"Lo nyebelin banget! Kenapa gak bilang sebelumnya? Terus kenapa harus ngomong gitu di depan Momy sama Dady? Lo liat sendiri tadi muka Dady kaya mau nerkam," keluh Gwen sambil berayun di taman, di samping Mex.
"Semua keluarga lo udah tau tentang kita. Jangan pikir lo bisa kabur dari gue," jawab Mex santai.
"Kata siapa? Lo ngelewatin satu orang," balas Gwen menatap Mex tajam.
"Zero?" tebak Mex. "Dia udah tau. Selalu nyari tahu siapa gue."
"Lo tau siapa Zero?" Gwen kaget, menghentikan ayunannya.
"Dia kakak lo. Ketua motor Coyote. Dulu sekolah di Devotional High."
"Sejauh apa lo tau tentang keluarga gue?"
"Sejauh cinta gue buat lo," ucap Mex dengan senyuman jahil.
"Ih gue serius, Skay."
Saat itu, Jojo, kucing Gwen. Tiba-tiba mendekati Mex. Gwen bingung biasanya Jojo galak terhadap orang baru. Namun, Jojo justru bermanja-manja di pangkuan Mex.
"Hey boy!" Mex mengelus kepala Jojo. "Is the situation better now?"
"Meowww," jawab Jojo sambil menyandarkan kepalanya ke dada Mex.
"Jojo! standing up!" perintah Gwen.
"Meoww..." Jojo hampir saja mencakar Gwen. Tapi untungnya Mex gerak cepat menahan cakaran Jojo. Cakaran itu mengenai tangan kanannya.
"Do not be like that! nanti dia luka," ucap Mex.
"Kemana? jangan tinggalin gue," ucap Gwen saat melihat Skay beranjak dari ayunan.
"Tunggu bentar," jawab Mex sambil berjalan menjauh.
Mex datang membawa sesuatu dibelakangnya. "Gwen..."
"A-apa?"
Warna merah yang begitu indah dan harum. Mex menyodorkan satu bouquet bunga mawar merah. Memegang satu tangan Gwen dengan lembut. Mex mengecup tangan cantik milik Gwen beberapa detik.
"You are mine! not somone else!"
"Lo mau bertukar cerita sama gue? Tentang hal kecil apapun itu yang buat lo seneng?"
"Ya, I will."
"Ketemu sama gue misalnya."
"Gue pukul? mau?"
"HAHAHA," Mex tertawa. "Bercanda, saying," lanjutnya dengan senyum manis. "So, don't go! don't leave me! i need you, i need your warm hug."
Tatapan tajam Mex, yang biasanya gelap berubah sayu. Gwen melihat kesedihan yang tersembunyi di baliknya. Tatapan kali ini palsu, mata itu rapuh.
"Gue ada di sini. Jangan pernah merasa sendiri."
"Hug me!"
Mex kembali mengingat mimpi itu. Mex memeluk Gwen erat, lebih erat dari biasanya. "I love you."
"I love you more."
Seketika Farra muncul dengan wajah terkejut. "OH MY GOD! IS THIS REAL? NOT A DREAM?" teriaknya.
Gwen dan Mex langsung melepas pelukan mereka, canggung.
Melihat Gwen mengusap lenganya dan memeluk tubuhnya sendiri. Mex segera memakaikan jasnya ke tubuh Gwen yang kedinginan.
"Kalo masih dingin peluk gue aja," ucapnya.
"Sini!" Mex menyenderkan kepala Gwen kepundaknya dengan tangan kekarnya yang memegang pundak kecil milik Gwen.
"Indah ya..."
"Hmm? oh bulan? iya bulan emang indah."
"Bukan bulan, tapi lo," jawab Mex pelan.
+++++
Keluarga pria sedang berkumpul dengan dua generasi berbeda. Seperti, Hadma, Iki, Upi, adalah generasi tua. Zero, Kahvi, Kalvin, dan Skay adalah generasi muda. Mereka semua tengah asik bermain billiard.
Kahvi dan Kalvin bersorak saat mereka menang melawan Iki dan Upi. Mereka segera menyerah setelah menyadari tidak mungkin mengalahkan Hadma dan Zero. "Nggak seru ah! Pemenangnya udah ketebak." Keluh Kahvi, diikuti Kalvin yang setuju.
Keluarga pria sedang berkumpul dengan dua generasi berbeda. Seperti, Hadma, Iki, Upi, adalah generasi tua. Zero, Kahvi, Kalvin, dan Skay adalah generasi muda. Mereka semua tengah asik bermain billiard.
Kahvi dan Kalvin bersorak saat mereka menang melawan Iki dan Upi. Mereka segera menyerah setelah menyadari tidak mungkin mengalahkan Hadma dan Zero. "Nggak seru ah! Pemenangnya udah ketebak," Keluh Kahvi, diikuti Kalvin yang setuju.
"Belum! pertandingan belum selesai."
"Kamu, lawan saya dan Zero," tunjuk Hadma kepada Mex.
Meskipun yang lain ragu. Mex menerima tantangan itu. Gwen tiba-tiba datang, membantu menggulung lengan kemeja Mex dan memberinya ciuman di pipinya. Membuat Hadma dan Zero menahan amarah.
Mex, yang ternyata jago dalam bermain billiard. Berhasil mengalahkan Hadma dan Zero dengan mudah.
Setelah pertandingan, Mex yang sudah pulang langsung menelepon Gwen. "Gue cemen main billiard. Tapi karena tadi dapat ciuman gratis makanya gue menang," canda Mex, membuat Gwen malu dan cemberut.
"Kalo lagi marah jasnya jangan terus dipeluk kaya gitu dong."
Gwen langsung mematikan vidio call itu. Mex tersenyum puas, lalu kembali ke ruang bawah tanah, di mana Aksal, Angkasa, Kalviro, dan Gibran sedang bercanda.
"Acara lomba antar sekolah bentar lagi btw," ucap Zidan.
"Gue jelas ikut basket," ujar Aksal yakin.
Zidan menambahkan bahwa akan ada berbagai lomba seperti puisi, fashion show, band, nyanyi, berenang, panahan, dan baseball. Angkasa, yang kecewa karena tidak ada lomba balap motor.
"Gue denger-denger. Gwen mau ikut lomba renang?"
Mex langsung menolak dengan tegas. Membayangkan Gwen mengenakan baju renang yang memamerkan tubuhnya di depan banyak orang. "Gue bilang nggak ya nggak!" ucap Mex dengan tegas.
Saat itu, telepon berbunyi dan Kalviro mengangkatnya dengan malas. Setelah mendengarkan beberapa saat. Ia melempar telepon itu sembarangan. "Bajingan! Kita harus ke markas pertama," ucapnya dengan nada serius, mengakhiri suasana santai mereka.
Bisa aja si Mex. Bahagia selalu ya kalian🤍
See you di chapter selanjutnya🥰
Jangan lupa follow!
@Vuurschedel_ofc
@skay_mza
@gibransmithh
@z.liandri
@angkasaper_
@aksall.m
@kalviroall_
@gwen16c
@stefi.ibinaaa
@0k_kristal
@celineziba8_its
@adrina_aul0_Follow juga tiktok!
@keyzee. Banyak konten disana👍🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MEXSKAY (END)
Novela JuvenilMexskay Zio Alzafran Cullen adalah seorang pria yang dinilai dingin dan tidak punya hati. Ia kembali ke Indonesia dengan misi untuk membunuh seorang wanita cantik bernama Gwen Alice Charlie. Misi ini telah menghancurkan keluarganya dan dunianya, nam...