17. NASIHAT SANG AYAH

59 34 3
                                        

WELCOME TO MY STORY, I HOPE YOU LIKE IT. AND PLEASE KEEP YOUR WORDS IN THE COMMENTS...ಠ_ಠ

Kalau ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuan, maka bagi anak lelaki ia adalah panutan sebagai seorang pemimpin.

HAPPY READING❤

😭😭Karna sudah sampai target... Aku langsung UP 5 PART GUYSS! WOI WOI
SENENG GAK LO?


........................................................................

Sepulang dari pusat perbelanjaan, kini Devan mengistirahatkan tubuhnya diatas kasur empuk yang luas itu. Ia menghela napas kala mengingat kejadian memalukan yang menimpa dirinya disana. Bagaimana bisa seorang pemilik perusahaan seperti nya, menjadi seperti orang bodoh?

Perlahan ia menutup mata yang terasa berat itu, hanya sepuluh detik setelahnya suara ketikan pintu kembali mengusik nya. Devan mengacak rambutnya kasar. Tak urung ia juga beranjak untuk membuka pintu.

"Papa?" Bara berdiri menatap putranya yang menampilkan wajah bantal khas bangun tidur. Padahal mahh itu muka-muka orang capek yak.

Bara memasuki kamar putranya itu, tanpa izin. Lah butuh izin segala, anak kurang ajar dong. Devan mengikuti langkah Papanya itu, Bara melihat-lihat kamar Devan dengan seksama lalu duduk dikasur anaknya. Memberi kode pada Devan untuk ikut duduk.

"Kamu tau gak? Dulu seperti apa Mama kamu meminta Papa untuk berhenti?" Tanya Bara membuat Devan mengkrenyit heran.

"Maksud Papa apa? Pa, kalau mau ngomong soal pernikahan Devan lebih baik nanti aja deh, Devan capek."

"Dengerin Papa ngomong dulu, ini bukan soal perjodohan kamu. Ini tentang masa lalu kita." Devan menatap Papanya dengan tatapan kelu, akhirnya ia mengalah untuk mendengarkan kisah sang Papa.

"Dulu, kamu pergi ninggalin rumah tanpa berbalik untuk melihat kami lagi. Alasan nya tentu karna Papa kan. Mama kamu hanya bisa melihat punggung kamu yang keluar dari rumah tanpa berbalik."

"Papa bisa melihat Mama kamu itu, ingin kamu berbalik mengharap bahwa kamu lah yang akan membela dia dirumah. Tapi apa?" Tanya Bara memandang putranya yang menunduk.

"Kamu membiarkan Mama kamu tersiksa oleh Papa."

"Papa tau papa salah, dan saat itu Mama kamu mati-matian merubah Papa dan menahan rasa sakit yang Papa berikan, Devan." Tambah Bara, matanya berkaca-kaca mengingat hal buruk dimasa lalu.

"Sampai Papa sadar, dan berubah demi Mama kamu. Dan demi kamu agar kembali ke pelukan Mama. Papa menyesal untuk semua kesalahan Papa dimasa lalu."

Devan mendongak menatap Papa nya yang sudah meneteskan air matanya itu.

"Yang lalu biarlah berlalu, Pa. Devan udah maafin Papa, jadi Papa gak perlu menyesal." Ucap Devan lembut.

Bara tersenyum geli menatap putranya itu dan berkata. "Kalimat kamu itu juga harus kamu terapkan sama diri kamu. 'Yang lalu biarlah berlalu'."

"Devan, coba kamu pikir kebencian di hati kamu itu betul benci atau cuma rasa kecewa?" Tanya Bara mencoba mempengaruhi sang anak, agar tak mengulang kejadian buruk di masa lalu.

"Pa, kok jadi kesitu sii? Tadi katanya gak akan bahas perjodohan. Ini--"

"Yang bahas perjodohan siapa? Papa cuman tanya kebencian kamu itu benar benci atau cuma rasa kecewa sama seseorang yang akan menjadi pendamping mu."

DEVTA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang