44. SEBUAH FAKTA

24 0 0
                                    

WELCOME TO MY STORY, I HOPE YOU LIKE IT. AND PLEASE KEEP YOUR WORDS IN THE COMMENTS...ಠ_ಠ

Sesulit itu kah bagimu untuk menjelaskan kebenaran mengapa kamu pergi? Mengapa ketakutan itu tak kau bagi padaku? Benarkah aku rumah kedua mu? Atau itu hanyalah dusta.

HAPPY READING❤

******************************************

Sosok lelaki itu berlalu dari sana, meninggalkan kediaman rumah Devan dan Chyntya. Sial, dada nya bergemuruh merasa tidak nyaman dan marah melihat tawa yang tercetak jelas di wajah Chyntya. Tampaknya gadis itu amat bahagia setelah ia lepas.

"Huh! Saat gue sentuh lo waktu itu, lo malah nangis dan gemetar yang ngebuat gue ngerasa bersalah. Tapi apa sekarang? Lo baik-baik aja disaat Devan meluk lo segitu eratnya." Desis lelaki itu marah.

Rivan, lelaki itu adalah Rivan. Pria gila yang sangat terobsesi pada Chyntya. Padahal umurnya sudah mendekati angka tiga puluh tapi, masih saja mengincar Chyntya yang kini bahagia bersama Devan.

"Mungkin jika gue tanggung jawab waktu itu, lo bakal sama gue. Apa lo bakal sebahagia itu juga sama gue? Well, gue perlu lo buat ngebuktiin hal itu." Ucapnya sembari tersenyum miring.

Rivan seperti orang gila berbicara sendiri di dalam mobil hitamnya. Kepalanya terasa pusing memikirkan masa depan bahagia apabila Chyntya bersama nya. Sungguh, melihat Chyntya di cafe waktu itu membuat nya merasa kan kembali perasaan menggebu seperti dulu. Padahal sudah bertahun-tahun mereka terpisah.

"Ck! Wanita jalan waktu itu sudah mati. Aku harus bergerak sendiri sekarang. Tidak apa-apa... Asal senyum Chyntya menjadi milik Rivan selamanya."

Kemudian Rivan pun menjalankan mobil nya meninggalkan area rumah yang diisi dengan keramaian itu. Sesak sekali melihat Chyntya yang justru tertawa karna Devan bukan dirinya.

Dilain sisi, kini Devan dan Chyntya menghabiskan waktu dengan bermain TOD bersama sahabat-sahabatnya.

"Harus sportif ya... Awas aja yang nolak." Ucap Marsha dengan serius. Mereka semua pun mengangguk. Sebenarnya mereka menunggu kedatangan Firdan sedari tadi, namun tiba-tiba saja lelaki itu menghubungi bahwa ia tidak bisa datang dikarenakan merasakan pusing.

Botol sirup bekas itu pun diputar dan mereka mewanti-wanti agar botol itu tidak mengarah ke mereka, dan botol itu mengarah pada Althan. Tampak di wajah Vicky maupun Devan tersirat kepuasan.

"T or D?" Tanya Marsha penuh semangat.

"Dare." Balas lelaki itu, apakah sifat dingin nya mulai kembali? Tidak, jangan sampai atau Shella bisa makan hati.

"Gue yang ngasi." Sahut Vicky dengan semangat yang dibalas anggukan oleh mereka. Marsha, Devan dan Chyntya tentu tau apa yang dipikirkan oleh Vicky.

"Lo harus peluk Shella dengan mesra dan cium pipinya lama, kalau bisa lima menit atau lebih." Tambah Vicky dan Althan lelaki itu terdiam di tempat nya.

Shella? Jujur, ia senang. Karna Althan akan berlaku mesra dihadapan para sahabat nya. Sehingga Shella tidak merasa sendiri lagi, setidaknya adil, mereka bisa saling berbagi memperlihatkan kemesraan. Namun, apakah Althan mau?

"Kenapa harus?" Tanya lelaki itu singkat dan terkesan dingin. Vicky menggaruk tengkuknya dan menatap Devan meminta bantuan.

"Namanya juga dare, dimana tantangan nya dikasi buat mereka yang belum pernah ngelakuin sesuatu. Ingat, harus sportif dan dijalankan." Sahut Devan membuat Althan mendelik.

DEVTA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang