Sudah dua bulan Gwen menghilang tanpa kabar, dan Mex terus mencoba menghubunginya. Namun, Gwen selalu mengabaikan panggilannya.
"Kenapa lo masih terus nelepon dia?" kata Angkasa dengan ketus. "Di pemakaman terakhir abang lo aja, dia gak datang."
"SAA..."
"Apa?" Angkasa menoleh ke arah Zidan yang memanggilnya.
"Mau nyuruh gue diem? Ada yang salah sama omongan gue?" Angkasa menantang, namun teman-temannya segera memberi isyarat agar dia berhenti bicara, karena suasana di warung Mpok Tuti mulai tegang.
Tiba-tiba, seorang pria berlari masuk ke warung. Aksal yang mengenal pria itu segera bertanya. "Ada apa, Gat? Kenapa lo lari ke sini?"
"Itu... di lapangan sekolah lagi heboh karena kedatangan Kak Gwen. Semua murid memaki-maki dan mengusir Kak Gwen," kata Agat dengan terengah-engah.
Mendengar itu, Mex langsung berlari menuju sekolah.
Gibran yang sedari tadi sibuk dengan handphone-nya tiba-tiba berteriak kesal. "Sal, lacak siapa yang sudah menyebarkan berita palsu di akun Instagram sekolah!"
Aksal mencoba melacak sumber berita yang mengaitkan kematian Brayen dengan Gwen.
Setelah lima kali percobaan, Aksal akhirnya menemukan jawabannya. "Gwen sendiri yang melakukannya," ucapnya dengan terkejut.
Sekarang mereka berlima tahu penyebab alasan Gwen menjadi bahan makian.
Gadis cantik yang telah lama menghilang tanpa kabar kini kembali dengan tampilan yang berbeda. Rambut hitam yang dulu tergerai cantik kini menjadi rambut yang tinggal separuh. Ya benar, Gwen muncul dengan rambut pendek.
Di lapangan sekolah, Gwen menjadi sasaran amukan para siswa. Para siswa melemparinya dengan sampah dan kotoran. Gwen hanya berdiri di sana, menerima semua hinaan.
Mex tiba di lapangan dan langsung melindungi Gwen dari lemparan-lemparan itu.
Seolah ingin menghadap kematian, seseorang berucap. "Dia cewek yang udah bikin abang lo meninggal, masih aja dibelain. Cinta sih iya tapi ngak sebodoh itu," Ucapnya.
Dengan marah, Mex berteriak kepada para siswa. "Diem lo semua! Jangan belagu seolah tau semuanya!"
Gwen menatap Mex dan berkata dengan dingin. "Kita putus."
"Dingin ya? maaf aku telat datangnya. Pacar Skay, gaboleh sampe kedinginan."
Mex mencoba mengalihkan topic. "Makin cantik deh rambutnya kaya gini. Lucu, kaya dora. Ntar aku yang jadi monyetnya, biar aku terus ada di samping kamu."
"Skay..." panggil Gwen.
"Lain kali aku harus nyari petanya. Kalo-kalo kamu gak ada kabar lagi aku jadi tau kamu ada dimana."
"Skay stop!" muak Gwen.
"Aku bawa mobil, kita pulang sekarang," Mex menarik lembut lengan Gwen.
"Jangan pura-pura bego Mexskay!" Gwen menghepas cengkraman lengan Mex dengan kasar. "Kita selesai!"
"Gak! hubungan itu antara dua pihak..."
"Hubungan dimulai dengan dua pihak dan diakhiri dengan dua pihak yang sama. Tapi hubungan kita ngak dimulai dengan dua pihak. Lo yang ngeklaim gue sebagai pacar lo. Dan gue gak pernah nyatain hal yang sama."
"So, i claim our relationship is over, and all break even."
Gwen menarik tangan Tom dan pergi meninggalkan Mex yang masih tercengang.
Setelah kejadian itu, Tom membawa satu botoh berisi air putih. Pria itu melangkah pelan sambil melihat kearah Gwen yang sedang duduk dengan kepala yang menunduk.
Sejujurnya dia senang akhir-akhir ini selalu bisa berada di dekat wanita yang ia cintai. Namun, melihat wanita itu menderita ternyata lebih sakit.
"Lo ngga seharusnya kaya gini. Mereka perlu tau penyakit yang lo derita. Keluarga lo, temen-temen lo, termasuk Skay."
Gwen tersenyum pahit. "Seandainya gue tau dokter yang ngerawat gue selama ini adalah paman lo. Gue ngaakan nerusin buat check up."
"Jujur sama gue! Lo putusin Skay bukan karena alasan kematian Brayen kan?
"Jangan so tau! lo bisa liat langsung berita yang tersebar di akun instagram sekolah."
Gwen mengambil tas miliknya dan memutuskan untuk pergi.
Tanpa di duga, Tom memeluk tubuh Gwen. Menyandarkan dagu runcingnya dan sekejap memejamkan matanya.
"Berjuang untuk pulih demi orang-orang yang sayang sama lo," Tom berbisik. "Gue akan terus pantau lo buat check up, seperti biasa yang setiap seminggu 2 kali gue lakuin buat nganter lo."
"Gue nggak pernah nyuruh lo buat ngelakuin ini semua."
"Kalo gue diberi kesempatan buat tahu kapan gue pergi dan ninggalin dunia. Gue, akan ngebuat kenangan indah bersama orang yang berarti dihidup gue."
Entah kenapa omongan Tom berhasil menganggunya, atau memang Gwen yang seharusnya dari awal tidak menyembunyikan penyakit yang dia derita.
"Loh kirain kamu udah tidur, ternyata masih bergulat sama tumpukan buku," ucap Melati yang masuk ke dalam kamar Gwen.
"Momy ngerasa kesepian banget dirumah. Kamu juga kalo keluar kamar cuman ambil susu ke dapur atau makan, gak pernah tuh ngobrol sama momy apalagi sama daddy," Melati berucap jujur apa yang sedang dia rasakan.
"Sesibuk itu yah aku belajar? mulai besok udah ujian akhir semester soalnya, sorry mom."
"Yatuhan momy lupa, yaudah deh fokus belajar yang bener. Tapi inget kesehatan paling utama, oke?" Gwen mengangguk setuju. "Oh ya, gimana kabar calon mantu momy?"
Gwen bingung harus menjawab apa. "Emm... dia baik-baik aja kok."
"Yaudah, Momy keluar ya, selamat tidur putri kecil Momy," Melati mengecup kening Gwen, sebelum pergi.
Notifikasi handphone Gwen bunyi. Memunculkan pesan dari Mex.
Skay🤍
hallo pacarnya skay, kalo belajarnya udah beres, langsung tidur ya, besok aku jemput, see u sayang, selamat mimpi indah ya, i love u
What? Beneran putus?🫣
Skay pesan lo bikin dag dig dug deh
Jangan lupa komen, like, share oke👍🏻
See you di chapter selanjutnya🥰
Jangan lupa follow!
@Vuurschedel_ofc
@skay_mza
@gibransmithh
@z.liandri
@angkasaper_
@aksall.m
@kalviroall_
@gwen16c
@stefi.ibinaaa
@0k_kristal
@celineziba8_its
@adrina_aul0_@keyzem3w
Follow juga tiktok!
@keyzee. Banyak konten disana👍🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
MEXSKAY (END)
Teen FictionMexskay Zio Alzafran Cullen adalah seorang pria yang dinilai dingin dan tidak punya hati. Ia kembali ke Indonesia dengan misi untuk membunuh seorang wanita cantik bernama Gwen Alice Charlie. Misi ini telah menghancurkan keluarganya dan dunianya, nam...