12. OLD FRIENDS

39 7 0
                                    

WELCOME TO MY STORY, I HOPE YOU LIKE IT. AND PLEASE KEEP YOUR WORDS IN THE COMMENTS...ಠ_ಠ

Udah berapa lama, sejak formasi kita gak lagi lengkap dan seasik dulu?

HAPPY READING❤

Apakabar kalian my readers! Up lagi nii, skuyy spam follow and votement kalian semua🍭

*******************************************

Pagi telah tiba, teriknya matahari menjadi bukti untuk hal itu. Namun, seorang lelaki yang kini telah siap dengan penampilan formalnya tampak tak bergairah untuk hari yang akan ia jalani. Devan dengan setelan lengkap nya memberi kesan tampan yang luar biasa. Sulit dideskripsikan.

Walaupun hanya bisa memejam mata satu sampe tiga jam, Devan rasa itu cukup. Karna ia merupakan pemimpin perusahaan serta yang akan menjadi pondasi dan cerminan untuk karyawan-karyawannya, maka ia tidak boleh keliatan lemah.

Sebelum itu, Devan akan mampir ke rumah untuk sarapan dan bertemu Amara serta Bara tentunya. Devan pun keluar menuju area parkir dan langsung menuju ke rumah kedua orang tuanya. Tak butuh waktu lama, Devan pun sampai di rumah mewah dengan dua lantai itu.

"Assalamu'alaikum, Ma, Pa. Devan pulang.."

"Kita di meja makan! Sini, Nak." Sahut Amara dari ruang meja makan, walaupun wajahnya tak tampak. Devan pun menuju meja makan dan menyalimi kedua orang tuanya.

"Inget ya, sebelum nikah ini masih rumah masih jadi tempat tinggal resmi, utama, pertama dan yang paling berharga yang harus diisi oleh kamu." Bukannya disayang-sayang malah di omel.

"Iyaa, Ma.. Iyaa." Devan hanya mengangguk pasrah saja.

"Oh iya, Pa. Nanti Mama mau jenguk Agatha lagi ya, mau nemenin Chyntya juga. Kayaknya Fernon harus ngurus kerjaan nya lagi diluar kota." Izin Amara pada Bara yang akan menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulut nya.

Bara mengangguk. "Iyaa, Ma." Bara kembali menyuapkan nasi yang menggugah perutnya itu.

"Tapi, nanti Mama minta uang jajan, Pa." Bara kembali menghentikan suapannya. Ia menghela napas menatap nanar nasi di sendok itu, bergumam kata sabar. "Sabar ya nasi, nanti kamu masuk kok."

Bara tersenyum lembut. "Mama Minta malam pertama lagi juga Papa jabanin, sekarang kita sarapan dulu. Nanti, Papa sama Devan telat, okeh?" Amara malah memukul pundak Bara sebal.

Sedangkan Devan, hanya menggeleng saja melihat tingkah kedua orang tuanya. "Oh iya Devan, kamu nanti kalo udah selesai kerja mampir ke rumah sakit juga, temenin Mama."

"Devan sibuk nanti, Ma." Jawab Devan dengan ogah-ogahan. Amara melotot, sedangkan Devan hanya pasrah. "Iyaa dah, iya."


Setelah menyelesaikan sarapan paginya, Devan pun izin pamit untuk bekerja pada Bara dan Amara. "Devan pergi dulu, assalamu'alaikum.."

"Walaikumsalam..."

Dalam perjalanan nya, suara keramaian kota sayup masuk ke telinga nya. Devan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang saja. Sesekali terjadi kendala kemacetan, namun tidak terlalu lama. Dan meskipun begitu, mood Devan kembali memburuk.

"Masih pagi buta gini aja macet, anjirlah!"

Yah, sekitar 1 jam ia tempuh dengan tambahan tiga puluh menit akibat macet, akhirnya kini ia sampai di kantornya. Wajahnya yang dengan tegas memperlihatkan ketampanan serta aura mengintimidasi. Karna apa?

DEVTA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang