jika bukan Farra keponakan perempuan satu-satunya.

Farra langsung menuju dapur, mencari camilan dan akhirnya memilih Pocky rasa matcha favorit Gwen. Lalu dia menuju kamar Gwen. Farra berencana meminjam novel milik Gwen untuk memperbaiki nilainya di sekolah.

Saat membuka pintu kamar Gwen yang tidak terkunci. Farra melihat selimut berantakan di atas kasur dan tidak menemukan Gwen. Namun, ia mendengar suara samar-samar seseorang mengerang kesakitan

"Kak Gwen?" Farra segera panik melihat Gwen terduduk lemas di lantai.

"O-obat..." Gwen memohon dengan suara lemah.

Farra mencari obat ke seluruh kamar, tetapi tidak menemukannya hingga Gwen memberi tahu bahwa obat itu ada di bawah bantal.

Akhirnya Farra menemukan obat-obatan yang menumpuk. "Lomustin?" gumam Farra.

Farra memberikan obat itu kepada Gwen, yang langsung meminumnya dengan tangan gemetar. Gwen merasa lebih baik setelah minum obat dan berterima kasih kepada Farra.

Keduanya duduk di kasur, melihat ke luar jendela. Farra minta maaf karena mengira Gwen pergi mengantar pacarnya ke bandara.

"Maksud lo?" tanya Gwen kebingungan.

"Kak Skay kan mau pergi keluar negeri. Kata Beby jadwal keberangkatannya hari ini jam 2. Gue kira, lo berangkat kesana sama sahabat-sahabat lo," jelas Farra.

"Gue liat di instastory kak Bina mereka lagi ngerayain ulang tahun Kak Skay dibandara," lanjutnya.

Gwen baru menyadari bahwa ponselnya mati sejak semalam, dan saat dinyalakan, ribuan notifikasi masuk, termasuk pesan-pesan tentang keberangkatan Mex.

Puluhan panggilan tak terjawab dari Celine, Kristal, Stefibina, Adrina.

Gwen merutuki dirinya sendiri saat mendapat pesan masuk dari Mex. Gwen beralih melihat jam yang menunjukan jam 2.05 pm.

Pilihan lo tepat. Tapi kenapa hati gue sakit?

Mengetahui dia melewatkan acara penting, Gwen meminta kunci mobil kepada Farra. Farra mencoba menghentikannya, mengingat kondisi Gwen yang pucat, tetapi Gwen memaksa.

"Kak tapi muka lo pucet banget," khawatir Farra.

"Everything is fine! Jangan kasih tau yang lain soal tadi," Gwen merebut kunci mobil dari tangan Farra.

Gwen meninggalkan rumah, membawa Jojo, kucing kesayangannya, dan menuju pantai.

Angin sepoi-sepoi bertiup, diiringi deru ombak dan terik matahari. Gwen berjalan perlahan mendekati ombak kecil, memeluk Jojo, kucing kesayangannya, di pangkuan. Rambut pendeknya tertiup angin, memperlihatkan wajahnya yang termenung.

Dulu, Gwen membayangkan akan berada di pantai ini bersama kekasihnya, memandangi bintang di malam hari, berbagi harapan dan mimpi.

Kini, Gwen hanya bisa menatap langit yang cerah sambil mengelus Jojo. "Jo, jangan tinggalin gue ya," bisiknya.

Gwen merasakan sesak di dadanya, terkenang akan Mex dan semua kenangan manis mereka. Dia menatap kosong ke laut yang tak berujung, sadar bahwa waktunya mungkin terbatas.

Meski begitu, dia berharap orang-orang di sekitarnya bisa hidup bahagia, mencintai, dan dicintai. Seperti yang pernah dia rasakan bersama keluarga, sahabat, dan Mex.

Gwen menyadari bahwa dirinya telah keliru. Sulit baginya menerima kenyataan bahwa penyakit tumor otak yang dideritanya perlahan-lahan merenggut hidupnya.

MEXSKAY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang