12. Angkasa dan Celine

6.8K 325 6
                                    


Kelas 12 IPA 2 sedang belajar biologi di laboratorium. Tetapi terganggu oleh keributan dari kelas sebelah, 12 IPA 5.

"Kenapa sih, berisik banget?" keluh salah satu siswa.

"Bu, kelas sebelah ribut banget," tambah siswa lainnya.

Bu Risma, guru biologi tersenyum tipis. "Tenang, pasti ulah anak Vuurschedel."

Siswa-siswi pun mengangguk dan kembali melanjutkan praktikum. Di antara mereka, Adrina menyenggol lengan Celine sambil melihat ke jendela. "Tuh, bebep lo."

Celine tersipu malu. "Siapa?"

"Cie-cie, salting lo," goda Kristal.

Gwen, yang duduk tak jauh terlihat melamun. Dia tak bisa mengusir pikirannya tentang Mex yang tak terlihat di sekolah hari ini.

"Gwen!" panggil Adrina, membuyarkan lamunannya.

"Hah, apa?" Gwen tersadar.

"Lo ngelamun mulu, kesambet apaan?" tanya Celine.

"Nggak, nggak apa-apa," jawab Gwen singkat.

"Eh Gwen, lo kemarin ga kenapa-kenapa kan?" Celine mengalihkan pembicaraan.

Gadis itu tidak bisa berbohong. Jujur saja semalem Gwen tidak bisa tidur tenang karena memikirkan pria menyebalkan itu.

"Kalian berlima diam atau mau ibu keluarin juga?!" bentak Bu Risma.

"Maaf bu..." jawab Stefiibina.

Bu Risma kemudian berkata. "Lanjutkan praktikum. Jika bel berbunyi, sudahi dan lanjutkan istirahat."

Dilain tempat keempat pria tampan sedang berada di rooftop sekolah. Tempat yang sudah seperti markas mereka.

"Kita gabisa diem aja," ucap Zidan.

"Gue udah ngelacak cctv di markas tapi sial cuman layar item yang gue liat," kata Aksal.

"Kita harus bertindak cepat. Kita nggak bisa nunggu perintah Mex terus. Bahkan kita nggak tahu dia di mana sekarang," tambah Angkasa.

"Dengerin gue!" Zidan merangkul mereka agar berdekatan membentuk lingkaran kecil menyusun rencana. "Kalian bertiga, balik sekolah langsung ke rumah sakit. Gue bareng Aksal ke markas utama. Setuju?"

"Setuju!"

Bell sekolah berbunyi menandakan sekarang waktunya untuk istirahat pertama jam 10.15.

"Kita bahas lagi nanti," ucap Zidan.

"Yoi, caw kantin lapar gue," Kalviro memegang perutnya yang sedari tadi berbunyi.

Sementara itu, Gwen mencari seseorang yang terus muncul di pikirannya. Saat masuk ke kantin, dia hanya melihat keempat anggota inti Vuurschedel dengan gaya mereka yang kalem dan penuh percaya diri.

"Angkasa ganteng banget."

"Itu yang di pojok lucu banget."

"Skay kok nggak ada?"

"Ketua mereka nggak ada, penonton kecewa."

Gwen menunjukan wajah yang murung. Saat melihat orang yang dia cari tidak ada dibarisan utama seperti biasanya.

"Jalan pake kaki anjing! liat baju gua basah," Angkasa marah ke salah satu siswa yang menumpahkan minuman ke bajunya.

"Sa, udalah jangan diladenin, ga sengaja dia," Zidan berusaha membuat Angkasa tenang.

"Maa-f kak g-a sengaja," ucap anak itu gemetar.

Angkasa langsung mendaratkan pukulan kepada siswa itu sehingga pria itu tersungkur ke lantai.

"Lin, kesana anjir buru pisahin," ucap Adrina kepada Celine.

"Lah kok gue?" bingung Celine.

Aksal, Kalviro, Zidan sudah melerai namun tetap saja Angkasa tidak mendengarkannya.

Celine buru-buru mendorong Angkasa menjauh dari siswa itu. "Udah, Sa! Anak orang bisa mati," ucap Celine.

Celine membawa Angkasa menuju taman belakang yang sepi. Setelah tiba disana gadis itu mendorong Angkasa dengan sangat kuat.

"Lo kenapa, hah?!"

Angkasa hanya menunduk tanpa menjawab.

"Ini sekolah, bukan tempat tarung!" tegas Celine.

Akhirnya, Angkasa mengajak Celine duduk di sampingnya. "Pikiran gue kacau. Gibran ditusuk. Skay marah sama gue. Bu Teti ngeluarin kita gara-gara Skay nggak masuk. Gue nggak tahu harus mulai dari mana beresin semua ini."

"Cerita sama gue jangan di pendem sendiri."

"Lo tau udah lama gue suka lo. Tapi, gue juga sadar gue ga bisa maksa," ungkap Angkasa masih dengan menundukan kepala.

"Liat gue!"

"Akhir-akhir ini, lo terus ada di pikiran gue, Sa," jujur Celine.

Angkasa tersenyum tipis, merasa ada harapan.

"Kenapa Skay marah?" tanya Celine.

"Malem itu, Gwen datang ke rumah sakit buat nenangin Skay," jawab Angkasa.

"Gwen? Kok bisa?"

"Tanya aja langsung sama Gwen."

Tanpa sadar Celine tersenyum melihat Angkasa.

"Kenapa senyum-senyum? gue udah beres cerita."

"Siapa yang senyum? jangan halu lo!"

"Dasar cewe! ngaku aja kali kalo gue emang ganteng."

"Lo salah!"

"Gue salah apa?" tanya Angkasa bingung.

"Lo gabisa nahan emosi, lo gabisa berfikir jernih itu masalah di didalam diri lo," kata Celine menunjuk nunjuk Angkasa.

"Gue tau siapa yang bisa bikin gue nahan emosi. " senyuman licik terpancar dari bibir Angkasa.

"Siapa?"

"Lo."







See you di bab selanjutnya🥰

Jangan lupa follow!

@Vuurschedel_ofc
@skay_mza
@gwen16c
@gibransmithh
@z.liandri
@angkasagper_
@aksall.m
@kalviroall_
@stefi.ibinaaa
@0k_kristal
@celineziba8_its
@adrina_aurelia

Follow juga tiktok!
@keyzee. Banyak konten disana👍🏻

MEXSKAY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang