"Buruan dong, lambat banget kayak keong," keluh Celine.
"Sengaja, gue mau nikmatin momen," jawab Angkasa santai.
"Dinikmati gimana? Lihat, kita ketinggalan jauh sama yang lain," Celine semakin kesal, ini sudah kedua kalinya dia meminta bantuan Angkasa hari ini.
"Ssst! Pegangan," Angkasa bersiap mempercepat motornya.
"Ogah, modus lo udah kadaluarsa!" Celine memukul helm Angkasa.
"Oke!"
Angkasa langsung tancap gas. Jangan lupa, Angkasa Naufal Pratama adalah seorang pembalap. Celine yang awalnya ogah-ogahan. Sekarang malah memeluk Angkasa erat-erat. Menyembunyikan wajahnya di punggungnya yang kekar.
"Sial, gue lupa kalau dia pembalap."
Sementara itu, Kristal di belakang berkata, "Teman lo gila."
"Biasa, modus. Lo mau juga?" Kalviro tersenyum, menatap Kristal melalui spion.
"Bocah!" Jawab Kristal dengan nada kesal.
Kalviro tertawa ringan, lalu kembali fokus pada jalanan.
Mereka akhirnya tiba di rumah Gwen yang megah. Angkasa, Zidan, Kalviro, dan Aksal terkesima melihat rumah Gwen yang memiliki taman luas, kolam renang, rumah khusus kucing, serta lapangan untuk memanah dan menembak.
"Gila, gede banget ini rumah. Bisa saingan sama rumah Skay," ucap Angkasa.
"Serius ini rumah Gwen?" Kalviro masih tak percaya.
Saat mereka memasuki rumah, mereka disambut oleh Bi Asih. "Masuk aja, masakannya udah siap."
"Tapi, Bi, suruh mereka pulang aja," Celine masih jutek.
"Nggak boleh gitu, kasihan," Bi Asih menegur lembut.
Kristal bertanya. "Gwen di atas?"
"Iya, masih tidur," jawab Bi Asih.
Mereka pun langsung menuju kamar Gwen.
"Kebakaran! Kebakaran!" Celine mengguncang tubuh Gwen keras-keras agar terbangun.
"Mana? Di mana?" Gwen yang terbangun dalam kepanikan langsung berlari kesana-kemari, membuat teman-temannya tertawa terbahak-bahak.
Setelah situasi terkendali. Gwen, dengan sedikit marah, bertanya. "Ngapain kalian ke sini?"
"Kita mau ngomong sesuatu. Sekalian aja karena di bawah ada anak buah Skay, kita ajak mereka juga," ujar Adrina.
Mereka akhirnya turun dan menemui keempat pria yang sudah asyik ngemil di ruang TV yang berantakan.
Kalviro, Zidan, dan Aksal bersembunyi di belakang Angkasa saat Gwen datang dengan wajah marah. "Anjing, ngapain ngumpet di belakang gue?" Angkasa panik.
"Macan ngamuk, takut!" bisik Kalviro.
"BERESIN SEKARANG JUGA!" Gwen berteriak marah.
Celine dan Adrina mencoba menenangkan Gwen. Sementara para pria berusaha membersihkan kekacauan yang mereka buat. Setelah semuanya tenang, mereka mulai membahas topik yang hendak diungkapkan.
Pertanyaan pertama datang dari Celine. "Kenapa lo mau naik mobil Skay?"
"Karena disuruh lah," jawab Gwen dengan nada jutek.
Pertanyaan berlanjut tentang kegiatan Gwen sepanjang hari. Hingga akhirnya mereka sampai pada topik Skay. Gwen awalnya menyangkal pernah bertemu Skay. Tapi setelah diingat-ingat, dia menyadari ada seseorang yang menabraknya saat malam. Meski dia tak sempat melihat wajahnya.
"Okey gue inget."
"Malem tadi gue ngehindar dari seseorang yang bawa motor ngebut banget dan gue banting motor sampe gue jatoh..." Gwen menjeda ucapannya.
"Terus?"
"Motor yang bikin gue jatoh nyamperin gue. Dia nanya keadaan gue, tapi gue ga sempet liat mukannya," lanjut Gwen.
"Udah jelas itu Skay," kata Angkasa.
"Gak mungkin!" pembelaan dari Gwen dengan masih memasang muka kebingungan.
"Pake pakaian serba hitam, pake kacamata hitam, helm hitam, motor hitam. Iya kan?" tanya Angkasa.
"Iy-aaa," Gwen gugup kalo memang benar itu Skay. Gadis itu masih percaya tidak percaya jika memang itu Skay. Namun jika memang Skay bearti malem tadi dia muji-muji penampilan cowo itu.
"Ihh ga banget," gumam Gwen menggelengkan kepalanya.
Tiba-tiba, telepon Zidan bordering. "Markas sekarang, Gibran diserang!" Zidan panik dan segera memberitahu yang lain.
"Gibran diserang.," ucap Zidan.
"Hah?" bengong Angkasa.
"Buruan anjing Skay disana."
"Kita pamit ada urusan mendadak, kapan-kapan kita ngobrol lagi," ucap Angkasa diambang pintu rumah Gwen.
"Cepet anjing!" Zidan menarik Angkasa.
Kelima wanita cantik itupun bengong dengan apa yang baru saja terjadi. Tapi tiba-tiba Gwen yang mencari kunci motor dan memakai jaket berencana untuk mengikuti keempat pria itu.
"Gwen jangan!" panik Kristal.
"Aduh gimana ini? bibi takut," adu bi Asih kepada keempat sahabat Gwen.
"Bi tenang, okey. Gwen bisa ko jaga diri. Bina yakin," ucap Stefiibina meyakinkan.
"Ihh tapi aduhh," Bi Asih kebingungan karna tidak mungkin jika dia harus cerita tentang Zero kepada keempat wanita ini.
"Tenang bi, kita makan dulu aja ya kasian bibi udah cape-cape masak," ucap Adrina.
"Sok atuh makan harus habis jangan sampe sisa," jawab Bi Asih.
"Siap!" semangat Adrina.
Bi Asih hanya bisa menghela napas. Khawatir dengan apa yang mungkin terjadi. Terutama karena adanya Zero. Gwen, yang sudah mengenakan jaket hitam dan mengendarai motornya dengan penuh semangat. Bertekad untuk tidak kehilangan jejak keempat pria tersebut.
Akhirnya aku bisa ngeberesin chapter ini huhu😭
See you di chapter selanjutnya🥰
Jangan lupa follow!
@Vuurschedel_ofc
@skay_mza
@gibransmithh
@z.liandri
@angkasaper_
@aksall.m
@kalviroall_
@gwen16c
@stefi.ibinaaa
@0k_kristal
@celineziba8_its
@adrina_aul0_Follow juga tiktok!
@keyzee. Banyak konten disana👍🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MEXSKAY (END)
Teen FictionMexskay Zio Alzafran Cullen adalah seorang pria yang dinilai dingin dan tidak punya hati. Ia kembali ke Indonesia dengan misi untuk membunuh seorang wanita cantik bernama Gwen Alice Charlie. Misi ini telah menghancurkan keluarganya dan dunianya, nam...